Thursday, March 29, 2018

It's Time for IRAN - TEHRAN


more pictures in Instagram @harry_mdj

Pertama kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s time for IRAN!
Blank? Baca ini dulu:

Kota keempat dan terakhir yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Tehran, ibukota Negara Iran. Salah satu kota tua dari Persia Kuno yang juga merupakan salah satu dari pusat perdagangan Silk Road kuno. Tehran juga merupakan ibukota propinsi dari Propinsi Tehran dan merupakan kota terpadat di Iran serta di Asia Barat. Nama Tehran sendiri masih belum diketahui jelas asal usulnya tetapi sudah dipakai sejak lebih dari 7.000 tahun yang lalu. Tehran mempunyai banyak sekali historical places dan landmarks yang sangat terkenal dan menarik. Sayangnya kami tidak punya cukup waktu untuk mengunjungi semua landmarks dan historical places itu.

Artikel ini, it’s all about city tour di Tehran. We had only literally 41 hours in Tehran (include sleeping time). Such a short time with so many destinations! I KNOW, RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Tehran. It’s Tehran in 41 hours.

Note: semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10 sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.

***
1 hari yang kami punya di Shiraz selalu dirundung hujan gerimis, bahkan terkadang menjadi lebat dan memaksa kami untuk berteduh. Perjalanan kami menuju ke Shiraz Railway Station (02.15 pm) disambut dengan cahaya matahari yang hangat dan cerah. Memang tidak berjodoh dengan Shiraz pada kunjungan kali ini. Shiraz Railway Station terletak jauh dari pusat kota Shiraz. Membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam berkendara untuk mencapai stasiun kereta api yang tidaklah terlalu besar ini. Kami menggunakan taxi yang di-arrange dari hostel (biaya IRR 200.000 per taxi).

Note Kecil:
Stasiun Kereta di Iran, hampir mirip dengan airport, jadi untuk masuk ke dalam harus melalui scanner barang terlebih dahulu. Khusus turis, akan ada pemeriksaan passpor. Pemeriksaan passpor lebih ke pendataan beberapa informasi di passpor yang disalin secara manual (tulis tangan) ke sebuah buku besar. Hal ini cukup menyita waktu karena petugas (yang meskipun baik) tidak terbiasa dengan huruf latin, sehingga saat menyalin nama, dia akan menuliskan satu per satu huruf dari nama di passpor. Bayangkan jika high season dan banyak turis, akan terjadi antrian yang cukup panjang (tidak ada loket, petugas akan berada di sebuah ruang tamu kecil). Setelah itu, untuk masuk ke peron kereta, masih harus antri lagi untuk pemeriksaan tiket. So jika ada plan menggunakan kereta api, datanglah lebih awal, karena kereta api di Iran terkenal sangat-sangat on time. Tiket kereta api sebaiknya di-booking lebih awal. Kami sendiri mempercayakan booking-an tiket kereta api melalui staf Taha Hostel (bayar saat check out dari Taha Hostel). Ticket Kereta Api sudah dalam bentuk e-ticket jadi sebelumnya sudah bisa kami cetak, layaknya e-ticket pesawat terbang.
Shiraz Railway Station
Tepat pukul 04.00 pm, kereta pun beranjak menyusuri jajaran rel yang seolah memanjang membelah lukisan landscape yang indah dan bersinar tertempa sinar matahari senja dari ufuk barat. 15 jam perjalanan akan kami lalui menuju Tehran. Lucky us, sebelumnya memutuskan untuk mengambil sleeper train. Gue sendiri benernya ga expect too much dengan sleeper train, yang ternyata bersih dan nyaman. Gue yang biasanya susah tidur dalam perjalanan (meski cape berat), kali ini bisa tidur dengan nyenyak sekali.

Note Kecil:
Gerbong kami terdiri dari beberapa kompartemen. Dalam 1 kompartemen terdapat 4 tempat duduk, yang bisa menjadi 2 tempat tidur. Lho dua lagi? Tenang, di masing-masing sisi tempat duduk bagian atas terdapat panel yang jika ditarik, akan mengeluarkan 2 buah tempat tidur lagi (macam folded bed dan ada tangga kecilnya). Bagi yang tidur di sisi bawah, cukup menutup meja di antara 2 kursi dan menarik sisi yang digunakan untuk ranjang ke arah keluar, supaya lebar ranjang menjadi maksimal (sebelumnya sedikit tersebunyi 10 cm ke dalam).
Nyaman banget kok! Masing-masing tempat tidur juga dilengkapi dengan sebuah bantal dan 1 set seprai dan selimut. Lebar ranjang juga cukup luas. 
gerbong sleeper train
kompartemen sleeper train
welcome drink and snakcs
***
Gue melirik jam, tepat pukul 07.00 am kami memasuki Tehran Railway Station. Setelah mengalir bersama arus keluar dari stasiun kereta api, kami menyeretkan diri lagi mengikuti arus menuju pintu masuk Metro yang terletak tepat di depan pintu stasiun kereta api. Sadly, kedatangan kami bertepatan dengan jam sibuk Metro (jam berangkat kerja), walhasil setelah menunggu hampir 1 jam, dan train yang datang selalu sesak penuh (mana kami bawa backpack kan yah). Akhirnya kami menyerah dan memutuskan keluar dari Metro. Taxi menjadi alat transportasi lagi bagi kami untuk menuju ke Seven Hostel (biaya IRR 180.000 per taxi). 

Tehran Railway Station
Beli Metro Card di Metro Station
padet, umpel-umplean
Note Kecil:
Begitu keluar dari Stasiun Kereta Api, pintu Rahahan Metro Station (Metro) langsung nampak di sisi samping depan pintu utama stasiun. Kami langsung mengikuti arus turun memasuki Rahahan Metro dan antri untuk membeli Metro Card. Dari sini, seperti hal-nya sistem Metro di Turki, MTR di Honkong, MRT di Singapore dan Komuter/Busway di Indonesia, kami bisa menuju kemana saja. pastikan saja kita sudah menunggu di peron dan arah yang tepat.  

Lucky us again! Karena low season, maka sesampai di Seven Hostel, kami bisa langsung check in. Lumayan bisa mandi dulu dan sudah bisa taruh barang-barang di kamar.

Note Kecil:
Seven Hostel adalah sebuah hostel dengan letak yang strategis. Posisi hotel masih walkable ke Emam Khomeini dan Meliat Metro. Staff-nya ramah, helpful dengan bahasa Inggris yang sangat bagus. Kami mengambil private triple bed room dengan kamar mandi dalam. Kondisi kamar, kasur dan kamar mandi bersih, nyaman dan lebih lega dari kamar di Taha Hostel.
FYI, mereka tidak mempermasalahkan atau bahkan bertanya/berkomentar pada saat kami (salah satu dari kami adalah wanita) tidur dalam 1 kamar tidur yang sama. 
ranjang satunya di sisi kiri
kamar mandi dalam
After that, kami siap untuk salju! What! Salju? Iya salju.

FIRST STOP in Tehran! Tochal Ski Resort (Highlight of Tehran … for us)
Iran memiliki 4 musim dan saat kunjungan kami, salju masih ada di sisi pegunungan yang berada di Tehran. Tochal Ski Resort atau biasa disebut Tochal adalah tujuan kami pertama kali di Tehran. Dengan menggunakan metro kami turun di Tajrish Metro dan sambung lagi dengan taxi menuju Tochal (biaya IRR 150.000 per taxi).

Note Kecil:
Pada website resmi Tochal dan beberapa rekomendasi, tersebut bahwa Tochal Ski Resort selalu tutup pada hari Senin. Hal itu ternyata kurang tepat. Iseng kami bertanya pada staff Seven Hostel, dan dia tampak kebingungan karena setahu dia, Tochal buka terus dan jelasnya tidak tutup di hari Senin. Setelah dikonfirmasi langsung, memang Tochal buka dan saat kami datang memang buka dan cukup ramai. Hal ini membuat itinerary kami berubah jadwal hari selama di Tehran.

Pemberhentian taxi di Tochal hanya sampai di parking lot bawah saja. Dari sana kami harus berjalan sedikit melintasi parking lot dan terus berjalan naik jauh hingga ke cable car station (telecabin).

parking lot
olah raga pemanasan
Note Kecil:
Perjalanan dari parking lot ke telecabin station, cukup jauh dengan jalanan aspal yang naik landai. Jika tidak ingin jalan, pergilah ke sebuah halte tak jauh setelah parking lot dan belilah tiket shuttle car seharga IRR 15.000 per orang. Setiap beberapa puluh menit shuttle car akan tiba. Begitu pula dengan rute sebaliknya.

Setelah membeli tiket, kami segera memasuki line untuk naik telecabin (sepi banget, mungkin karena hari senin dan sudah siang). Tetapi di atas, cukup ramai juga lho yang berkunjung ke Tochal. Perjalanan dengan telecabin tentunya seru sekali. Perlahan landscape tandus musim dingin bergantikan dengan hamparan salju putih bersih yang terlihat sangat lembut.

dari gersangnya musim dingin
menjadi putihnya musim dingin
Note Kecil:
Tochal Telecabin mempunyai beberapa pilihan harga. Mostly ditentukan dari seberapa tinggi level yang ingin di tuju? Level tertinggi adalah level 7, dimana biasanya level ini adalah tujuan para pemain ski atau snowboard. Tidak ada bangunan lain selain bangunan telecabin station dan sebuah bangunan untuk persiapan ski/snowboard di level 7. Jika ingin main-main salju saja dan berfoto ria, level 5 sudah cukup, karena selain lebih nyaman untuk berfoto dan bermain salju, suhu juga relative lebih hangat. Pada tengah hari (around 12 siang) suhu di level 7 masih minus 9, sedangkan di level 5 lebih nyaman dengan minus 4 saja. Bangunan toilet dan restaurant juga adanya di level 5.

daftar tarif Tochal Telecabin
Kenorakan kami, membuat kami membeli tiket ke level 7. Dan meski perjalanan dengan telecabinnya seru banget (cukup hangat suhu dalam telecabin), kami menghabiskan waktu kurang lebih hanya 30 menit saja di level 7. It’s super freezing dan winter gear kami terbukti tidak memadai.

Cuma ada bangunan ini selain bangunan telecabin station di level 7
orang-orang ini saja sih yang cocok di level 7
beku tapi gaya
Note Kecil:
Untuk telecabin ke level 7. Nantinya akan ada petugas pemeriksa tiket di level 2, lalu harus berganti telecabin di level 5.

Kembali ke level 5, kami sejenak merehatkan diri dari angin dingin dan menikmati hangatnya suhu di dalam restaurant. Makan siang kami nampaknya sudah lewat masa makan siang dan walhasil pilihan makan di restaurant pun tinggal sedikit sekali.

Setelahnya kami menghabiskan waktu cukup lama untuk menikmati salju di level 5.

level 5 yang lebih bersahabat suhunya
less angin! jadi gaya maksimal bro
salah satu sudut di level 5
salah satu sudut lain di level 5
Note Kecil:
Bawa sarung tangan dan jaket yang memadai untuk suhu minus. Pakai sepatu yang juga memadai sehingga basahnya salju tidak merembes ke dalam sepatu. Bawa juga tutup telinga.

Kembali ke telecabin station terbawah, niatan kami untuk kembali ke kota akhirnya tertunda karena teracun untuk memacu adrenalin kami dengan menaiki Alpine Coaster. Sebuah roller coaster personal yang dapat dikendalikan sendiri. Semacam luge and skyride si Sentosa Singapore tapi pada saat naik akan dikendalikan otomatis, sedangkan turunnya bisa sedikit “direm” jika terlalu bumping. Track-nya sih ga curam-curam amat, tapi serunya adalah sekeliling adalah tebing, lereng dan gugusan gunung-gunung. Tracknya cukup seru dan pemandangan yang sangat indah. Harus coba!

Alpine Coaster
end of the ride
foto beli nih! printed dapetnya
Note Kecil:
Pada saat turun, petugas sangat menyarankan untuk melepas rem sama sekali supaya maksimal serunya. Rem disarankan hanya digunakan untuk sedikit memperlambat dan berhenti jika ada emergency situation saja. Segala jenis camera dan handphone disarankan tidak digunakan (pihak provider tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi) karena belokan tajam sering terjadi di sepanjang track dan wilayah coaster adalah literally alam yang dipasangin rel, bukan theme park. Biayanya ga mahal-mahal amat kok, yaitu IRR 250.000 per orang dan foto jadi yang bisa dibeli seharga IRR 150.000 per foto (ini yang mahal).

Setelah puas dengan keseruan alpine coaster, alih-alih meneruskan rencana untuk berlanjut ke Sa’Dabad Palace atau Niavaran palace, kami malah duduk-duduk saja menikmati secangkir kopi panas sambil puas-puasin menikmati suasana yang tenang dan dingin hingga senja pun datang. Dengan menggunakan taxi, kami kembali ke Tajrish Metro (biaya IRR 200.000 per taxi. Lebih mahal? Iya, macet soalnya, mendekati jam pulang kantor).

SECOND STOP in Tehran! Tabiat Bridge.
Tabiat bridge adalah jembatan terbesar dan terpanjang di Tehran. Menghubungkan 2 taman kota dan melintasi jalan tol utama di Tehran Utara. Jembatan ini dirancang oleh Leila Araghian dan memenangkan beberapa penghargaan international bergengsi dalam bidang arsitektur. Nama Tabiat sendiri dalam bahasa Farsi berarti nature atau alam, yang mulai dibangun pada tahun 2010 dan selesai pada akhir tahun 2014.

Jembatan ini sangat indah pada saat malam, dengan interior cahaya yang berwarna ungu. Jembatan ini juga terdiri dari 3 level dan memiliki beberapa restaurant di ujung-ujungnya. Bagi gue, sangat menyenangkan melintasi taman kota besar yang bersih dan aman, berujung dengan menikmati kerlap kerlip lampu perkotaan Tehran Utara dan melihat lampu-lampu mobil yang terjebak kemacetan di jalan tol dibawahnya. Melihat Tehran sebagaimana kota Metropolis lainnya dari level 3 Tabiat Bridge.

Tabiat Bridge
Second Level of Tabiat Bridge
view from 3rd level
3rd level
Note Kecil:
Dengan menggunakan metro, kami turun di Shahid Haghani Metro dan berjalan melintasi taman kota untuk menuju ke Tabiat Bridge.
***
Pagi menjelang dan ini merupakan pagi terakhir kami di Iran. Ini adalah hari terakhir jelajah Iran kami. Setelah menyikat sarapan di Seven Hostel, kami melangkahkan kaki-kaki kami menuju ke pemberhentian kami berikutnya.

Note Kecil:
Di Seven hostel rupanya menerapkan sistem honest kitchen. Menu makan pagi sudah mereka packed dalam sebuah piring dan bisa diambil sendiri di kulkas, begitu juga flat bread yang ada di “kulkas” hangat, yang ada di ruang breakfast (yang sekaligus menjadi living room bersama di rooftop Seven Hostel). Di kulkas juga disediakan tray kosong untuk tempat beberapa item yang tidak disukai atau tidak dimakan dari plate breakfast kita. Dan jika di tray tersebut ada yang kita suka, maka boleh juga diambil. Intinya nothing wasted. Sedangkan untuk air mineral yang tersedia di kulkas lain, tidak gratis dan jika ambil harus bayar. Bayar kemana? Di dekat tempat cuci, ada kotak uang. Masukin saja uangnya ke kotak tersebut dan jika butuh kembalian, ambil saja uang kembalian dari kotak tersebut (air mineral, candy, dll, ada keterangan harganya kok). Oh yah, jangan lupa untuk mencuci sendiri semua peralatan makan yang sudah dipakai yah (mereka juga menerapkan self service).

NEXT STOP in Tehran! Golestan Palace.
Istana ini adalah bekas istana Dinasti Qajar di Tehran. Golestan merupakan salah satu monumen bersejarah tertua di Tehran dan merupakan situs World Heritage, yang dibangun pada abad ke 16. Komplek istana ini tidaklah besar tetapi sangat indah dan terdiri dari taman, museum, halls, beberapa bangunan kerajaan dan banyak koleksi kerajinan Iran serta hadiah-hadiah kerajaan lain dari abad ke 18 dan 19.

Istana ini menurut gue adalah salah satu istana paling cantik yang pernah gue kunjungi. Dengan hiasan mosaic cermin khas Iran yang sangat indah dan mesmerizing. Mosaic cermin yang bahkan menjadi sangat dominan di salah satu hall di dalam istana ini, menutupi semua bidang dinding dan langit-langitnya. Waktu kunjungan kurang lebih 2 jam atau kurang (lihat note kecil).

main hall of Golestan Palace
taman di Golestan Palace
salah satu tembok di Golestan Palace yang berhias tile mosaics
cantik yah
pose mirror reflection
Note Kecil:
Tiket masuk ke Golestan Palace harganya sangat beragam, tergantung dari area dan bangunan mana saja yang ingin dimasuki. Dari standar (taman dan main hall) dengan harga IRR 300.000 per orang hingga all bangunan dengan harga tiket mencapai IRR 940.000 per orang. Tentunya hal ini juga berpengaruh pada lamanya waktu kunjungan.

harga tiket nih
LAST STOP in Tehran! Grand Bazaar.
Layaknya bazaar di Iran, Grand Bazaar of Tehran penuh dengan toko-toko yang menjual keperluan sehari-hari dari orang lokal. Bedanya adalah the grand Bazaar of Tehran beneran grand aka. besar banget. Kami tidak menemukan satu pun tulisan atau petunjuk dengan kata “Grand Bazaar”. Grand Bazaar ini terletak tepat disamping depan Golestan Palace dan merupakan “perkumpulan” dari beberapa bazaar. Sama seperti di Isfahan, perbatasan antar bazaar juga tidak kami ketahui secara pasti tetapi jika di luar, terdapat signage kecil petunjuk nama bazaar di area tersebut. Jika masuk ke dalam maka akan terlihat beberapa area menjual product yang berbeda jenis. Seru lho get lost dalam luapan manusia penuh sesak menyusuri lorong-lorong luas dalam labirin bazaar.

Tidak ada yang menjual souvenir khas Iran. Tetapi ini adalah tempat yang tepat untuk membeli kacang-kacangan khas Iran, membeli manisan Iran (lavashak), kopi Iran, saffron, ragam teh-teh-an Iran, dan mungkin mencoba sedikit street snacks ala-ala Iran seperti ice cream (yang sebenarnya lebih mirip smoothie) atau aneka pastry Iran.
toko tradisional jual lavashak, herb, teh dan kopi
lorong-lorong bazaar
permen dan kawan-kawan
kacang-kacangan
es krim rasa milkshake
rame banget

Note Kecil:
Tehran seperti juga di kota-kota Iran yang lain, mempunyai tingkat kriminalitas yang sangat rendah. Baik bagi warga lokal maupun turis, kota-kota di Iran sangat aman dan dengan penduduk lokal yang sangat ramah dan sincere. But tentunya kita harus tetap waspada untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Keep alert and keep your eyes to your belonging. Jangan takut tersesat, google maps sangat akurat di sini.

That’s it!
Mungkin kalian agak heran karena dengan waktu 41 jam di Tehran, kami hanya berkunjung ke 3 tempat saja.  Padahal jika menilik perjalanan kami di kota-kota sebelumnya, kami bisa mengunjungi tempat lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat.

Well, yang pertama karena menjelang hari terakhir liburan, biasanya gue sendiri lebih suka bersantai daripada mengejar mengunjungi destinasi-destinasi wisata yang menarik itu. Kebetulan juga 2 teman seperjalan juga berpikiran yang sama. Hari terakhir kami jadi malas bergerak dan lebih banyak berdiam menikmati detik-detik penghabisan suasana di Iran. Lebay? Entah yah. Tapi coba saja, pasti lama-lama mengerti apa yang gue maksud. Lagian mungkin juga stamina sudah terkuras dari marathon di beebrapa kota sebelumnya.

Hari terakhir liburan bagi gue adalah “hari minggu-nya liburan”. Don’t do too many activities, just chill and enjoy the local vibe.

Dan singkat kata, demikianlah cerita gue selama jelajah Iran.
Pingin balik? Banget!
***
Bak actor-actor laga di film-film action, kami bertiga dan seorang solo backpacker asal Taiwan (yang sharing taxi cost dengan kami) dibikin kocak di dalam sebuah mobil menyusuri lorong-lorong jalanan kuno Tehran. Sang driver rupanya ogah mendengarkan penjelasan kami bahwa waktu keberangkatan pesawat kami masih tengah malam dan it’s okay untuk sedikit terkena imbas kemacetan Tehran. Sang sopir pun berusaha mencari jalan-jalan tikus (kadang dia juga ga tahu apakah jalanan itu bisa tembus kemana) yang hanya bisa dilewati 1 mobil saja, menghindari segala jenis kemacetan yang terdeteksi pada layar google maps-nya.

Setelah dibuat agak-agak sport jantung, tapi seru dan asik juga, menyusuri jalanan-jalanan tikus sempit Tehran dan beberapa kali disertai cacian ala Farsi pada saat mobil kami bertemu dengan mobil lain di sebuah jalan yang hanya cukup dilalui untuk 1 buah mobil, akhirnya kami sampai juga ke jalan besar Tehran dan dengan tenang, lancar melaju ke Imam Khomeini International Airport.

macam mana pula wakakaka
Note Kecil:
Saat kunjungan kami metro sudah mencapai aiport sebenarnya, tetapi sayangnya metro hingga ke airport hanya beroperasi hingga pukul 2 siang. Setelahnya, perjalanan ke airport harus dilanjutkan lagi dengan taxi dari metro terakhir. Mengingat kondisi metro pada saat jam sibuk, kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan taxi ke airport. Imam Khomeini International Airport berada cukup jauh dari pusat kota Tehran. Kami menggunakan taxi hostel dengan harga IRR 600.000 yang bisa di-sharing utuk 4 orang (lucky us! Ada seorang solo backpacker asal Taiwan dengan penerbangan dan jadwal yang sama dengan kami. Lumayan irit biaya taxi).
***
Perlahan pesawat yang membawa kami semakin membumbung tinggi dan menyisakan kerlip-kerlip lampu kota Tehran sebagai spot cahaya di sebidang tanpa ujung kelamnya landscape malam di bawah sana.

What a destination! Beautiful people, beautiful culture, and beautiful nature landscape as well.

Apa yang gue dengar, apa yang ditanyakan dan dikuatirkan keluarga dan teman ke gue, lepas dari segala perhatian yang thoughtful tersebut, tidak gue temuin di Iran. Yang saya temui malah orang-orang yang sangat ramah dan sangat welcome kepada turis manapun. Orang – orang Iran yang meski dengan keterbatasan bahasa Inggris mereka, tetap berusaha sekuat tenaga membantu menunjukan arah kepada kami. Senyum mereka, teriakan “hello” dan “welcome to Iran” mereka. Kota mereka yang bersih dan nyaman dengan infrastruktur yang tertata baik dan modern.

I’m so blessed bisa dikasih kesempatan untuk (at least 1 kali) bisa mengunjungi Iran. Gue bersyukur teracun dan dan memutuskan untuk beli tiket ke Iran tahun lalu. Iran defeniltely always have a special place in my memory.

Semoga! Semoga! Ada jodoh untuk berkunjung ke Iran lagi dikemudian hari.

“Anything for you, sir?” pertanyaan filght attendance membuyarkan lamunan gue.
“Yes, laksa curry noddle cup and strongbow apple cider please”

bye Iran, till we meet again

***

2 comments:

  1. Hih aku di pesawat menuju KL, begitu pantat mendarat langsung tewas, sampe digoncang2 pramugarinya buat dibangunin disuruh nutup jendela =))

    ReplyDelete