Jarum-jarum di jam
tangan saya serentak merambat ke arah pukul 6 sore. Hari ini cuaca sangat cerah
dan meski waktu sudah beranjak ke petang, tetapi terangnya mentari seolah
seperti masih tengah hari. Seharian sang mentari bersinar tanpa penghalang awan
sama sekali, menyorot tajam di bumi Fairytale Chimney ini. Untungnya angin
sejuk pegunungan seolah mem-balance-kan
suhu di dataran ini. Musim panas yang indah dan pas sekali untuk menikmati
semua yang ada di sepetak sisi bumi yang ini.
Saya duduk dalam diam
dan menyerap semua yang terjadi di sekeliling saya. Suara bocah-bocah berlari
dan tertawa; obrolan para pria dan wanita yang asik duduk bercengkrama sembari sesekali menyesap cay dan menghisap rokok di tangan mereka. Suara deru kendaraan
bermotor yang lewat, kibasan ekor dari seekor anjing tambun yang berjalan
santai melewati saya. Menyerap kenikmatan naungan teduh dari pohon-pohon besar
yang berdiri kokoh di sisi-sisi luar kumpulan bangku taman kayu yang diatur membentuk
kotak saling berhadapan dengan square
lapang kecil di tengah-tengahnya. Menyerap desiran angin yang sejuk membelai
kulit telanjang saya, yang agak perih akibat terbakar matahari. Memandang tanpa
penghakiman kepada pohon-pohon willow besar yang melambai-lambaikan
ranting-ranting berdaunnya sepanjang sisi-sisi sungai kota yang tampak mengering.
Ini adalah moment-moment terakhir saya di Goreme, Cappadocia (Kapadokya), Turki.
Pukul 8 malam nanti, saya dan ketiga teman seperjalanan akan melanjutkan kisah
Jelajah Turki kami ke Pamukkale.
“Saya di Turki, saya di
Kapodakya” benak saya kembali menghentak, “Inilah saya yang hidup, inilah diri
saya yang sesungguhnya.”
***
Perjalanan panjang kami
tempuh dari Soekarno Hatta International Airport pada tanggal 13 Agustus
kemarin. Sekitar pukul 6 petang kami terbang menuju ke Kuala Lumpur untuk
berlanjut ke Istanbul (via Doha) dan langsung berlanjut ke Kayseri. Akhirnya,
almost 24 jam kemudian, kami bisa melepas penatnya pantat pada saat check in di Shoestring Cave Hotel di
Goreme, Kapadokya, Turki.
Istanbul from above, heading to Kayseri |
“Keren! Worth it!” kalimat itu yang ada di benak
saya, saat melihat hotel pilihan kami.
“Nice, pelayanannya
sangat friendly dan helpful” kalimat itu yang terlintas di
benak saya, saat mengamati proses check
in.
“Wow, nyaman juga.
Kamar mandinya luas banget dan cukup mewah” kalimat itu yang tercetus di benak
saya, saat memasuki kamar kami.
Shoestring Cave Hotel |
Private Room (bukan Dormitory) Shoestring |
Dan setelah rehat
sejenak, kami berjalan santai ke luar hotel yang berada di pusat kota kecil
ini. Menyusuri jalanan utama Goreme yang sarat dengan toko souvenir, toko karpet dan restaurant
yang menyajikan menu khas Turki. Tak lama kami berjalan sebelum akhirnya
memutuskan untuk duduk di meja sisi luar sebuah restaurant. Mencoba mencicip budaya asing melalui menu lokal untuk
makan malam. Sambil menunggu pesan kami masak, sekeranjang roti complementary dihidangkan bersama dengan
cay pesanan kami. Cay adalah teh dalam Bahasa Turki
(Turkish) yang biasanya dihidangkan dalam gelas kaca kecil tak bertangkai
berbentuk bunga tulip. Sangat cocok sebagai teman santap di udara dingin dan
angin sepoinya Kapadokya. Meski musim panas, suhu di Goreme akan turun hingga
15°
pada malam hari.
suasana malam Goreme |
roti gratis dan cay aka. teh |
Malam pertama di Goreme
dan saya telah jatuh cinta terhadap kota kecil ini. Entah kenapa? Tetapi kota
kecil ini mempunyai vibe yang
berbeda. Dan meski nantinya kami menjelajah juga ke Pamukkale, Selcuk dan
Istanbul, bagi saya Goreme tetap kota kecil dimana saya jatuh cinta tentang
Turki.
***
Pagi tiba dan setelah
sarapan ala Turki yang didominasi oleh roti, keju, telur rebus, olives, selai dan buah-buahan; sekitar
pukul 10 pagi, kami dijemput untuk mengikuti Green Tour.
Breakfast-nya buffet dan setelah babak 1 ini masiha da telor rebus, sosis dan kentang goreng :9 |
Di Kapadokya, terdapat
beberapa jenis one day tour dan short tour. One day tour mempunyai 3 jenis yaitu green, red dan blue. Sedangkan
Short Tour biasanya hanya berdurasi 3
jam dengan tujuan aktivitas trekking
dan hiking.
Green Tour sendiri
menurut kami, mempunyai tujuan-tujuan yang menjadi highlight dari jelajah Kapadokya. Tour ini juga menjangkau tempat-tempat wisata yang jauhnya hingga
1.5 jam perjalanan dengan mobil. Selain itu angkutan umum di Kapadokya, bernama
domus, tidaklah ada setiap saat dan tidaklah
sangat mudah ditemui layaknya angkutan umum di Istanbul. Belum lagi, domus terkadang tidak mempunyai rute ke semua
tempat wisata. Sehingga mengambil paket Green Tour adalah the best option in our opinion untuk jelajah Kapadokya. Green Tour
sendiri memakai sebuah mobil besar berkapasitas 17+1 dan dipandu oleh seorang local guide yang fluent dalam berbahasa Inggris.
nyaman, sayang AC di Turki, khususnya di Kapadokya di-set kurang dingin |
Pemberhentian pertama
adalah Goreme Panorama Point. Sebuah tempat terbuka di ujung tebing yang
menghadap ke kota Goreme sebagai lembahnya. Di sisi kanan tempat saya duduk,
samar terlihat bayangan Uchisar Castle dan disebelah kiri (adalah favorite
saya) tampak Table Mountain mendominasi layaknya peran utama dalam almost 225° panoramic view.
Meski matahari bersinar cerah tanpa tabir awan tetapi angin yang bertiup cukup
sejuk sehingga suhu menjadi hangat dan ideal untuk duduk dan menikmati
pemandangan yang indah ini dalam diam.
my fave Table Mountain |
Uchisar Castle-nya lebih kanan lagi dari frame foto ini |
Dari puncak ketinggian,
kami menuruni puluhan anak tangga menyusuri sebuah sungai di Ihlara Valley.
Ihlara adalah sebuah lembah yang cukup luas di Aksaray. Lembah yang seolah
adalah bekas cungkilan pisau dari permukaan roti yang datar. Ihlara Valley juga
sangat terkenal dengan sejarahnya, terutama ratusan gereja yang ada di gua-gua
batu, lengkap dengan penggalan-penggalan lukisan religius di dinding dan kubah
batu yang tersisa. Tempat ini adalah salah satu tempat pelarian orang-orang
Kristen dari kejaran Tentara Romawi. Setelahnya tempat ini masih menjadi tempat
huni dari para pertapa Kristen. Sangat menyenangkan dan sekaligus menenangkan,
berjalan menyusuri meter demi meter sebuah jalan setapak tanah di tepi sungai
yang sangat jernih, yang seolah mengundang kami untuk sejenak mencicip segar
dan sejuknya air bening menggoda itu.
Ujung awal dari Ihlara Valley |
tangga turun ke Ihlara Valley dari pintu masuk |
trekking santai |
trekking menyusuri sungai ini |
Jalan setapak di Ihlara
Valley berkelok dan sedikit bertekstur sebelum akhirnya melintas pada sebuah
kumpulan penjualan snack dan minuman
ringan sebagai pos rehat di sepanjang jalur trekking
Ihlara. Perjalanan trekking kami kali
ini tidak sampai ujung dari trekking path
Ihlara dan berakhir di Belisirma Village. Sebuah perkampungan yang tidak lain
merupakan kumpulan dari restaurant
dimana kami akan makan siang.
Belisirma Village |
Lepas dari makan siang,
kami kembali berkendara membelah jalanan Kapadokya. Melahap semua pemandangan
alam yang sangat indah. Petak-petak kebun penduduk setempat, latar belakang
pegunungan batu, gugusan batu-batu kerucut yang menjadi khas dari area ini. Rasa
ingin tahu saya tergugah memandang desa-desa kecil yang biasanya terletak cukup
jauh dari jalanan utama yang kami lewati. Bertanya-tanya apa yang mungkin saya
temui di sana, jika saja saya mempunyai waktu untuk bertamu di desa-desa kecil
itu.
salah satu desa yang kami lewati |
Pemberhentian
berikutnya adalah Selime Monastery. Tepat terletak di seberang Selime Monumental
Tomb, Selime Monastery ini merupakan komplek tinggal religius yang terbesar di
Kapadokya. Sangat mengesankan bagaimana mereka membuat ruangan-ruangan tersebut
dari sebuah bukit batu. Gereja, sekolah, dapur, kapel dan banyak ruangan untuk gudang
serta tempat tinggal. Saya sendiri sangat kagum pada bangunan Cathedral-nya, lengkap
dengan pilar-pilar raksasa. Semacam mini Cathedral dengan gaya gothic, kelam
tetapi agung. Cukup lama kami menghabiskan waktu di sini, mencoba menyusuri
lorong-lorong dan ruang-ruang yang saat ini kosong melompong tetapi yakinnya
penuh cerita dan moment-moment sejak lebih dari 12 abad yang
lalu. Dinding-dinding batu putih kelam kasar yang telah menjadi saksi tertinggal
dari semua rahasia bahagia dan tangis penghuninya.
Selime Monastery |
ruang-ruang |
The Cathedral |
pose dulu |
Selime Monumental Tomb (Royal Family) |
Beranjak dari
ruang-ruang puncak salah satu bukit batu terbesar di Kapdokya, kami menyusuri,
literally, ke dinginnya ruang-ruang yang ada hingga 60 meter di bawah permukaan
dataran Nevsehir. Derinkuyu Underground City adalah sebuah komplek tempat
tinggal yang dibangun berlapis-lapis di dalam tanah. Komplek ini merupakan
salah satu dari puluhan kota bawah tanah dan merupakan yang terbesar di Turki.
Ruang-ruang dibangun layaknya sebuah kota kecil, lengkap dengan gereja,
sekolah, tempat tinggal, tempat ternak, gudang, honeymoon suite, kuburan, dan lain-lain. Lorong-lorong dibuat
sangat sempit dengan lebar satu orang. Hal ini untuk tujuan keamanan sehingga
musuh tidak bisa berbondong masuk. History
dari kota abwah tanah ini adalah pernah menjadi tempat pengungsian kuno bagi
warga Kristen dari penguasa Muslim awal di Turki.
Cruciform Church |
public space |
stone gate |
public space |
Ya, seperti ChuChi
Tunnel di Vietnam tetapi tak sesempit dan serendah itu, baik lorong-lorongnya
maupun ruangan-ruangannya. Udara di bawah juga relative segar dan sejuk, sehingga, bagi saya, lebih nyaman Derinkuyu
daripada di Chu Chi Tunnel.
Kembali ke terang dan
kami meneruskan jelajah kami ke sebuah lembah yang entah kenapa, merupakan
tempat tinggal dan tempat singgah dari ribuan bahkan jutaan burung dara, yaitu
Pigeon Valley. Sangat lucu dan cukup jinak meski tetap tidak mau disentuh.
Terlihat bahwa dalam merawat burung-burung dara tersebut, penduduk sekitar yang
membuka toko souvenir di sana juga
mengharapkan sumbangan dari pengunjung dalam sebuah kotak amal untuk membantu
membeli pakan burung. So much fun!
pigeons |
pigeon valley |
Berpisah dengan
burung-burung dara itu, kami mengakhiri jelajah Kapadokya hari itu. Tour berakhir setelah mampir sdi toko lokum yang juga menjual souvenir serta sebuah toko batu-batuan
yang tampaknya cukup khas dan terkenal di Turki. Di toko lokum (saya lupa memfotonya) tersebut akhirnya saya membeli sekotak
250 gram lokum pomegranate dengan kacang-kacangan serta sekotak teh pomegranate. Sebenarnya pembelian itu
hasil “terbujuk” dari segala macam sample
lokum yang disajikan yang bisa kami cicip “sepuasnya” dan, bagi saya,
ternyata lebih enak daripada lokum
yang saya beli di Istanbul dari brand
terkenal, Haci Bekir.
Sisa hari kami habiskan
dengan refreshment, menyusuri jalanan
Goreme, makan malam dan tentunya mampir ke beberapa toko souvenir guna membeli satu atau dua cinderamata. Kota dari Goreme
sangat kecil dan pada akhirnya akan bertemu jalanan dan toko yang itu dan itu
lagi. Tapi tiada bosan bagi saya untuk menyusuri jalanan yang itu lagi itu
lagi. Saya suka akan vibe dan
kehidupannya. Saya nikmati waktu dengan berjalan-jalan santai maupun duduk di
sebuah restaurant lokal, mencoba menu
kebap yang lain dan menyesap cay apple
yang hangat.
pottery kebap dan apple cay |
Terkadang tak butuh
destinasi yang wow dan teman seperjalanan yang sempurna untuk bisa menciptakan moment bahagia sederhana. Moment yang sampai tulisan ini saya
tulis masih saya rindukan. Yah saya jatuh cinta berat dengan kota kecil bernama
Goreme.
***
“Ke Turki? Ke
Cappadocia ga?”
“Jangan lupa naik balon
udara.”
“Kudu naik balon udara
lho yah di Turki.”
“Agak mahal tapi IT’S A MUST naik balon udara di
Cappadocia.”
Dan segala amanat itu
kami realisasikan di pagi berikutnya. Well
lebih tepatnya, pukul 4 subuh pagi buta berikutnya, kami dijemput untuk
dikumpulkan di kantor Butterfly Balloons. Selesai menyelesaikan pembayaran,
kami dipersilakan untuk breakfast
dulu di sisi samping kantor sembari menunggu konfirmasi pilot balon udara yang
sedang ada di lokasi departure.
Sembari mengunyah chocolate cake dan black cherries, saya memperhatikan wajah-wajah yang masih dibayangi
oleh kantuk dan kegembiraan akan aktivitas ini. Kurang lebih ada 32 orang yang
akan dibagi dalam 2 mobil dengan nama pilot yang berbeda pada setiap mobil.
Kami mengambil paket yang sedikit lebih mahal karena 1 balon udara akan diisi
16 orang instead of 24 orang.
Beranjak ke tempat departure balon udara, setelah mendapat
konfirmasi pilot, kami melihat proses persiapan balon udara dari nol. Seru! Dan
tak lama setelahnya secara perlahan dan mulus, kami mulai melambung, meniti
meter demi meter ke arah langit. Pilotnya pun sangat interactive dengan joke
ringan dan sekaligus sebagai guide
kami dalam melihat Kapodakya dari atas. It’s
Kapodakya from Above! Awesome
activity.
starting |
pada nongol |
up and up |
boleh pakai tongsis |
Dalam diam, saya
bertopang siku sambil memandang ke bawah dan ke kejauhan, ke arah balon-balon
udara lain yang ikut bermunculan dari balik tebing-tebing tinggi. Dan dia
muncul! Sang pijar api besar, menggeliatkan sayap sayap cahayanya. Perlahan
lampu alamnya merambat semakin jauh menyinari sisi bumi yang ini untuk 15 jam
ke depan. Saya mendesah puas dan masih memperhatikan lekuk-lekuk gunung,
guratan-guratan alam atas tebing-tebing batu, menafsir apa yang sedang ada di
bawah sana. Kadang kami melambung sangat tinggi dan kadang turun menjadi sangat
rendah dan bisa melihat aktivitas pagi yang mulai bergeliat di permukaan.
Memantau pergerakan mobil-mobil mengikuti jalan raya berliku di bawah sana.
Andai jelajah ini bisa lebih dari 1 jam. I
wish.
***
“Cheers” dan gelas-gelas tinggi berisikan champagne mengeluarkan bunyi dentingan saat mereka beradu. Sebuah champagne toast pasca landing, setelah balon udara telah rapi
dan rebah di atas permukaan tanah. Turut serta juga saya bersama beberapa
penumpang lain, membantu merapikan balon udara itu. Sebuah toast untuk merayakan perjalanan balon udara selama 1 jam yang
sangat mulus, didukung oleh cuaca yang sangat bersahabat dan ketrampilan pilot
tentunya.
sunrise |
Kapadokya from above |
landing |
Setelahnya kami kembali
ke hotel untuk refreshment dan dengan
bantuan berbayar staff hotel, kami
mengunjungi Uchisar Castle. Sebuah castle
yang dipahat dan dibuat pada sebuah bukit batu dan merupakan titik tertinggi
dari wilayah Kapadokya. Sebuah castle
yang merupakan pusat pertahanan Kapadokya pada masanya. Bagi saya, castle ini tidaklah terlalu menarik dibandingkan
dengan Selime Monastery, tetapi yang tidak bisa dipungkiri adalah pemandangan
dari atas castle yang sangat indah.
360°
panoramic view yang menampilkan
keselurahan wilayah Kapadokya. Something
that I don’t want to miss.
Uchisar Castle |
Uchisar Castle |
pemandangan dari puncak Uchisar Castle |
Next
stop adalah Goreme
Open Air Museum. Sebuah komplek yang luas sekali dan masih terus dalam
pengembangan. Sebuah tempat landscape
yang luar biasa dari bentukan natural oleh alam. Museum ini sebenarnya berpusat kepada bekas tempat hunian yang
memiliki luas lebih kecil dari keseluruhan wilayahnya. Dimana pada wilayah
hunian ini banyak sekali gereja-geraja dan kapel yang dibuat di dalam gua batu
atau bukit-bukit batu kerdil. Beberapa gereja terlihat masih dalam kondisi
bagus dan lengkap dengan lukisan-lukisan dindingnya, dari abad ke 11. Bahkan di
beberapa gereja tampak makam-makam orang suci atau terpandang pada masanya,
lengkap dengan tengkorak satu badan. Di wilayah ini pula kami melihat sekumpulan
fairy chimney dari jarak yang sangat
dekat dan merupakan icon dari
Kapadokya. Sangat indah!
Goreme Open Museum |
jalan masuk modern ke dalam gereja yang masih mempunyai lukisan dinding dengan kondisi yang cukup baik |
another gereja dan ruangan |
Beranjak dari masterpiece ibu bumi atas landscape yang tidak biasa dari
Kapadokya, kami putuskan untuk berjalan santai menyusuri pedestrian di samping
jalan kembali ke kota. Dalam perjalanan kembali, saya memperhatikan ada
beberapa aktivitas lain yang menarik, yaitu camel
ride dan horse ride. Seru
kayaknya dan cukup menarik membayangkan menunggang kuda atau onta, menyusuri
jalan-jalan setapak diantara kerucut-kerucut batu dan fairy chimneys.
***
Makan siang terakhir di
Kapadokya kami nikmati di restaurant
lokal yang berada di lantai 2. Dengan pemandangan air mancur kota, saya sesap
dua, tiga kali Turkish Coffee yang
saya pesan. Turkish coffee yang lebih
seperti kopi tubruk dengan ampas yang banyak, yang disajikan dalam gelas kopi
yang kecil. Kopinya cenderung pahit tanpa rasa asam, tetapi memiliki aroma dan
rasa yang unik. Entah, tidak bsia saya gambarkan dengan kata, tetapi seperti
percampuran rempah dan gosong. Unik!
“Kalian mau kemana dari
sini?”
“Gue balik hotel deh.”
“Gue jalan-jalan daerah
sini aja.”
“Yah udah mencar yah.
gue mau duduk di taman tadi aja sambil ngerokok.”
“Okay, ketemu di hotel
jam 7 yah. bus kita ke Pamukkale jam 8 lho.”
***
Bus Metro yang kami
tumpangi, dengan cepat menambah kecepatan dan semakin jauh meninggalkan Goreme
di belakang kami. Menyusuri gelapnya jalan antar kota menuju Pamukkale.
“Ah hati saya masih
tertinggal di Goreme, semoga suatu saat nanti saya bisa kembali ke kota kecil
itu” batin saya dengan sedikit sedih. Tapi Pamukkale, Selcuk dan Istanbul
menanti di depan saya. Yakinnya, di sana bakalan banyak sekali moment-moment seru yang bakal terjadi.
Sebagian hati saya
tertinggal di Kapadokya dan sebagian lagi tak sabar menanti apa yang menunggu
saya.
***
No comments:
Post a Comment