Cuaca cerah, matahari
bersinar ceria menghunjamkan berkas-berkas hangat pijarnya. Hujan angin yang
konon melanda sehari sebelumnya tampak tinggallah cerita dan kenangan yang
cepat berlalu. Riak-riak landai nan tenang menina-bobokan sebagian besar
penumpang kapal yang seolah tertumpuk-tumpuk dari lambung kapal hingga ke atas
atap kapal.
Pandangan saya menebar,
menangkap begitu banyak kepala yang tergolek pasrah atas goncangan-goncangan
kecil kapal dan tak kalah banyak pula kepala yang terangguk-angguk mencoba
mencari tempat bersandar yang tak ada. Jendela-jendela mata hati yang tertutup,
berkelana dalam dunia angan, seolah menjanjikan perjalanan selama 3 jam
meninggalkan Teluk Jakarta dan menyusuri Laut Jawa menuju ke Pulau Harapan,
menjadi lebih singkat.
“Mas, bisa pinjam
koreknya?” tanya bapak yang duduk disebelah saya, meminjam korek untuk teman di
sebelahnya.
“Oh silahkan.” jawab
saya sembari menyodorkan pematik api saya.
Dan dari sana maka sebagian
besar dari setengah perjalanan, saya isi dengan berbincang-bincang dengan sang
bapak, yang ternyata adalah penduduk asli di Pulau Harapan. Lain kisah dari
yang bapak tersebut ceritakan, inilah cerita saya di Pulau Harapan.
***
“Ta, adain dong Pulau
Harapan” ujar saya ke Octa, “paling ga nih, aku ama temanku sudah ada 3 yang
ikut” imbuh saya.
“Ok, Oktober aja
gimana? Tanggal 19 dan 20?” jawab Octa datar (mungkin keseringan ke Kepulauan
Seribu dia).
Dan disinilah kami ber
-19 berkumpul di Pom Bensin Muara (B)Angke, setelah bergelut dengan jalanan
becek dan bau busuk menyengat dari pintu depan Muara Angke. Formasi lengkap dan
kami bergerak beriringan menuju dan memasuki Kapal Milles (Harapan Express)
yang mulai penuh dan tampaknya karena kemujuran saja kami mendapatkan 2 space
kosong yang cukup untuk kami ber-19. Berang-berang pake kancut, berangcuttttt.
3 jam kami habiskan
dengan termangu-mangu sebelum akhirnya berlabuh juga kapal kami di Pulau
Harapan. Sedikit menyusuri lorong-lorong pemukiman di pulau kecil ini (yang
cukup membingungkan bagi saya), maka sampailah kami di sebuah rumah dengan 4
kamar tidur, 2 kamar mandi, satu ruang serba guna dan satu ruang tv, yang
menghadap langsung ke pantai, WOW!
Sembari beberes dan
meluruskan kaki, kami mulai menikmati makan siang yang (thank God) disajikan
lebih awal dengan bonus pemandangan pantai. Perut kenyang dan kostum telah
berganti, maka kami siap untuk menjelajah dunia air dangkal di sekitar Pulau
Harapan.
Kurang lebih satu jam
kami kembali terangguk-angguk dipermainkan ombak, dalam sebuah kapal kayu motor
tempel, sebelum kami melompat dan menjejak pada sebuah dermaga kayu di Pulau Kelor
Barat untuk sekedar berfoto-foto di dermaga kayunya yang panjang dan indah,
yang mengarahkan kami dari laut dangkal jernih, berhiaskan coral-coral cantik
dengan tarian ikan disekelilingnya. Kunjungan kami ke Pulau Kelor Barat memang
hanya untuk meminta ijin pada penjaganya supaya diijinkan untuk ber-snorkeling
ria di beberapa spot Kelor Barat.
Siang hari pertama,
completely kami habiskan dengan berkecipak-kecipuk ber-snorkeling di beberapa
spot dalam area Kelor Barat, Melinjo dan Macan Gundul. Terjun ke sejuknya air
laut, riwa riwi, naik ke perahu, berlayar sejenak, terjun ke laut, riwa riwi,
naik ke perahu dan berulang-ulang kembali.
Belum puas
ber-snorkeling dan stamina tubuh kantoran kami memberontak menyudahi acara wira
wiri kami di perairan dangkal yang tak henti menggoda kami. Kapal berlabuh ke
Pulau Bulat untuk kami melepas lelah, mengisi perut dengan pop mie dan minuman
hangat, sembari memperhatikan bulatan mata Apollo yang mulai bergerak semakin
dekat ke garis horizon.
Malam hari kami
habiskan dengan saling melempar olokan, canda dan cerita sembari menikmati
hidangan makan malam dan ikan bakar, yummy.
***
“Hoam” bangun, menggeliat
sedikit dan melihat waktu yang ada pada handphone saya. Hm … pukul 4.45 dini
hari.
“HOAMMMM” menguap lebar,
menggeliat lebih seru dan saya siap untuk berburu sunrise, di tepi dermaga
utama Pulau Harapan, dimana masih saya temui sang bulan bersinar memantulkan
gurat cahaya sang empunya, dalam bulatan sempurna.
Ah sial, langit lagi berawan
dan hanya membiaskan sedikit sinaran emas sang surya. Di sini saya belajar
dalam berburu sunset dan sunrise harus gigih dan sabar. Sang surya keluar dari
kelambu awan dan menunjukkan sejatinya bentuk sang dewa pijar, saat saya sedang
menyusuri jalanan berkelok kembali ke guest house.
Terang menjelang di
Pulau Harapan dan usai menikmati makan pagi, kami kembali memasuki kapal kayu
motor tempel untuk mengunjungi 2 pulau di area Pulau Harapan, yaitu Pulau Kotok
Besar dan Pulau Opak.
Pulau Kotok Besar adalah
sebuah pulau kecil yang didedikasikan sebagai tempat rehabilitasi burung Elang
(www.jakartaanimalaid.com) dan panti
bagi burung-burung elang juga. Sedih dan mata ini pedih menyaksikan seekor
burung elang yang diselamatkan dari pemilik liar, yang mematahkan sayapnya
hanya agar si elang tidak bisa terbang. Sedih melihat beberapa elang kecil yang
harus menghabiskan sisa umur mereka di dalam sangkar karena kondisi mereka yang
tidak memungkinkan untuk dilepas lagi ke alam liar. Dari sisi terjauh pulau sering
kami dengar suara elang-elang bersahutan sebagai tanda kehidupan mereka di pusat
rehabilitasi yang tak bisa kami kunjungi, karena elang-elang tersebut
diasingkan dari manusia supaya bisa dilepas lagi ke alam liar yang bebas. Pertanyaannya
adalah: apakah kita mau kaki kita dipatahkan supaya kita tidak bisa bergerak
bebas dan hanya terdiam dalam keterbatasan itu?
Pulau Opak adalah sebuah
pulau kecil yang padat akan flora, sehingga hanya bisa kami susuri garis
pantainya yang cukup panjang pada sisi kami merapat. Pasirnya putih lembut dan air
jernih 3 warna terhidang dalam tangkapan 180° pandangan kami, sungguh indah.
The Beach at Opak Island |
Sum Glasses and The Beach |
Ingin rasanya
menghabiskan beberapa hari lagi dalam buaian dewi angin Kepulauan Seribu,
tetapi apa daya, kami harus kembali ke dunia fana yang nyata. Mungkin, yah
mungkin saya, kami akan kembali lagi ke laut yang sama meski rasa takut di hati
bahwa kami tak akan menemukan kondisi yang sama. Mari jaga dan lindungi serta
nikmati bersama-sama keindahan bumi pertiwi ini.
Huaaah....traveling yg gagal. Nice island :)
ReplyDeleteyoi bro
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletewah keren! bisa minta kontak guide nya ga?:D
ReplyDeleteOf course. Dng mbak octa di 081295862642
Delete