more pictures in my Instagram @harry_mdj |
“Besok
pagian yak bangunnya.”
“OK.”
“Jangan
lupa bawa paspor.”
“OK.”
“Perkiraan
sih nyampe sana waktu brunch. Kalau takut kelaperan bawa roti deh.”
“OK.”
Sepenggal
percakapan saya dan teman seperjalanan yang terjadi malam hari di Café Malty,
di daerah Tsim Sha Tsui. Percakapan berlanjut mencoba mengira-ngira bagaimana
dan apa yang akan kami temukan di Macau keesok harinya. Segelas beer Asahi
menemani kami untuk sedikit menjadikan malam di musim dingin itu sedikit
hangat.
Macau.
Hm … actually saya tak tahu apa yang bisa saya kunjungi di sana. Sedikit
coretan saya ini hanya berkutat di The Venetian, Senado Square, Ruins of St.
Paul dan Mount Fortress. Tak seperti kebiasaan turis Indonesia yang biasanya
menghabiskan waktu semalam di Macau. Saya dan teman seperjalanan hanya
menghabiskan waktu setengah hari saja di sini. Yes! Setengah hari saja. Lebih
detail, sekitar 6 jam saja, haha.
Mungkin
ada sedikit kesan yang ingin saya share dan tentunya sedikit general tips
selama kunjungan di Macau.
***
Pagi
menjelang di Hong Kong dan sekitar pukul 7, saya dan 2 teman seperjalanan sudah
siap menuju ke Hong Kong – Macau Ferry Terminal yang berada di Hong Kong
Island.
Tips:
Untuk
mencapai Hong Kong – Macau Ferry Terminal, gunakan MTR (Island Line), turun di
MTR Sheung Wan. Setelahnya lanjutkan dengan berjalan kaki dengan mengikuti
petunjuk yang jelas di sana. Ada beberapa vendor ferry antara lain TurboJet dan
Cotai yang melayani penyeberangan ferry Hong Kong – Macau.
Pilihan
saya adalah TurboJet yang beroperasi 24/7 dengan waktu keberangkatan setiap 15
menit sekali pada pukul 7 pagi sampai dengan pukul 11.59 malam dan 6 kali
jadwal keberangkatan (7 kali untuk Macau ke Hong Kong) pada pukul 12 malam
sampai dengan pukul 6.59 pagi. Begitu pula dengan jadwal dari Macau Outer
Harbour ke Hong Kong – Macau Ferry Terminal.
Harga
TurboJet juga beragam dengan pembagian antara Economy Class dan Super Class
(yang harga-nya bisa lebih dari 2 kali lipat dari harga economy) serta juga
berbeda pada waktu keberangkatan yang dibagi menjadi weekdays (paling murah),
weekends/holidays, dan night sailing (paling mahal).
Pembelian
tiket biasa dilakukan secara go show dan karena jadwal keberangkatan setiap 15
menit dan loket yang banyak sekali (termasuk ticket machines), biasanya tidak
ada antrian panjang di loket-loket penjualan tiket.
Jangan
lupa membawa paspor dan slip kecil yang diisi pada saat tiba di Hong Kong,
karena meski Macau juga termasuk bagian dari RRC, seperti halnya Hong Kong,
mereka adalah Daerah Administratif Khusus sehingga seperti memasuki negara
tersendiri. Pada saat masuk ke Macau, paspor tidak akan di-cap tetapi hanya
diberikan kertas print out kecil (jangan hilang). Saat nanti balik ke Hong
kong, di dalam ferry, petugas akan membagikan slip kecil untuk diisi (harus)
sebagai syarat administratif untuk memasuki Hong Kong. Sama dengan saat dari
Indonesia masuk ke Hong Kong.
Mata
uang di Macau adalah MOP yang equal dengan nilai mata uang HKD dan CNY. 3 mata
uang tersebut diterima di semua tempat di Macau. Jadi cukup membawa HKD saja
untuk spend money di Macau. Bahkan jika belanja, uang kembaliannya pun
seringnya diberikan dalam bentuk HKD.
slip pass Hong Kong Immigration |
Perjalanan menuju Macau kami tempuh dengan tenang dan cukup nyaman (mengingat ini kelas economy, dengan kondisi kurang lebih seperti ferry Batam ke Singapore) dengan durasi kurang lebih 1 jam saja.
Sekeluar
dari gedung terminal dan mengikuti petunjuk dimana antrian bus-bus hotel dan
casino berada (free shuttle bus), kami langsung masuk ke antrian free shuttle
bus yang membawa kami ke The Venetian.
Tips:
Di
Macau yang dijejali oleh hotel mewah, yang biasanya juga mempunyai casino, menyediakan
free shuttle bus dari ferry terminal ke hotel/casino mereka. Tidak harus
menginap di hotel atau berjudi di casino mereka kok untuk bisa naik bus ini. Di
terminal bus khusus free shuttle bus, biasanya ada baris-baris antrian hotel-hotel
yang dituju. Misalnya Grand Lisboa, Lisboa (letaknya tepat di depan Grand
Lisboa), The Venetian, City of Dream dan banyak lagi. Tinggal explore tempat
tujuan ada di dekat hotel apa. Sebagai contoh, jika ingin ke Senado Square,
ambil antrian di Grand Lisboa. Dari Grand Lisboa ke Senado hanya perlu berjalan
kaki sedikit.
Dan
seperti perkiraan kami kemarin malam, kami sampai di The Venetian pada pukul
9.30 pagi dengan perut keroncongan, meski sudah diganjal roti yang kami beli di
7-Eleven malam sebelumnya.
Entah
bagaimana dan salah siapa, ketika turun dari free shuttle bus The Venetian yang
berhenti di pelataran belakang hotel, kami sempat kebingungan untuk mencapai
“mall”-nya. Yupe, tujuan kami adalah pusat perbelanjaan dan restaurant atau
food court-nya. Staff-staff dari The Venetian juga sangat sedikit yang mengerti
Inggris, jadinya sempat bolak balik-bolak balik sebelum akhirnya ketemu juga
(ga tahunya tinggal masuk lurus ambil sisi kiri atau kanan dan naik escalator
ke lantai atasnya).
Tips:
Food
court ada di Market Street (nama area di The Venetian) dan resto-resto serta
retail shops ada tak jauh dari sana, di area Grand Canal Shoppes.
Tujuan
saya adalah Food Court dari The Venetian, dimana puluhan vendor makanan berjajar
menawarkan menu-menu andalan mereka. Sementara kedua teman seperjalanan masih
bingung mau makan apa, saya dengan mantap segera ke counter Tai Lei Loi Kei
yang sangat terkenal dengan menu Pork Chop Bun. Tai Lei Loi Kei sudah berdiri
sejak 1968 dan sejak saat itu sangat terkenal dengan Pork Chop Bun-nya. Pork
Chop Bun (tentunya tidak halal) adalah potongan daging babi goreng (ada sedikit
tulang dibagian ujung) yang diapit oleh roti. Sebuah Pork Chop Bun dengan
segelas Fanta orange seharga MOP 86. Rasanya? Enak dan ga bikin eneg meski
mungkin bagi beberapa orang tambahan dressing/saus bisa membuatnya lebih enak.
Yupe, potongan babi goreng diapit oleh roti lembut crunchy tanpa ada olesan
bumbu apapun.
Setelah
perut kenyang, kami menelusuri Grand Canal Shoppes yang terdiri dari ratusan
toko mengapit sebuah canal buatan layaknya canal-canal di Venesia. Tampak di
beberapa tempat beberapa gondola siap untuk membawa pengunjung mengarungi
canal-canal buatan ini, lengkap dengan nyanyian dari pengemudinya. 1 gondola
bisa diisi hingga 6 orang. Tarif per orang, sharing gondola, adalah MOP 128
(untuk anak-anak MOP 98), sedangkan untuk sewa 1 gondola (tidak sharing) adalah
MOP 512.
Windows
shopping kami berujung di salah satu toko yang terkenal juga di Macau, yang
menjual penganan khas Macau. Choi Heong Yuen Bakery terkenal dengan cookies dan
pork jerky “chips”-nya. Saya sendiri sudah mengincar pork jerky “chips”-nya,
sejak dari Indonesia. Pork jerky dari Choi Heong Yuen sangat-sangat tipis
sekali, makanya lebih sering saya sebut chips dan bercita rasa manis. Enak buat
cemilan. Sekantong pork jerky “chips” dihargai MOP 55 (beli 3 pax akan ada
harga special) sedangkan untuk almond cookies isi 12 pcs dihargai MOP 55 juga.
Selesai
belanja cemilan, kami sempatkan mencoba, konon, the best Portuguese egg tart.
Yupe, egg tart by Lord Stow’s Bakery sangat terkenal di Macau dan selalu ada
antrian yang cukup panjang di semua outlet-nya. Satu buah egg tart dihargai MOP
10 dengan rasanya yang surprisingly cukup light dan tidak terlalu manis (ga
seperti yang di IKEA Jakarta atau Golden Egg tart). Nantinya di Senado Square
saya juga menjajal egg tart merk Koi Kei Bakery. Harganya sama MOP 10 per buah
dan bagi saya custard-nya lebih enak Koi Kei meski pastry bowl-nya lebih enak
Lord Stow.
Lord Stow's Bakery |
Portuguese Egg Tart by Lord Stow |
Portuguese Egg Tart by Koi Kei Bakery di Senado Square |
Setelahnya
… bingung ga tahu mau kemana lagi, karena emang ga demen shopping branded. Mau
ke City of Dream, yang konon ada di seberang The Venetian, juga udah males
tarik urat mulut nanya arah dan jalannya. Akhirnya kami memutuskan untuk
kembali Ke Macau Outer Ferry Terminal dan menuju ke Senado Square dengan free
shuttle bus Grand Lisboa.
Tips:
Free
shuttle bus di Macau mostly hanya melayani transportasi dari dan ke hotel/casino-nya
dari dan ke ferry terminal/airport dan tidak ke tempat wisata lainnya. The
Venetian berada di Cotai sedangkan Senado Square berada di Macau Peninsula
(atau biasa disebut dengan hanya Macau). Karena waktu kami senggang, alih-alih
menggunakan bus umum/taxi ke Senado Square, kami menggunakan free shuttle bus
The Venetian kembali ke ferry terminal dan dari sana kembali naik free shuttle
bus Grand Lisboa. Kenyataannya bolak baliknya ini juga tidak terlalu membuang
waktu yang terlalu banyak jika jadwal itinerary tidak ketat.
Senado
Square yang biasa terlihat memiliki nuansa eropa mendadak layaknya Chinatown.
Kunjungan kami tepat 1 minggu setelah perayaan Tahun Baru Imlek, sehingga semua
dekorasi di Senado Square masih terpasang dan tentunya bernuansa Imlek dengan
lampion-lampionnya.
Di
Senado Square sempat juga kami memasuki Gereja St. Dominic yang terbuka untuk
umum dan merupakan gereja yang aktif. Gereja abad 16 ini juga merupakan salah
satu tempat pelayanan para Biarawati dari Ordo Praedicatorum (kalau saya tidak
salah dengar). Di gereja ini juga saya membeli souvenir Macau yang tidak saya
temukan di tempat lain. Keseluruhan penjualan yang dikelola oleh suster-suster
OP akan masuk ke gereja. Satu buah fridge magnet dihargai MOP 10.
Tips:
Keluar
dari free shuttle bus Grand Lisboa teruskan berjalan menuju main entrance dari
hotel. Dari sana ambil arah kanan (tidak menyeberang) dan menyusuri pedestrian
sehingga Senado Square akan berada di sebelah kanan, tepat di seberang gedung
Instituto Para Os Assuntos Civicos E Municipais.
Jika
berpergian dengan anak-anak alur di Grand Lisboa akan berbeda, karena di Macau
anak-anak dilarang keras melalui area casino.
Dari
St. Dominic, kami berjalan mengikuti arus manusia dan petunjuk, merambat naik
(sambil icip-icip potongan-potongan tester dendeng babi ala Bee Cheng Hiang
yang dibagi-bagikan or bisa diambil sendiri di display-nya) menuju ke landmark
utama dari Macau, yaitu: Ruins of St. Paul. Ruins of St. Paul adalah reruntuhan
dari Gereja St. Paul yang dibangun oleh Ordo Jesuits pada tahun 1602, yang
hancur karena kebakaran di tahun 1835.
Naiklah
hingga ke atas dari Ruins of St. Paul karena di sisi belakang dari reruntuhan
utama terdapat museum yang gratis dimasuki. Museum menampilkan beberapa koleksi
barang dari Gereja St. Paul pada masa lalu.
Bagi
penggemar karakter kartun Snoopy (Peanuts), di ujung awal tangga menuju ke
ruins, ada toko yang menjorok ke basement yang merupakan toko resmi Snoopy yang
menjual penganan Snoopy. Rekomendasi saya adalah Nougat Snoopy-nya yang enak
banget. Satu kotak kaleng (berbentuk kopor) berisi sekitar 20 nougat dihargi MOP
55.
Museum di sisi belakang Ruins of St Paul |
Salah satu koleksi di museum |
Snoopy and Friends is around |
di dalam snoopy store |
Dari
sana kami mencoba menanjak sedikit menyusuri jalanan batu di Fortaleza do Monte
atau Mount Fortress. Di bagian teratas benteng batu yang didirikan pada tahun
1617 ini, terdapat sebuah museum dengan nama Museu De Macau. Pemandangan dari
atas benteng juga cukup cantik dengan tampilan pemandangan perkotaan Macau
Peninsula dan alamnya.
Keinginan
untuk mencoba kuliner lokal yang hanya ada selama musim dingin di Macau
mendadak surut dengan melihat waktu yang ternyata masih lama lagi dari kedai
tersebut buka. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan mencoba beberapa street
food yang berjajar-jajar di samping tangga menuju ke ruins.
Tips:
Jika
pergi ke Macau pada musim dingin, cobalah kuliner Keong Kei Mutton Belly Hot
Pot (domba) yang sangat popular bagi penduduk lokal. Kedai ini hanya buka dan
berjualan pada saat cuaca dingin di Macau (antara musim gugur sampai dengan
awal musim semi). Terletak di R. dos Ervanarios, tidak jauh dari Ruins of St.
Paul. Kalau tidak salah letaknya di blok belakang Starbucks Ruins of St. Paul.
Dari
Senado Square jika ingin kembali ke Macau Outer Ferry Terminal, bisa naik taxi
atau bus umum. Saya dan teman seperjalanan mencoba menggunakan bus umum yang
bus stop-nya tak jauh dari Senado Square. Dari Senado Square ambil kanan
(jangan menyeberang jalan) lurus saja sampai ada signage bus stop yang penuh
petunjuk nomor bus umum. Pilih bus no 3. Please do re-check di signage
board-nya (destinasi: Terminal Maritimo). Biaya per orang MOP 3 (bayar dengan
uang pas, karena tidak akan diberikan uang kembalian jika bayar dengan pecahan
uang yang lebih besar).
***
Sang
mentari semakin menampilkan guratan-guratan cahaya senjanya, saat saya memasuki
tabung ferry TurboJet yang segera akan berangkat dengan destinasi Hong Kong.
Singkat
masa di Macau dan area yang sempat saya kunjungi. Mungkin suatu saat nanti di
masa yang akan datang, saya berkesempatan lagi untuk berkunjung ke Macau. Hm … kali kedua saya
berjanji tidak akan melewatkan kuliner di Keong Kei yang konon tersohor.
“…
please fasten your seatbelt …” suara aba-aba persiapan dari monitor di dalam
ferry.
Tak
lama dengan perlahan bayangan Macau menjadi semakin kecil, kecil dan tak
terlihat lagi, tertelan batas horizon.
***
No comments:
Post a Comment