More pictures in my Instagram @harry_mdj |
Di
suatu hari Minggu siang yang cukup panas, hand phone saya berbunyi.
“Halo” jawab
saya dengan masih digantungi kantuk.
“Har, gue dapat promo kartu
kredit ticket ke Hong Kong nih. Tapi gue ga bisa pergi. Secara tuh tiket cuman
buat satu orang. Nah gue kan pasti ama bini. Mana gue ada baby juga nih. trus
kepikiran aja kalo satu tiket buat lo aja.”
Kampret,
batin saya.
“Hong Kong yah, emang
berapaan?” timpal saya dengan malas-malasan.
“Cuman 1,2 juta aja PP pakai
Cathay Pacific.”
“What! Okay mau”
sontak saya terima tawarannya.
Dan
di sinilah saya berdiri pada pagi hari yang dingin, menunggu Airport Express
yang akan membawa saya memasuki kota Hong Kong dari Hong Kong International
Airport (HKIA). Inilah sedikit coret-coretan akan kesan dan sedikit tips selama
di Hong Kong.
PS:
ini pertama kalinya saya ke Hong Kong. Well, sebelumnya Hong Kong tidak masuk
dalam 10 besar wish list saya akan tujuan traveling.
PS
lagi: saya bukan penggila belanja, jadi catatan dan tips ini hanya untuk first
time traveller di Hong Kong dan tidak termasuk tempat-tempat belanja branded.
PS
lagi season 2: saya ke Hong Kong tanggal 2 sampai dengan 6 Februari 2017,
dimana ada satu hari saya akan menjelajah Macau (tidak menginap).
PS
terakhir (janji!): itinerary-nya super standard dan santai aka. bukan itinerary
pergi pagi balik malam.
***
Tips:
Hong
Kong mempunyai 4 musim meskipun tidak ada salju. Musim dingin di bulan Desember
– Februari, musim semi di bulan Maret – Mei, musim panas di bulan Juni –
Agustus, dan musim gugur di bulan September – November. Karena kebetulan saya
berkunjung pada awal bulan Februari, sepanjang kunjungan saya, suhu terdingin
rata-rata adalah 14° C dan berangin serta dengan curah hujan sedikit
(gerimis-gerimis singkat saja). Bawalah pakaian hangat, syal dan sepatu untuk
berpergian.
Pagi
hari pertama (around jam 8), sesampai di Tsim Sha Tsui (TST) – dibaca Sim Sa
Coi, saya menuju ke hostel dimana selama 4 malam saya akan menginap. Tentu saja
saya tidak bisa check in, karena di Hop Inn (nama hostelnya, di Mody Street)
jam check in adalah pukul 14.30 (check out pukul 11.30). Di Hop Inn saya hanya
mengurus pelunasan biaya menginap saya selama 4 malam dan menitipkan backpack
saya, sebelum nantinya akan kembali pada sore hari untuk check in beneran.
Tips:
Belilah
Octopus Card selama di Hong Kong. Seperti halnya Ez-Link Card di Singapore,
Octopus Card bisa digunakan untuk hampir semua sarana transportasi di Hong Kong
(untuk detail waktu tempuh dan tarif perjalanan silakan buka www.mtr.com.hk)
termasuk MTR, Airport Express (tersedia juga Airport Express card), bus, dan
lain-lain. Tentunya dengan Octopus Card, perjalanan dengan MTR menjadi lebih
murah tarif-nya dibandingkan dengan pembelian tiket single journey melalui
mesin-mesin tiket di MTR station.
Pembelian
Octopus Card mengharuskan untuk membayar deposit sebesar HKD 50 yang bisa
di-refund sewaktu-waktu tanpa potongan biaya, jika kartu di-refund setelah 3
bulan sejak tanggal pembelian (jika kurang dari 3 bulan akan dikenai biaya HKD
9).
Dari
HKIA ke kota hanya bisa menggunakan Airport Express, bus atau taxi. Supaya
cepat dan nyaman harga, saya memilih menggunakan Airport Express menuju MTR
Tsing Yi. Kenapa tidak turun di MTR Kowloon? Karena biaya lebih murah
meneruskan perjalanan ke TST dengan MTR daripada selisih biaya antara Airport
Express Tsing Yi dengan Airport Express Kowloon. Selain itu hostel saya juga
agak jauh dari MTR Kowloon.
Pemberhentian
Airport Express yang menuju ke kota Hong Kong hanya ada 3, yaitu: MTR Tsing Yi
(HKD 60), Kowloon (HKD 90) dan Hong Kong (HKD100).
Bertanyalah
apakah ada promo Airport Express untuk group. Kebetulan saya pergi bertiga dan
kami memperoleh 3 tiket single journey dengan Airport Express card (bukan
Octopus Card dan sekali pakai) seharga HKD 140 (per orang kenanya hanya HKD
46,67). Lumayan kan. Jika membayar dengan Octopus Card malah terkena tarif
normal yaitu HKD 60 per orang.
Dari
MTR Tsing Yi saya melanjutkan dengan MTR (Tung Chung Line, destinasi Hong Kong)
dan transit di MTR Nam Cheong dan berganti MTR (West Rail Line, destinasi Hung
Hom) dan turun di MTR East TST. Jika menginap di Hop Inn, Mody Street, paling
dekat adalah turun di MTR East TST exit N2 melalui tangga manual dan pintu
gedung Hop Inn akan berada di seberang jalan (less than 50 meter jauhnya).
Penggunaan
MTR sama dengan MRT di Singapore. Tentukan MTR Station, ketahui line-nya dan
arahnya. Misalnya kita di MTR Prince Edward dan akan ke MTR Jordan, maka
pemberhentian adalah MTR Jordan. Tuju Tsuen Wan Line dengan destinasi Hong
Kong. Jika line-nya berbeda maka kita harus berpindah (transit) di MTR
Interchange Station.
HKIA Arrival Terminal |
Airport Express Single Journey |
Octopus Card |
MTR Station |
Hop Inn on Mody entrance |
Lepas
urusan pembayaran, saya dan 2 teman seperjalanan memulai penjelajahan di Hong
Kong dengan sarapan! Too bad, untuk penerbangan dini hari (pukul 00:05 WIB)
dari Cathay Pacific, tidak mendapatkan makan, hanya snack box saja yang rasanya
kurang bagi saya.
Berjalan
tak jauh dari hostel (masih di area TST) kami mengincar restoran dimsum.
Restorannya bernama Serenade Chinese Restaurant. Ekspektasi kami agak melambung
ketika restoran yang baru buka pukul 9 itu, sudah antri sejak pukul 8:30. Dan
memang enak tetapi yah enak saja, tidak terlalu wow bagi ekspektasi saya. Apalagi
dengan 10 macam dimsum yang kami pesan serta 3 chinese tea standar, bill kami
mencapai HKD 485,10. Harga dimsum antara HKD 26 sampai dengan HKD 68 dengan harga
chinese tea standar HKD 15 per orang.
Hong Kong di pagi hari |
Pemandangan dari Serenade Chinese Restaurant |
Setelah
sarapan kami melanjutkan perjalanan ke Ngong Ping. Sialnya Cable Car yang
menghubungkan MTR Tung Chung dengan Ngong Ping sedang tutup hingga bulan Juni
2017. Mau ga mau kami harus menggunakan bus (no 23) dari Tung Chung ke Ngong
Ping. The bright side is biayanya jadi murah sekali. Dari biaya cable car sekitar
HKD 180 (per orang, sekali jalan) menjadi hanya HKD 17,2 saja (kalau weekend
HKD 27,2) per orang sekali jalan (dapat menggunakan Octopus Card). Waktu tempuh
dari Tung Chung Bus Terminal sampai Ngong Ping kurang dari 1 jam (konon dengan
cable car hanya memakan waktu 30 menit saja).
Tips:
Jika
mau ke Ngong Ping langsung dari HKIA (hemat waktu banget sih), di Ngong Ping
Village ada Left Luggage Service aka. tempat penitipan koper/backpack dengan
biaya HKD 80 per item, selama working hour-nya cable car. Dari pemberhentian
bus tinggal berjalan ke arah kiri masuk ke area Ngong Ping Village (ke arah
kanan masuk ke area Po Lin dan Big Buddha) dan tempat penitipan akan ada di
sebelah kanan.
Untuk
ke Tung Chung terminal bus, naiklah MTR (Tung chung Line, destinasi Tung Chung)
turun di MTR Tung Chung dan berjalan keluar ke arah Citygate Mall. Setiba di
luar, terus saja berjalan lurus melalui Citygate Mall (akan ada di sebelah
kanan, sejajar dengan Starbucks). Terminal bus akan berada di sisi kiri,
sejajar dengan Ngong Ping 360 cable car. Jika terlihat antrian yang panjang
mengular, tidak perlu kuatir, antrian akan bergerak cukup cepat.
Tung Chung Bus Terminal & Ngong Ping 360 Cable Car |
Bus
yang kami tumpangi berhenti tepat di depan gate utama Ngong Ping. Dalam
hembusan angin dingin 13° dan kabut, saya dan 2 teman seperjalanan memasuki area
Po Lin dan Big Buddha atau Tian Tan Buddha. Spot pertama yang kami tuju adalah
Big Buddha. Salah satu dari lima patung Buddha raksasa di China ini memiliki tinggi 34 meter dan tampak hingga dari Macau jika
cuaca cerah. Patung Buddha yang menyimpan salah satu pecahan dari relic Buddha
Gotama ini dikelilingi oleh enam patung dewa yang terbuat dari perunggu dengan
ukuran yang jauh lebih kecil dengan pose mempersembahkan bunga, dupa, lentera,
salep, buah, dan musik untuk Sang Buddha. Enam persembahan ini melambangkan
enam paramita yaitu kedermawanan, moralitas, kesabaran, semangat, meditasi, dan
kebijaksanaan, yang merupakan sifat-sifat luhur yang diperlukan untuk mencapai
pencerahan.
Saat
kami tiba di bawah kaki Big Buddha, kabut di atas sana cukup tebal sehingga
sangat sulit mendapatkan foto yang clear dari Sang Buddha. Pun kami bersama
dengan beberapa ratus pengunjung lainnya tetap menanjak menapaki ratusan anak
tangga untuk mencapai bagian teratai tempat Sang Buddha duduk. Dari atas
pemandangan sangat hijau, seolah dikelilingi hutan hijau, sangat kontras dengan
pemandangan khas concrete jungle Hong Kong yang biasa saya lihat di majalah,
flyer dan alat promosi lainnya.
Main Entrance Gate ke Po Lin dan Big Buddha |
Big Buddha |
3 dari 6 patung dewa yang memberikan persembahan |
Dari
sana, kami melanjutkan perjalanan ke Po Lin Monastery (berdiri pada tahun 1906).
Sebuah biara yang masih aktif hingga sekarang. Area pengunjung (sepantauan saya
saja) terbagi menjadi 4 bagian, yaitu pelataran depan, pelataran dalam, main
temple dan Grand Hall of Ten Thousand Buddhas. Yang tersebut belakangan, bagi
saya adalah highlight dari Po Lin Monastery. Terletak tepat di sisi belakang
main temple, Grand Hall of Ten Thousand Buddhas adalah sebuah ruang kotak luas
yang berisi 10.000 patung Buddha dengan balutan warna keemasan. Sangat cantik
dan mengundang decak kagum. Camera apa pun dilarang beroperasi di dalam
ruangan, tetapi keindahannya masih tertangkap camera dari luar pintu.
Po Lin Monastery pelataran depan |
Po Lin Main Temple |
Grand Hall of Ten Thousand Buddhas (tembok berwarna krem itu sebenarnya terdiri dari ribuan patung Buddha kecil |
Dari
Po Lin, kami berjalan melintasi kerimbunan hutan-hutanan menuju ke Wisdom Path.
Cukup jauh juga kami berjalan santai menelusuri jalan setapak sempit menuju ke
38 tonggak kayu raksasa yang berukir kalimat-kalimat bijak. Sayangnya
kalimat-kalimat bijak tersebut tidak ada terjemahannya, sehingga saya dan dua
teman seperjalanan hanya bisa menikmati keindahannya saja. Dari Wisdom Path
bisa juga terus berjalan menanjak menuju puncak sebuah bukit kecil atau di sisi
lainnya mengikuti fun trail yang memang disediakan.
Wisdom Path |
Snack sosis jumbo goreng seharga HKD 22 |
Ngong Ping Village |
Tak
terasa hari telah menjelang sore dan kami memutuskan untuk kembali ke kota.
Tips:
Untuk
kembali ke Tung Chung dengan menggunakan bus, kami harus memasuki Ngong Ping
Village. Ngong Ping Village adalah sebuah jalan tunggal dengan
bangunan-bangunan cantik, yang berupa toko-toko souvenir dan resto, di kedua
sisinya. Terminal bus untuk kembali ke Tung Chung ada di sisi kiri dari Ngong
Ping Village (di seberang Toko Motion 360). Pilihlah bus no 23 untuk kembali ke
Tung Chung dan gunakan Octopus Card untuk pembayaran dengan tarif yang sama
pada saat berangkat. Bagi yang menggunakan Cable Car (Ngong Ping 360) terminalnya
berada di sisi samping main entrance Ngong Ping.
Dari
Tung Chung terminal, jika ingin belanja barang branded (original) sale,
Citygate Mall adalah tempatnya dan terletak di antara Tung Chung Bus Terminal
dan MTR Tung Chung.
Sesampai
kembali di area TST, sebelum check in, bau harum dari sebuah restaurant pun
menjerat kami untuk singgah dan menikmati hangatnya Wonton Noodles Soup. Entah
apa nama resto-nya. hampir semua resto (khususnya yang local restaurant)
namanya tertulis dalam huruf China, jadi agak susah untuk me-refer resto ini.
Apalagi di TST bayak sekali restaurant lokal yang serupa, dengan taste masakan
dan harga yang similar. Harga Noodles Soup mulai dari HKD 30 dan minuman mulai
dari HKD 13.
Teh Susu |
Depot Mie |
Tips:
Teh
dan kopi di Hong Kong biasanya disajikan sudah tercampur dengan susu. Jika
tidak suka maka pada saat pesan, tegaskan dengan memesan tanpa susu.
Setelah
mandi dan berberes sebentar, saya dan dua teman seperjalanan berjalan kaki
santai menuju ke Avenue of Stars yang masih berada di area yang sama dengan
hotel kami, TST. Sialnya saat kami berkunjung Avenue of Stars tertutup untuk
publik karena ada pembangunan. Langkah kaki ini akhirnya terus berjalan menuju
ke Garden of Stars dimana terdapat patung logam dari Bruce Lee dan Anita Mui.
Meski tumbuh besar di era Soeharto, saya sangat mengenal talent Anita Mui (Mandarin:
Mei Yan Fang) baik dalam bidang tarik suara maupun sebagai pemain film layar
lebar. Anita juga dijuluki Madonna of Asia karena kontribusinya yang sangat
banyak dalam genre Cantonese Pop music.
view dari Garden of Stars |
Selain
2 patung perunggu tersebut, di garden ini ada puluhan cetak tangan asli dari
artis-artis Hong Kong, dari artis kawakan sampai dengan generasi yang lebih
muda.
cap tangan Andy Lau |
Menjelang
pukul 7.30 malam, kami bergerak menuju ke sisi Victoria Harbour untuk
menyaksikan pertunjukan Symphony of Lights. Ramai juga yang menanti-nantikan
pertunjukan “khas” Hong Kong ini. Pukul 8 malam tepat pertunjukan pun dimulai
dengan partisipasi beberapa gedung pencakar langit di Hong Kong. Entah mungkin
ada yang salah dengan pertunjukan malam itu atau mungkin tidak cocok dengan
cuaca musim dingin, tetapi kami hanya melongo melihat pertunjukan selama 10
menit itu. Karena bagus? bukan, tetapi lebih tepatnya, bagi kami, pertunjukan
itu tidak layak disebut pertunjukan. Well, memang ada lagu yang diputar dan
beberapa tembakan sinar laser hijau antar gedung dan that’s it.
foto aja deh |
Kekecewaan
kami tampaknya juga menghinggapi hampir semua turis yang duduk dalam balutan
jaket sambil menahan hempasan angin dingin yang cukup kencang pada malam itu.
Banyak sekali saya lihat para turis yang saat dendang lagu dimulai, telah
berancang-ancang merekam pertujukan tersebut pada camera hp-nya dan perlahan
menurunkan tangan dan duduk diam.
Tips:
Jika
ingin melihat pertunjukan yang setiap malam diselenggarakan ini, datanglah
sebelum pukul 8.00 malam untuk mencari posisi yang bagus. For me, atraksi ini
bisa di-skip jika tidak mempunyai waktu dan stamina berlebih.
Malam
itu, kami berencana untuk menjajal sebuah restaurant modern yang menyajikan
taste of Hong Kong bernama Little Bao. Little Bao sempat beberapa kali diulas
di televisi seperti Asian Food Channel dan TLC.Hard to say, tapi petunjuk di
Hong Kong, termasuk peta, sangat susah sekali diikuti di Hong Kong. Mana lagi
nama jalan hanya tertulis pada plang di ujung jalan saja dan semua toko dan
gedung bertuliskan huruf China dan tanpa nama jalan. Setelah 1 jam
berputar-putar dengan petunjuk dari Google Maps dan masih tidak ketemu juga,
akhirnya dengan kaki senat-senut kami memutuskan kembali ke hotel dan
beristirahat. Biarkan Little Bao menjadi tujuan selanjutnya jika kembali ke
Hong Kong, kata teman saya haha.
***
Baca selanjutnya di: hello hong kong, day 2 - disneyland
Baca selanjutnya di: hello hong kong, day 3 - peak
Baca selanjutnya di: hello hong kong, day 3 - peak
No comments:
Post a Comment