more pictures in Instagram @harry_mdj |
Pertama
kali dengar tentang Negara ini pada tahun 1980-an. Pertama kali diajak
ngebolang ke Negara ini pada tahun 2016. Pertama kali keracun dan memutuskan
buat ngebolang ke Negara ini pada tahun 2017. Pertama kali menginjakkan kaki ke
tanah Rumi ini pada tahun 2018. Akhirnya setelah penantian berbulan-bulan, It’s
time for IRAN!
Blank?
Baca ini dulu:
Kota
keempat dan terakhir yang kami (gue dan 2 teman seperjalanan) kunjungi adalah Tehran,
ibukota Negara Iran. Salah satu kota tua dari Persia Kuno yang juga merupakan
salah satu dari pusat perdagangan Silk Road kuno. Tehran juga merupakan ibukota
propinsi dari Propinsi Tehran dan merupakan kota terpadat di Iran serta di Asia
Barat. Nama Tehran sendiri masih belum diketahui jelas asal usulnya tetapi sudah
dipakai sejak lebih dari 7.000 tahun yang lalu. Tehran mempunyai banyak sekali
historical places dan landmarks yang sangat terkenal dan menarik. Sayangnya
kami tidak punya cukup waktu untuk mengunjungi semua landmarks dan historical
places itu.
Artikel
ini, it’s all about city tour di Tehran. We had only literally 41 hours in Tehran
(include sleeping time). Such a short time with so many destinations! I KNOW,
RIGHT! So yuk tengok kemana saja kami ngelayap di Tehran. It’s Tehran in 41
hours.
Note:
semua catatan bisa saja tidak valid setelah masa waktu tertentu. Catatan ini
murni pada apa yang terjadi saat kunjungan gue. Jelajah Iran dilakukan di akhir
bulan February (musim dingin). Winter is here! Suhu rata-rata: di malam dan
dini hari adalah 4 sd. 8 derajat celcius, sedangkan di siang hari mencapai 10
sd. 14 derajat celcius. Suhu di Tochal Ski Resort lvl 5 adalah minus 4 derajat
celcius dan di lvl 7, minus 9 derajat celcius.
***
1
hari yang kami punya di Shiraz selalu dirundung hujan gerimis, bahkan terkadang
menjadi lebat dan memaksa kami untuk berteduh. Perjalanan kami menuju ke Shiraz
Railway Station (02.15 pm) disambut dengan cahaya matahari yang hangat dan
cerah. Memang tidak berjodoh dengan Shiraz pada kunjungan kali ini. Shiraz
Railway Station terletak jauh dari pusat kota Shiraz. Membutuhkan waktu kurang
lebih 1 jam berkendara untuk mencapai stasiun kereta api yang tidaklah terlalu
besar ini. Kami menggunakan taxi yang di-arrange dari hostel (biaya IRR 200.000
per taxi).
Note Kecil:
Stasiun Kereta di Iran,
hampir mirip dengan airport, jadi untuk masuk ke dalam harus melalui scanner
barang terlebih dahulu. Khusus turis, akan ada pemeriksaan passpor. Pemeriksaan
passpor lebih ke pendataan beberapa informasi di passpor yang disalin secara
manual (tulis tangan) ke sebuah buku besar. Hal ini cukup menyita waktu karena
petugas (yang meskipun baik) tidak terbiasa dengan huruf latin, sehingga saat
menyalin nama, dia akan menuliskan satu per satu huruf dari nama di passpor.
Bayangkan jika high season dan banyak turis, akan terjadi antrian yang cukup
panjang (tidak ada loket, petugas akan berada di sebuah ruang tamu kecil).
Setelah itu, untuk masuk ke peron kereta, masih harus antri lagi untuk
pemeriksaan tiket. So jika ada plan menggunakan kereta api, datanglah lebih
awal, karena kereta api di Iran terkenal sangat-sangat on time. Tiket kereta
api sebaiknya di-booking lebih awal. Kami sendiri mempercayakan booking-an
tiket kereta api melalui staf Taha Hostel (bayar saat check out dari Taha
Hostel). Ticket Kereta Api sudah dalam bentuk e-ticket jadi sebelumnya sudah
bisa kami cetak, layaknya e-ticket pesawat terbang.
Shiraz Railway Station |
Tepat
pukul 04.00 pm, kereta pun beranjak menyusuri jajaran rel yang seolah memanjang
membelah lukisan landscape yang indah dan bersinar tertempa sinar matahari
senja dari ufuk barat. 15 jam perjalanan akan kami lalui menuju Tehran. Lucky
us, sebelumnya memutuskan untuk mengambil sleeper train. Gue sendiri benernya ga
expect too much dengan sleeper train, yang ternyata bersih dan nyaman. Gue yang
biasanya susah tidur dalam perjalanan (meski cape berat), kali ini bisa tidur
dengan nyenyak sekali.
Note Kecil:
Gerbong kami terdiri dari
beberapa kompartemen. Dalam 1 kompartemen terdapat 4 tempat duduk, yang bisa
menjadi 2 tempat tidur. Lho dua lagi? Tenang, di masing-masing sisi tempat
duduk bagian atas terdapat panel yang jika ditarik, akan mengeluarkan 2 buah
tempat tidur lagi (macam folded bed dan ada tangga kecilnya). Bagi yang tidur
di sisi bawah, cukup menutup meja di antara 2 kursi dan menarik sisi yang
digunakan untuk ranjang ke arah keluar, supaya lebar ranjang menjadi maksimal
(sebelumnya sedikit tersebunyi 10 cm ke dalam).
Nyaman banget kok!
Masing-masing tempat tidur juga dilengkapi dengan sebuah bantal dan 1 set
seprai dan selimut. Lebar ranjang juga cukup luas.
gerbong sleeper train |
kompartemen sleeper train |
welcome drink and snakcs |
***
Gue
melirik jam, tepat pukul 07.00 am kami memasuki Tehran Railway Station. Setelah
mengalir bersama arus keluar dari stasiun kereta api, kami menyeretkan diri
lagi mengikuti arus menuju pintu masuk Metro yang terletak tepat di depan pintu
stasiun kereta api. Sadly, kedatangan kami bertepatan dengan jam sibuk Metro
(jam berangkat kerja), walhasil setelah menunggu hampir 1 jam, dan train yang
datang selalu sesak penuh (mana kami bawa backpack kan yah). Akhirnya kami
menyerah dan memutuskan keluar dari Metro. Taxi menjadi alat transportasi lagi
bagi kami untuk menuju ke Seven Hostel (biaya IRR 180.000 per taxi).
Tehran Railway Station |
Beli Metro Card di Metro Station |
padet, umpel-umplean |
Note Kecil:
Begitu keluar dari Stasiun
Kereta Api, pintu Rahahan Metro Station (Metro) langsung nampak di sisi samping
depan pintu utama stasiun. Kami langsung mengikuti arus turun memasuki Rahahan
Metro dan antri untuk membeli Metro Card. Dari sini, seperti hal-nya sistem
Metro di Turki, MTR di Honkong, MRT di Singapore dan Komuter/Busway di
Indonesia, kami bisa menuju kemana saja. pastikan saja kita sudah menunggu di
peron dan arah yang tepat.
Lucky
us again! Karena low season, maka sesampai di Seven Hostel, kami bisa langsung
check in. Lumayan bisa mandi dulu dan sudah bisa taruh barang-barang di kamar.
Note Kecil:
Seven Hostel adalah sebuah
hostel dengan letak yang strategis. Posisi hotel masih walkable ke Emam
Khomeini dan Meliat Metro. Staff-nya ramah, helpful dengan bahasa Inggris yang sangat
bagus. Kami mengambil private triple bed room dengan kamar mandi dalam. Kondisi
kamar, kasur dan kamar mandi bersih, nyaman dan lebih lega dari kamar di Taha
Hostel.
FYI, mereka tidak
mempermasalahkan atau bahkan bertanya/berkomentar pada saat kami (salah satu
dari kami adalah wanita) tidur dalam 1 kamar tidur yang sama.
ranjang satunya di sisi kiri |
kamar mandi dalam |
After
that, kami siap untuk salju! What! Salju? Iya salju.
FIRST
STOP in Tehran! Tochal Ski Resort (Highlight of Tehran … for us)
Iran
memiliki 4 musim dan saat kunjungan kami, salju masih ada di sisi pegunungan
yang berada di Tehran. Tochal Ski Resort atau biasa disebut Tochal adalah
tujuan kami pertama kali di Tehran. Dengan menggunakan metro kami turun di
Tajrish Metro dan sambung lagi dengan taxi menuju Tochal (biaya IRR 150.000 per
taxi).
Note Kecil:
Pada website resmi Tochal
dan beberapa rekomendasi, tersebut bahwa Tochal Ski Resort selalu tutup pada
hari Senin. Hal itu ternyata kurang tepat. Iseng kami bertanya pada staff Seven
Hostel, dan dia tampak kebingungan karena setahu dia, Tochal buka terus dan
jelasnya tidak tutup di hari Senin. Setelah dikonfirmasi langsung, memang
Tochal buka dan saat kami datang memang buka dan cukup ramai. Hal ini membuat
itinerary kami berubah jadwal hari selama di Tehran.
Pemberhentian
taxi di Tochal hanya sampai di parking lot bawah saja. Dari sana kami harus
berjalan sedikit melintasi parking lot dan terus berjalan naik jauh hingga ke cable
car station (telecabin).
parking lot |
olah raga pemanasan |
Note Kecil:
Perjalanan dari parking lot
ke telecabin station, cukup jauh dengan jalanan aspal yang naik landai. Jika
tidak ingin jalan, pergilah ke sebuah halte tak jauh setelah parking lot dan
belilah tiket shuttle car seharga IRR 15.000 per orang. Setiap beberapa puluh
menit shuttle car akan tiba. Begitu pula dengan rute sebaliknya.
Setelah
membeli tiket, kami segera memasuki line untuk naik telecabin (sepi banget,
mungkin karena hari senin dan sudah siang). Tetapi di atas, cukup ramai juga lho
yang berkunjung ke Tochal. Perjalanan dengan telecabin tentunya seru sekali.
Perlahan landscape tandus musim dingin bergantikan dengan hamparan salju putih
bersih yang terlihat sangat lembut.
dari gersangnya musim dingin |
menjadi putihnya musim dingin |
Note Kecil:
Tochal Telecabin mempunyai
beberapa pilihan harga. Mostly ditentukan dari seberapa tinggi level yang ingin
di tuju? Level tertinggi adalah level 7, dimana biasanya level ini adalah
tujuan para pemain ski atau snowboard. Tidak ada bangunan lain selain bangunan telecabin
station dan sebuah bangunan untuk persiapan ski/snowboard di level 7. Jika
ingin main-main salju saja dan berfoto ria, level 5 sudah cukup, karena selain
lebih nyaman untuk berfoto dan bermain salju, suhu juga relative lebih hangat.
Pada tengah hari (around 12 siang) suhu di level 7 masih minus 9, sedangkan di
level 5 lebih nyaman dengan minus 4 saja. Bangunan toilet dan restaurant juga
adanya di level 5.
daftar tarif Tochal Telecabin |
Kenorakan
kami, membuat kami membeli tiket ke level 7. Dan meski perjalanan dengan telecabinnya
seru banget (cukup hangat suhu dalam telecabin), kami menghabiskan waktu kurang
lebih hanya 30 menit saja di level 7. It’s super freezing dan winter gear kami
terbukti tidak memadai.
Cuma ada bangunan ini selain bangunan telecabin station di level 7 |
orang-orang ini saja sih yang cocok di level 7 |
beku tapi gaya |
Note Kecil:
Untuk telecabin ke level 7.
Nantinya akan ada petugas pemeriksa tiket di level 2, lalu harus berganti
telecabin di level 5.
Kembali
ke level 5, kami sejenak merehatkan diri dari angin dingin dan menikmati
hangatnya suhu di dalam restaurant. Makan siang kami nampaknya sudah lewat masa
makan siang dan walhasil pilihan makan di restaurant pun tinggal sedikit
sekali.
Setelahnya
kami menghabiskan waktu cukup lama untuk menikmati salju di level 5.
level 5 yang lebih bersahabat suhunya |
less angin! jadi gaya maksimal bro |
salah satu sudut di level 5 |
salah satu sudut lain di level 5 |
Note Kecil:
Bawa sarung tangan dan jaket
yang memadai untuk suhu minus. Pakai sepatu yang juga memadai sehingga basahnya
salju tidak merembes ke dalam sepatu. Bawa juga tutup telinga.
Kembali
ke telecabin station terbawah, niatan kami untuk kembali ke kota akhirnya
tertunda karena teracun untuk memacu adrenalin kami dengan menaiki Alpine
Coaster. Sebuah roller coaster personal yang dapat dikendalikan sendiri.
Semacam luge and skyride si Sentosa Singapore tapi pada saat naik akan
dikendalikan otomatis, sedangkan turunnya bisa sedikit “direm” jika terlalu
bumping. Track-nya sih ga curam-curam amat, tapi serunya adalah sekeliling
adalah tebing, lereng dan gugusan gunung-gunung. Tracknya cukup seru dan pemandangan
yang sangat indah. Harus coba!
Alpine Coaster |
end of the ride |
Note Kecil:
Pada saat turun, petugas
sangat menyarankan untuk melepas rem sama sekali supaya maksimal serunya. Rem
disarankan hanya digunakan untuk sedikit memperlambat dan berhenti jika ada emergency
situation saja. Segala jenis camera dan handphone disarankan tidak digunakan (pihak
provider tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi) karena
belokan tajam sering terjadi di sepanjang track dan wilayah coaster adalah literally
alam yang dipasangin rel, bukan theme park. Biayanya ga mahal-mahal amat kok,
yaitu IRR 250.000 per orang dan foto jadi yang bisa dibeli seharga IRR 150.000
per foto (ini yang mahal).
Setelah
puas dengan keseruan alpine coaster, alih-alih meneruskan rencana untuk
berlanjut ke Sa’Dabad Palace atau Niavaran palace, kami malah duduk-duduk saja
menikmati secangkir kopi panas sambil puas-puasin menikmati suasana yang tenang
dan dingin hingga senja pun datang. Dengan menggunakan taxi, kami kembali ke
Tajrish Metro (biaya IRR 200.000 per taxi. Lebih mahal? Iya, macet soalnya,
mendekati jam pulang kantor).
SECOND
STOP in Tehran! Tabiat Bridge.
Tabiat
bridge adalah jembatan terbesar dan terpanjang di Tehran. Menghubungkan 2 taman
kota dan melintasi jalan tol utama di Tehran Utara. Jembatan ini dirancang oleh
Leila Araghian dan memenangkan beberapa penghargaan international bergengsi
dalam bidang arsitektur. Nama Tabiat sendiri dalam bahasa Farsi berarti nature
atau alam, yang mulai dibangun pada tahun 2010 dan selesai pada akhir tahun
2014.
Jembatan
ini sangat indah pada saat malam, dengan interior cahaya yang berwarna ungu.
Jembatan ini juga terdiri dari 3 level dan memiliki beberapa restaurant di
ujung-ujungnya. Bagi gue, sangat menyenangkan melintasi taman kota besar yang
bersih dan aman, berujung dengan menikmati kerlap kerlip lampu perkotaan Tehran
Utara dan melihat lampu-lampu mobil yang terjebak kemacetan di jalan tol
dibawahnya. Melihat Tehran sebagaimana kota Metropolis lainnya dari level 3
Tabiat Bridge.
Note Kecil:
Dengan menggunakan metro,
kami turun di Shahid
Haghani Metro dan berjalan melintasi taman kota untuk menuju ke Tabiat Bridge.
***
Pagi
menjelang dan ini merupakan pagi terakhir kami di Iran. Ini adalah hari
terakhir jelajah Iran kami. Setelah menyikat sarapan di Seven Hostel, kami
melangkahkan kaki-kaki kami menuju ke pemberhentian kami berikutnya.
Note Kecil:
Di Seven hostel rupanya
menerapkan sistem honest kitchen. Menu makan pagi sudah mereka packed dalam
sebuah piring dan bisa diambil sendiri di kulkas, begitu juga flat bread yang ada
di “kulkas” hangat, yang ada di ruang breakfast (yang sekaligus menjadi living
room bersama di rooftop Seven Hostel). Di kulkas juga disediakan tray kosong
untuk tempat beberapa item yang tidak disukai atau tidak dimakan dari plate
breakfast kita. Dan jika di tray tersebut ada yang kita suka, maka boleh juga
diambil. Intinya nothing wasted. Sedangkan untuk air mineral yang tersedia di kulkas
lain, tidak gratis dan jika ambil harus bayar. Bayar kemana? Di dekat tempat
cuci, ada kotak uang. Masukin saja uangnya ke kotak tersebut dan jika butuh
kembalian, ambil saja uang kembalian dari kotak tersebut (air mineral, candy,
dll, ada keterangan harganya kok). Oh yah, jangan lupa untuk mencuci sendiri
semua peralatan makan yang sudah dipakai yah (mereka juga menerapkan self
service).
NEXT
STOP in Tehran! Golestan Palace.
Istana
ini adalah bekas istana Dinasti Qajar di Tehran. Golestan merupakan salah satu
monumen bersejarah tertua di Tehran dan merupakan situs World Heritage, yang
dibangun pada abad ke 16. Komplek istana ini tidaklah besar tetapi sangat indah
dan terdiri dari taman, museum, halls, beberapa bangunan kerajaan dan banyak
koleksi kerajinan Iran serta hadiah-hadiah kerajaan lain dari abad ke 18 dan
19.
Istana
ini menurut gue adalah salah satu istana paling cantik yang pernah gue
kunjungi. Dengan hiasan mosaic cermin khas Iran yang sangat indah dan
mesmerizing. Mosaic cermin yang bahkan menjadi sangat dominan di salah satu
hall di dalam istana ini, menutupi semua bidang dinding dan langit-langitnya.
Waktu kunjungan kurang lebih 2 jam atau kurang (lihat note kecil).
main hall of Golestan Palace |
taman di Golestan Palace |
salah satu tembok di Golestan Palace yang berhias tile mosaics |
cantik yah |
pose mirror reflection |
Note Kecil:
Tiket masuk ke Golestan
Palace harganya sangat beragam, tergantung dari area dan bangunan mana saja
yang ingin dimasuki. Dari standar (taman dan main hall) dengan harga IRR
300.000 per orang hingga all bangunan dengan harga tiket mencapai IRR 940.000
per orang. Tentunya hal ini juga berpengaruh pada lamanya waktu kunjungan.
LAST
STOP in Tehran! Grand Bazaar.
Layaknya
bazaar di Iran, Grand Bazaar of Tehran penuh dengan toko-toko yang menjual
keperluan sehari-hari dari orang lokal. Bedanya adalah the grand Bazaar of
Tehran beneran grand aka. besar banget. Kami tidak menemukan satu pun tulisan
atau petunjuk dengan kata “Grand Bazaar”. Grand Bazaar ini terletak tepat disamping
depan Golestan Palace dan merupakan “perkumpulan” dari beberapa bazaar. Sama
seperti di Isfahan, perbatasan antar bazaar juga tidak kami ketahui secara
pasti tetapi jika di luar, terdapat signage kecil petunjuk nama bazaar di area
tersebut. Jika masuk ke dalam maka akan terlihat beberapa area menjual product
yang berbeda jenis. Seru lho get lost dalam luapan manusia penuh sesak
menyusuri lorong-lorong luas dalam labirin bazaar.
Tidak
ada yang menjual souvenir khas Iran. Tetapi ini adalah tempat yang tepat untuk
membeli kacang-kacangan khas Iran, membeli manisan Iran (lavashak), kopi Iran,
saffron, ragam teh-teh-an Iran, dan mungkin mencoba sedikit street snacks
ala-ala Iran seperti ice cream (yang sebenarnya lebih mirip smoothie) atau
aneka pastry Iran.
toko tradisional jual lavashak, herb, teh dan kopi |
lorong-lorong bazaar |
permen dan kawan-kawan |
kacang-kacangan |
es krim rasa milkshake |
Tehran seperti juga di
kota-kota Iran yang lain, mempunyai tingkat kriminalitas yang sangat rendah.
Baik bagi warga lokal maupun turis, kota-kota di Iran sangat aman dan dengan penduduk
lokal yang sangat ramah dan sincere. But tentunya kita harus tetap waspada
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Keep alert and keep your eyes
to your belonging. Jangan takut tersesat, google maps sangat akurat di sini.
That’s
it!
Mungkin
kalian agak heran karena dengan waktu 41 jam di Tehran, kami hanya berkunjung
ke 3 tempat saja. Padahal jika menilik
perjalanan kami di kota-kota sebelumnya, kami bisa mengunjungi tempat lebih
banyak dengan waktu yang lebih singkat.
Well,
yang pertama karena menjelang hari terakhir liburan, biasanya gue sendiri lebih
suka bersantai daripada mengejar mengunjungi destinasi-destinasi wisata yang
menarik itu. Kebetulan juga 2 teman seperjalan juga berpikiran yang sama. Hari
terakhir kami jadi malas bergerak dan lebih banyak berdiam menikmati detik-detik
penghabisan suasana di Iran. Lebay? Entah yah. Tapi coba saja, pasti lama-lama
mengerti apa yang gue maksud. Lagian mungkin juga stamina sudah terkuras dari
marathon di beebrapa kota sebelumnya.
Hari
terakhir liburan bagi gue adalah “hari minggu-nya liburan”. Don’t do too many
activities, just chill and enjoy the local vibe.
Dan
singkat kata, demikianlah cerita gue selama jelajah Iran.
Pingin
balik? Banget!
***
Bak
actor-actor laga di film-film action, kami bertiga dan seorang solo backpacker
asal Taiwan (yang sharing taxi cost dengan kami) dibikin kocak di dalam sebuah
mobil menyusuri lorong-lorong jalanan kuno Tehran. Sang driver rupanya ogah
mendengarkan penjelasan kami bahwa waktu keberangkatan pesawat kami masih
tengah malam dan it’s okay untuk sedikit terkena imbas kemacetan Tehran. Sang
sopir pun berusaha mencari jalan-jalan tikus (kadang dia juga ga tahu apakah
jalanan itu bisa tembus kemana) yang hanya bisa dilewati 1 mobil saja,
menghindari segala jenis kemacetan yang terdeteksi pada layar google maps-nya.
Setelah
dibuat agak-agak sport jantung, tapi seru dan asik juga, menyusuri
jalanan-jalanan tikus sempit Tehran dan beberapa kali disertai cacian ala Farsi
pada saat mobil kami bertemu dengan mobil lain di sebuah jalan yang hanya cukup
dilalui untuk 1 buah mobil, akhirnya kami sampai juga ke jalan besar Tehran dan
dengan tenang, lancar melaju ke Imam Khomeini International Airport.
Note Kecil:
Saat kunjungan kami metro
sudah mencapai aiport sebenarnya, tetapi sayangnya metro hingga ke airport
hanya beroperasi hingga pukul 2 siang. Setelahnya, perjalanan ke airport harus dilanjutkan
lagi dengan taxi dari metro terakhir. Mengingat kondisi metro pada saat jam
sibuk, kami akhirnya memutuskan untuk menggunakan taxi ke airport. Imam
Khomeini International Airport berada cukup jauh dari pusat kota Tehran. Kami
menggunakan taxi hostel dengan harga IRR 600.000 yang bisa di-sharing utuk 4
orang (lucky us! Ada seorang solo backpacker asal Taiwan dengan penerbangan dan
jadwal yang sama dengan kami. Lumayan irit biaya taxi).
***
Perlahan
pesawat yang membawa kami semakin membumbung tinggi dan menyisakan
kerlip-kerlip lampu kota Tehran sebagai spot cahaya di sebidang tanpa ujung kelamnya
landscape malam di bawah sana.
What
a destination! Beautiful people, beautiful culture, and beautiful nature
landscape as well.
Apa
yang gue dengar, apa yang ditanyakan dan dikuatirkan keluarga dan teman ke gue,
lepas dari segala perhatian yang thoughtful tersebut, tidak gue temuin di Iran.
Yang saya temui malah orang-orang yang sangat ramah dan sangat welcome kepada
turis manapun. Orang – orang Iran yang meski dengan keterbatasan bahasa Inggris
mereka, tetap berusaha sekuat tenaga membantu menunjukan arah kepada kami.
Senyum mereka, teriakan “hello” dan “welcome to Iran” mereka. Kota mereka yang
bersih dan nyaman dengan infrastruktur yang tertata baik dan modern.
I’m
so blessed bisa dikasih kesempatan untuk (at least 1 kali) bisa mengunjungi
Iran. Gue bersyukur teracun dan dan memutuskan untuk beli tiket ke Iran tahun
lalu. Iran defeniltely always have a special place in my memory.
Semoga!
Semoga! Ada jodoh untuk berkunjung ke Iran lagi dikemudian hari.
“Anything
for you, sir?” pertanyaan filght attendance membuyarkan lamunan gue.
“Yes,
laksa curry noddle cup and strongbow apple cider please”
***
Hih aku di pesawat menuju KL, begitu pantat mendarat langsung tewas, sampe digoncang2 pramugarinya buat dibangunin disuruh nutup jendela =))
ReplyDeleteperjalanan panjang yak wakakaka
Delete