Monday, October 28, 2013

Sofa Berpola Kotak



“Sayang, makan yuk.” ajakku.
“Yuk, kamu maunya makan apa?” dia mengiyakan dan balas bertanya.
“Apa yah? Chinese food okay juga, tapi pingin juga makan western-westernan, bingung nih, kamu ada ide ga?” jawabku tak menentu.
“Ini aja deh.” dia menyudahi jawaban pendeknya dengan melumat bibirku dalam dan lama.
…. “Gimana?” tanyanya terengah.
“Lagi!” pintaku memaksa sambil menarik jenjang lehernya kembali dan memainkan lidahku dalam mulutnya berdansa dengan lidahnya.
Sesaat bibir kami terlepas dan nafas hangatnya menderu di pipiku.
“Sayang, aku mau main course-nya.” desahku dan mulai melepas kancing-kancing bajunya.
Dia diam dalam deru nafasnya dan tanganya mulai bermain pada resleting celana jeans-ku.

Saturday, October 26, 2013

Nyemplung yuk di area Pulau Harapan - Kepulauan Seribu DIJ



Sunset - Harapan Island
Cuaca cerah, matahari bersinar ceria menghunjamkan berkas-berkas hangat pijarnya. Hujan angin yang konon melanda sehari sebelumnya tampak tinggallah cerita dan kenangan yang cepat berlalu. Riak-riak landai nan tenang menina-bobokan sebagian besar penumpang kapal yang seolah tertumpuk-tumpuk dari lambung kapal hingga ke atas atap kapal.

Pandangan saya menebar, menangkap begitu banyak kepala yang tergolek pasrah atas goncangan-goncangan kecil kapal dan tak kalah banyak pula kepala yang terangguk-angguk mencoba mencari tempat bersandar yang tak ada. Jendela-jendela mata hati yang tertutup, berkelana dalam dunia angan, seolah menjanjikan perjalanan selama 3 jam meninggalkan Teluk Jakarta dan menyusuri Laut Jawa menuju ke Pulau Harapan, menjadi lebih singkat.

“Mas, bisa pinjam koreknya?” tanya bapak yang duduk disebelah saya, meminjam korek untuk teman di sebelahnya.
“Oh silahkan.” jawab saya sembari menyodorkan pematik api saya.
Dan dari sana maka sebagian besar dari setengah perjalanan, saya isi dengan berbincang-bincang dengan sang bapak, yang ternyata adalah penduduk asli di Pulau Harapan. Lain kisah dari yang bapak tersebut ceritakan, inilah cerita saya di Pulau Harapan.

Sunday, October 13, 2013

Menjilat Ragam Kuliner di Sumatera Barat

 
“Selamat datang di Padang, Sumatera Barat.” sambut Bayu, si tour guide dadakan.
*adegan dan percakapan berjabat-tangan serta basa basi*
“Bla bla bla…. “ obrolan kami berempat.
“Okay sekarang mending itinerary-nya dibalik yah, hari ini kita ke Lembah Anai dulu.” tutur Bayu.
NO!” tolak saya mentah-mentah.
*hening dengan suasana awkward dan sedikit intense.
“Mas Harry, kita ke Lembah Anai dulu supaya menghindari jalanan macet di hari minggunya.” jelas Bayu.
“TIDAK!” tolak saya lagi.
*kembali hening sementara beberapa pasang mata saling menatap dengan enggan*
*Si Randie, diam-diam kentut*
“Kita sarapan dulu coyyyy, gue laper abissssss. Mana di pesawat kaga dikasih snack sama sekali.” lenguhan saya memecahkan kondisi hening.
*suasana menjadi ceria gegap gempita kembali, sujud syukur*

Note: adegan di atas LEBAY!

3 hari 2 malam di Sumatera Barat tentunya tidaklah kami lewatkan tanpa memuaskan dahaga akan sajian khas dari Tanah Minangkabau.

***

Bumi Sumatera Barat, Tanah Minangkabau

Lembah Harau


“Randie dimana?” tanya saya ke Octa.
“Nih gue telepon.” Jawab Octa
*percakapan telepon*
“Jadi dia sudah dimana?” tanya saya lagi ke Octa
“Tuh baru berangkat, katanya 15 menit sampai.” Jawab Octa
*menunggu Randie*

***

Mobil ini melaju cukup kencang menyusuri jalanan antar kota di Provinsi Sumatera Barat menuju ke Lembah Anai. Entah dimana tepatnya sekarang, yang pasti tak jauh dari ibukota provinsi, Kota Padang. Tepat pukul 7.55 WIB, kami bertiga (saya, Randie dan Octa) mendaratkan telapak kaki kami untuk pertama kalinya di Bandara Internasional Minangkabau.
Penjelajahan kali ini, kami akan ditemani oleh temannya teman yang akan menjadi tour guide selama penorehan jejak-jejak di Sumatera Barat.

Sementara Randie dan Octa bercakap asyik dengan sang tour guide (Bayu) mengenai lokasi-lokasi gunung di Sumatera Barat, saya menikmati slide-slide yang bergerak dengan cepat pada layar jendela mobil. Jalanan dua jalur dengan satu lajur saja pada masing-masing arah diapit oleh rumah penduduk dan petak-petah hijau bagian dari sisi paling luar hutan Sumatera. Masyarakat setempat yang tampak telah menjalankan aktifitas sehari-harinya dari tadi. Orang-orang yang sama tetapi berbeda, rumah-rumah yang sama tetapi berbeda dan kegiatan harian yang sama tetapi berbeda. Ini bagian bumi Indonesia yang lain, yang disebut Sumatera Barat.