Friday, February 24, 2017

Jelajah Macau - Half Day (The Venetian, Senado Square, Ruins of St. Paul)

more pictures in my Instagram @harry_mdj


“Besok pagian yak bangunnya.”
“OK.”
“Jangan lupa bawa paspor.”
“OK.”
“Perkiraan sih nyampe sana waktu brunch. Kalau takut kelaperan bawa roti deh.”
“OK.”

Sepenggal percakapan saya dan teman seperjalanan yang terjadi malam hari di Café Malty, di daerah Tsim Sha Tsui. Percakapan berlanjut mencoba mengira-ngira bagaimana dan apa yang akan kami temukan di Macau keesok harinya. Segelas beer Asahi menemani kami untuk sedikit menjadikan malam di musim dingin itu sedikit hangat.

Macau. Hm … actually saya tak tahu apa yang bisa saya kunjungi di sana. Sedikit coretan saya ini hanya berkutat di The Venetian, Senado Square, Ruins of St. Paul dan Mount Fortress. Tak seperti kebiasaan turis Indonesia yang biasanya menghabiskan waktu semalam di Macau. Saya dan teman seperjalanan hanya menghabiskan waktu setengah hari saja di sini. Yes! Setengah hari saja. Lebih detail, sekitar 6 jam saja, haha.

Mungkin ada sedikit kesan yang ingin saya share dan tentunya sedikit general tips selama kunjungan di Macau.

***
Pagi menjelang di Hong Kong dan sekitar pukul 7, saya dan 2 teman seperjalanan sudah siap menuju ke Hong Kong – Macau Ferry Terminal yang berada di Hong Kong Island.

Tips:
Untuk mencapai Hong Kong – Macau Ferry Terminal, gunakan MTR (Island Line), turun di MTR Sheung Wan. Setelahnya lanjutkan dengan berjalan kaki dengan mengikuti petunjuk yang jelas di sana. Ada beberapa vendor ferry antara lain TurboJet dan Cotai yang melayani penyeberangan ferry Hong Kong – Macau.
Pilihan saya adalah TurboJet yang beroperasi 24/7 dengan waktu keberangkatan setiap 15 menit sekali pada pukul 7 pagi sampai dengan pukul 11.59 malam dan 6 kali jadwal keberangkatan (7 kali untuk Macau ke Hong Kong) pada pukul 12 malam sampai dengan pukul 6.59 pagi. Begitu pula dengan jadwal dari Macau Outer Harbour ke Hong Kong – Macau Ferry Terminal.
Harga TurboJet juga beragam dengan pembagian antara Economy Class dan Super Class (yang harga-nya bisa lebih dari 2 kali lipat dari harga economy) serta juga berbeda pada waktu keberangkatan yang dibagi menjadi weekdays (paling murah), weekends/holidays, dan night sailing (paling mahal).
Pembelian tiket biasa dilakukan secara go show dan karena jadwal keberangkatan setiap 15 menit dan loket yang banyak sekali (termasuk ticket machines), biasanya tidak ada antrian panjang di loket-loket penjualan tiket.
Jangan lupa membawa paspor dan slip kecil yang diisi pada saat tiba di Hong Kong, karena meski Macau juga termasuk bagian dari RRC, seperti halnya Hong Kong, mereka adalah Daerah Administratif Khusus sehingga seperti memasuki negara tersendiri. Pada saat masuk ke Macau, paspor tidak akan di-cap tetapi hanya diberikan kertas print out kecil (jangan hilang). Saat nanti balik ke Hong kong, di dalam ferry, petugas akan membagikan slip kecil untuk diisi (harus) sebagai syarat administratif untuk memasuki Hong Kong. Sama dengan saat dari Indonesia masuk ke Hong Kong.
Mata uang di Macau adalah MOP yang equal dengan nilai mata uang HKD dan CNY. 3 mata uang tersebut diterima di semua tempat di Macau. Jadi cukup membawa HKD saja untuk spend money di Macau. Bahkan jika belanja, uang kembaliannya pun seringnya diberikan dalam bentuk HKD.

tiket economy TurboJet
slip kecil alih alih cap di paspor
economy seats
slip pass Hong Kong Immigration

Perjalanan menuju Macau kami tempuh dengan tenang dan cukup nyaman (mengingat ini kelas economy, dengan kondisi kurang lebih seperti ferry Batam ke Singapore) dengan durasi kurang lebih 1 jam saja.

Sekeluar dari gedung terminal dan mengikuti petunjuk dimana antrian bus-bus hotel dan casino berada (free shuttle bus), kami langsung masuk ke antrian free shuttle bus yang membawa kami ke The Venetian.

Tips:
Di Macau yang dijejali oleh hotel mewah, yang biasanya juga mempunyai casino, menyediakan free shuttle bus dari ferry terminal ke hotel/casino mereka. Tidak harus menginap di hotel atau berjudi di casino mereka kok untuk bisa naik bus ini. Di terminal bus khusus free shuttle bus, biasanya ada baris-baris antrian hotel-hotel yang dituju. Misalnya Grand Lisboa, Lisboa (letaknya tepat di depan Grand Lisboa), The Venetian, City of Dream dan banyak lagi. Tinggal explore tempat tujuan ada di dekat hotel apa. Sebagai contoh, jika ingin ke Senado Square, ambil antrian di Grand Lisboa. Dari Grand Lisboa ke Senado hanya perlu berjalan kaki sedikit.
Macau Outer Ferry Terminal
Antrian free shuttle bus
Dan seperti perkiraan kami kemarin malam, kami sampai di The Venetian pada pukul 9.30 pagi dengan perut keroncongan, meski sudah diganjal roti yang kami beli di 7-Eleven malam sebelumnya.

Entah bagaimana dan salah siapa, ketika turun dari free shuttle bus The Venetian yang berhenti di pelataran belakang hotel, kami sempat kebingungan untuk mencapai “mall”-nya. Yupe, tujuan kami adalah pusat perbelanjaan dan restaurant atau food court-nya. Staff-staff dari The Venetian juga sangat sedikit yang mengerti Inggris, jadinya sempat bolak balik-bolak balik sebelum akhirnya ketemu juga (ga tahunya tinggal masuk lurus ambil sisi kiri atau kanan dan naik escalator ke lantai atasnya).

Tips:
Food court ada di Market Street (nama area di The Venetian) dan resto-resto serta retail shops ada tak jauh dari sana, di area Grand Canal Shoppes.

Tujuan saya adalah Food Court dari The Venetian, dimana puluhan vendor makanan berjajar menawarkan menu-menu andalan mereka. Sementara kedua teman seperjalanan masih bingung mau makan apa, saya dengan mantap segera ke counter Tai Lei Loi Kei yang sangat terkenal dengan menu Pork Chop Bun. Tai Lei Loi Kei sudah berdiri sejak 1968 dan sejak saat itu sangat terkenal dengan Pork Chop Bun-nya. Pork Chop Bun (tentunya tidak halal) adalah potongan daging babi goreng (ada sedikit tulang dibagian ujung) yang diapit oleh roti. Sebuah Pork Chop Bun dengan segelas Fanta orange seharga MOP 86. Rasanya? Enak dan ga bikin eneg meski mungkin bagi beberapa orang tambahan dressing/saus bisa membuatnya lebih enak. Yupe, potongan babi goreng diapit oleh roti lembut crunchy tanpa ada olesan bumbu apapun.
papan petunjuk
Tai Lei Loi Kei
Pork Chop Bun
Setelah perut kenyang, kami menelusuri Grand Canal Shoppes yang terdiri dari ratusan toko mengapit sebuah canal buatan layaknya canal-canal di Venesia. Tampak di beberapa tempat beberapa gondola siap untuk membawa pengunjung mengarungi canal-canal buatan ini, lengkap dengan nyanyian dari pengemudinya. 1 gondola bisa diisi hingga 6 orang. Tarif per orang, sharing gondola, adalah MOP 128 (untuk anak-anak MOP 98), sedangkan untuk sewa 1 gondola (tidak sharing) adalah MOP 512.
Grand Canal Shoppes
Gondola Ride
Windows shopping kami berujung di salah satu toko yang terkenal juga di Macau, yang menjual penganan khas Macau. Choi Heong Yuen Bakery terkenal dengan cookies dan pork jerky “chips”-nya. Saya sendiri sudah mengincar pork jerky “chips”-nya, sejak dari Indonesia. Pork jerky dari Choi Heong Yuen sangat-sangat tipis sekali, makanya lebih sering saya sebut chips dan bercita rasa manis. Enak buat cemilan. Sekantong pork jerky “chips” dihargai MOP 55 (beli 3 pax akan ada harga special) sedangkan untuk almond cookies isi 12 pcs dihargai MOP 55 juga.
Choi Heung Yuen Bakery
ngambil foto sodara. ini dia pork jerky-nya
Selesai belanja cemilan, kami sempatkan mencoba, konon, the best Portuguese egg tart. Yupe, egg tart by Lord Stow’s Bakery sangat terkenal di Macau dan selalu ada antrian yang cukup panjang di semua outlet-nya. Satu buah egg tart dihargai MOP 10 dengan rasanya yang surprisingly cukup light dan tidak terlalu manis (ga seperti yang di IKEA Jakarta atau Golden Egg tart). Nantinya di Senado Square saya juga menjajal egg tart merk Koi Kei Bakery. Harganya sama MOP 10 per buah dan bagi saya custard-nya lebih enak Koi Kei meski pastry bowl-nya lebih enak Lord Stow. 
Lord Stow's Bakery
Portuguese Egg Tart by Lord Stow
Portuguese Egg Tart by Koi Kei Bakery di Senado Square
Setelahnya … bingung ga tahu mau kemana lagi, karena emang ga demen shopping branded. Mau ke City of Dream, yang konon ada di seberang The Venetian, juga udah males tarik urat mulut nanya arah dan jalannya. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali Ke Macau Outer Ferry Terminal dan menuju ke Senado Square dengan free shuttle bus Grand Lisboa.
poto dulu di depan Grand Lisboa
Tips:
Free shuttle bus di Macau mostly hanya melayani transportasi dari dan ke hotel/casino-nya dari dan ke ferry terminal/airport dan tidak ke tempat wisata lainnya. The Venetian berada di Cotai sedangkan Senado Square berada di Macau Peninsula (atau biasa disebut dengan hanya Macau). Karena waktu kami senggang, alih-alih menggunakan bus umum/taxi ke Senado Square, kami menggunakan free shuttle bus The Venetian kembali ke ferry terminal dan dari sana kembali naik free shuttle bus Grand Lisboa. Kenyataannya bolak baliknya ini juga tidak terlalu membuang waktu yang terlalu banyak jika jadwal itinerary tidak ketat.

Senado Square yang biasa terlihat memiliki nuansa eropa mendadak layaknya Chinatown. Kunjungan kami tepat 1 minggu setelah perayaan Tahun Baru Imlek, sehingga semua dekorasi di Senado Square masih terpasang dan tentunya bernuansa Imlek dengan lampion-lampionnya.
Senado Square
Di Senado Square sempat juga kami memasuki Gereja St. Dominic yang terbuka untuk umum dan merupakan gereja yang aktif. Gereja abad 16 ini juga merupakan salah satu tempat pelayanan para Biarawati dari Ordo Praedicatorum (kalau saya tidak salah dengar). Di gereja ini juga saya membeli souvenir Macau yang tidak saya temukan di tempat lain. Keseluruhan penjualan yang dikelola oleh suster-suster OP akan masuk ke gereja. Satu buah fridge magnet dihargai MOP 10.
St Dominic's Church
St Dominic's Church
Tips:
Keluar dari free shuttle bus Grand Lisboa teruskan berjalan menuju main entrance dari hotel. Dari sana ambil arah kanan (tidak menyeberang) dan menyusuri pedestrian sehingga Senado Square akan berada di sebelah kanan, tepat di seberang gedung Instituto Para Os Assuntos Civicos E Municipais.
Jika berpergian dengan anak-anak alur di Grand Lisboa akan berbeda, karena di Macau anak-anak dilarang keras melalui area casino.
gedung Instituto Para Os Assuntos Civicos E Municipais
Dari St. Dominic, kami berjalan mengikuti arus manusia dan petunjuk, merambat naik (sambil icip-icip potongan-potongan tester dendeng babi ala Bee Cheng Hiang yang dibagi-bagikan or bisa diambil sendiri di display-nya) menuju ke landmark utama dari Macau, yaitu: Ruins of St. Paul. Ruins of St. Paul adalah reruntuhan dari Gereja St. Paul yang dibangun oleh Ordo Jesuits pada tahun 1602, yang hancur karena kebakaran di tahun 1835.
Sign board menuju beberapa loaksi wisata
Ruins of St Paul

Tips:
Naiklah hingga ke atas dari Ruins of St. Paul karena di sisi belakang dari reruntuhan utama terdapat museum yang gratis dimasuki. Museum menampilkan beberapa koleksi barang dari Gereja St. Paul pada masa lalu.  
Bagi penggemar karakter kartun Snoopy (Peanuts), di ujung awal tangga menuju ke ruins, ada toko yang menjorok ke basement yang merupakan toko resmi Snoopy yang menjual penganan Snoopy. Rekomendasi saya adalah Nougat Snoopy-nya yang enak banget. Satu kotak kaleng (berbentuk kopor) berisi sekitar 20 nougat dihargi MOP 55.
Museum di sisi belakang Ruins of St Paul
Salah satu koleksi di museum
Snoopy and Friends is around
di dalam snoopy store
Dari sana kami mencoba menanjak sedikit menyusuri jalanan batu di Fortaleza do Monte atau Mount Fortress. Di bagian teratas benteng batu yang didirikan pada tahun 1617 ini, terdapat sebuah museum dengan nama Museu De Macau. Pemandangan dari atas benteng juga cukup cantik dengan tampilan pemandangan perkotaan Macau Peninsula dan alamnya.
View dari atas Mount Fortress
Keinginan untuk mencoba kuliner lokal yang hanya ada selama musim dingin di Macau mendadak surut dengan melihat waktu yang ternyata masih lama lagi dari kedai tersebut buka. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan mencoba beberapa street food yang berjajar-jajar di samping tangga menuju ke ruins.

Tips:
Jika pergi ke Macau pada musim dingin, cobalah kuliner Keong Kei Mutton Belly Hot Pot (domba) yang sangat popular bagi penduduk lokal. Kedai ini hanya buka dan berjualan pada saat cuaca dingin di Macau (antara musim gugur sampai dengan awal musim semi). Terletak di R. dos Ervanarios, tidak jauh dari Ruins of St. Paul. Kalau tidak salah letaknya di blok belakang Starbucks Ruins of St. Paul.
Dari Senado Square jika ingin kembali ke Macau Outer Ferry Terminal, bisa naik taxi atau bus umum. Saya dan teman seperjalanan mencoba menggunakan bus umum yang bus stop-nya tak jauh dari Senado Square. Dari Senado Square ambil kanan (jangan menyeberang jalan) lurus saja sampai ada signage bus stop yang penuh petunjuk nomor bus umum. Pilih bus no 3. Please do re-check di signage board-nya (destinasi: Terminal Maritimo). Biaya per orang MOP 3 (bayar dengan uang pas, karena tidak akan diberikan uang kembalian jika bayar dengan pecahan uang yang lebih besar).

***
Sang mentari semakin menampilkan guratan-guratan cahaya senjanya, saat saya memasuki tabung ferry TurboJet yang segera akan berangkat dengan destinasi Hong Kong.

Singkat masa di Macau dan area yang sempat saya kunjungi. Mungkin suatu saat nanti di masa yang akan datang, saya berkesempatan lagi untuk  berkunjung ke Macau. Hm … kali kedua saya berjanji tidak akan melewatkan kuliner di Keong Kei yang konon tersohor.

“… please fasten your seatbelt …” suara aba-aba persiapan dari monitor di dalam ferry.

Tak lama dengan perlahan bayangan Macau menjadi semakin kecil, kecil dan tak terlihat lagi, tertelan batas horizon.

Welcome to Hong Kong … again.

***

No comments:

Post a Comment