Tuesday, May 28, 2013

"KAPAN KAWINNNNN?"



“Kapan kawin?”
“Nunggu apa? Keburu tua lho!”
 “Kamu gay (lesbian) yah?”
“Ntar anakmu masih kecil-kecil, kamunya sudah tua!”
… dan masih banyak lagi bentuk kata lain dari pertanyaan-pertanyaan yang serupa. Bagi kaum single (khususnya yang sudah cukup umur), pastinya sudah tidak asing dan tidak luput dari pertanyaan-pertanyaan ini, terutama pada acara-acara keluarga atau reuni.
Well, saya pun termasuk dalam kategori yang sering sekali menerima pertanyaan-pertanyaan itu.

Siapakah yang sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu? Tentunya para elderly dan teman-teman yang sudah menikah dan at least (so far) cukup atau bahagia dalam kehidupan berumah-tangganya.
Hal ini jelasnya nyata pada apa yang saya amati.
Teman dan rekan kerja yang tidak pernah menanyakan ke-single-an saya, mostly adalah mereka yang belum menikah juga atau yang telah mencicipi pahitnya kehidupan berumah tangga.
Mereka yang sedang dalam masalah rumah tangga kronis dan yang sudah divorce, malahan lebih cuek dengan status single saya dan bahkan lebih wise dalam memberi inputan tentang kata “pernikahan”.
Sempat seorang rekan kerja berkata (tidak dengan kata-kata yang sama benar) “Buat apa juga menikah jika malah memperberat kesedihan saat masih single.”
Begitu pula dengan kata-kata (yang menurut saya) bijak yang saya baca di sebuah buku (tidak dengan kata-kata yang sama benar) “kesenangan single akan digantikan dengan kesenangan berumah tangga dan kesedihan single juga akan digantikan dengan kesedihan berumah tangga.”