Tuesday, February 21, 2017

Hello Hong Kong - (Day 1) Ngong Ping



More pictures in my Instagram @harry_mdj
Di suatu hari Minggu siang yang cukup panas, hand phone saya berbunyi.

“Halo” jawab saya dengan masih digantungi kantuk.
“Har, gue dapat promo kartu kredit ticket ke Hong Kong nih. Tapi gue ga bisa pergi. Secara tuh tiket cuman buat satu orang. Nah gue kan pasti ama bini. Mana gue ada baby juga nih. trus kepikiran aja kalo satu tiket buat lo aja.”
Kampret, batin saya.
“Hong Kong yah, emang berapaan?” timpal saya dengan malas-malasan.
“Cuman 1,2 juta aja PP pakai Cathay Pacific.”
“What! Okay mau” sontak saya terima tawarannya.

Dan di sinilah saya berdiri pada pagi hari yang dingin, menunggu Airport Express yang akan membawa saya memasuki kota Hong Kong dari Hong Kong International Airport (HKIA). Inilah sedikit coret-coretan akan kesan dan sedikit tips selama di Hong Kong.

PS: ini pertama kalinya saya ke Hong Kong. Well, sebelumnya Hong Kong tidak masuk dalam 10 besar wish list saya akan tujuan traveling.
PS lagi: saya bukan penggila belanja, jadi catatan dan tips ini hanya untuk first time traveller di Hong Kong dan tidak termasuk tempat-tempat belanja branded.
PS lagi season 2: saya ke Hong Kong tanggal 2 sampai dengan 6 Februari 2017, dimana ada satu hari saya akan menjelajah Macau (tidak menginap).
PS terakhir (janji!): itinerary-nya super standard dan santai aka. bukan itinerary pergi pagi balik malam.

***
Tips:
Hong Kong mempunyai 4 musim meskipun tidak ada salju. Musim dingin di bulan Desember – Februari, musim semi di bulan Maret – Mei, musim panas di bulan Juni – Agustus, dan musim gugur di bulan September – November. Karena kebetulan saya berkunjung pada awal bulan Februari, sepanjang kunjungan saya, suhu terdingin rata-rata adalah 14° C dan berangin serta dengan curah hujan sedikit (gerimis-gerimis singkat saja). Bawalah pakaian hangat, syal dan sepatu untuk berpergian.

Pagi hari pertama (around jam 8), sesampai di Tsim Sha Tsui (TST) – dibaca Sim Sa Coi, saya menuju ke hostel dimana selama 4 malam saya akan menginap. Tentu saja saya tidak bisa check in, karena di Hop Inn (nama hostelnya, di Mody Street) jam check in adalah pukul 14.30 (check out pukul 11.30). Di Hop Inn saya hanya mengurus pelunasan biaya menginap saya selama 4 malam dan menitipkan backpack saya, sebelum nantinya akan kembali pada sore hari untuk check in beneran.

Tips:
Belilah Octopus Card selama di Hong Kong. Seperti halnya Ez-Link Card di Singapore, Octopus Card bisa digunakan untuk hampir semua sarana transportasi di Hong Kong (untuk detail waktu tempuh dan tarif perjalanan silakan buka www.mtr.com.hk) termasuk MTR, Airport Express (tersedia juga Airport Express card), bus, dan lain-lain. Tentunya dengan Octopus Card, perjalanan dengan MTR menjadi lebih murah tarif-nya dibandingkan dengan pembelian tiket single journey melalui mesin-mesin tiket di MTR station.
Pembelian Octopus Card mengharuskan untuk membayar deposit sebesar HKD 50 yang bisa di-refund sewaktu-waktu tanpa potongan biaya, jika kartu di-refund setelah 3 bulan sejak tanggal pembelian (jika kurang dari 3 bulan akan dikenai biaya HKD 9).
Dari HKIA ke kota hanya bisa menggunakan Airport Express, bus atau taxi. Supaya cepat dan nyaman harga, saya memilih menggunakan Airport Express menuju MTR Tsing Yi. Kenapa tidak turun di MTR Kowloon? Karena biaya lebih murah meneruskan perjalanan ke TST dengan MTR daripada selisih biaya antara Airport Express Tsing Yi dengan Airport Express Kowloon. Selain itu hostel saya juga agak jauh dari MTR Kowloon.
Pemberhentian Airport Express yang menuju ke kota Hong Kong hanya ada 3, yaitu: MTR Tsing Yi (HKD 60), Kowloon (HKD 90) dan Hong Kong (HKD100).
Bertanyalah apakah ada promo Airport Express untuk group. Kebetulan saya pergi bertiga dan kami memperoleh 3 tiket single journey dengan Airport Express card (bukan Octopus Card dan sekali pakai) seharga HKD 140 (per orang kenanya hanya HKD 46,67). Lumayan kan. Jika membayar dengan Octopus Card malah terkena tarif normal yaitu HKD 60 per orang.
Dari MTR Tsing Yi saya melanjutkan dengan MTR (Tung Chung Line, destinasi Hong Kong) dan transit di MTR Nam Cheong dan berganti MTR (West Rail Line, destinasi Hung Hom) dan turun di MTR East TST. Jika menginap di Hop Inn, Mody Street, paling dekat adalah turun di MTR East TST exit N2 melalui tangga manual dan pintu gedung Hop Inn akan berada di seberang jalan (less than 50 meter jauhnya).
Penggunaan MTR sama dengan MRT di Singapore. Tentukan MTR Station, ketahui line-nya dan arahnya. Misalnya kita di MTR Prince Edward dan akan ke MTR Jordan, maka pemberhentian adalah MTR Jordan. Tuju Tsuen Wan Line dengan destinasi Hong Kong. Jika line-nya berbeda maka kita harus berpindah (transit) di MTR Interchange Station.
HKIA Arrival Terminal
Airport Express Single Journey
Octopus Card
MTR Station
Hop Inn on Mody entrance
Lepas urusan pembayaran, saya dan 2 teman seperjalanan memulai penjelajahan di Hong Kong dengan sarapan! Too bad, untuk penerbangan dini hari (pukul 00:05 WIB) dari Cathay Pacific, tidak mendapatkan makan, hanya snack box saja yang rasanya kurang bagi saya.

Berjalan tak jauh dari hostel (masih di area TST) kami mengincar restoran dimsum. Restorannya bernama Serenade Chinese Restaurant. Ekspektasi kami agak melambung ketika restoran yang baru buka pukul 9 itu, sudah antri sejak pukul 8:30. Dan memang enak tetapi yah enak saja, tidak terlalu wow bagi ekspektasi saya. Apalagi dengan 10 macam dimsum yang kami pesan serta 3 chinese tea standar, bill kami mencapai HKD 485,10. Harga dimsum antara HKD 26 sampai dengan HKD 68 dengan harga chinese tea standar HKD 15 per orang.
Hong Kong di pagi hari
Pemandangan dari Serenade Chinese Restaurant
Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan ke Ngong Ping. Sialnya Cable Car yang menghubungkan MTR Tung Chung dengan Ngong Ping sedang tutup hingga bulan Juni 2017. Mau ga mau kami harus menggunakan bus (no 23) dari Tung Chung ke Ngong Ping. The bright side is biayanya jadi murah sekali. Dari biaya cable car sekitar HKD 180 (per orang, sekali jalan) menjadi hanya HKD 17,2 saja (kalau weekend HKD 27,2) per orang sekali jalan (dapat menggunakan Octopus Card). Waktu tempuh dari Tung Chung Bus Terminal sampai Ngong Ping kurang dari 1 jam (konon dengan cable car hanya memakan waktu 30 menit saja).

Tips:
Jika mau ke Ngong Ping langsung dari HKIA (hemat waktu banget sih), di Ngong Ping Village ada Left Luggage Service aka. tempat penitipan koper/backpack dengan biaya HKD 80 per item, selama working hour-nya cable car. Dari pemberhentian bus tinggal berjalan ke arah kiri masuk ke area Ngong Ping Village (ke arah kanan masuk ke area Po Lin dan Big Buddha) dan tempat penitipan akan ada di sebelah kanan.
Untuk ke Tung Chung terminal bus, naiklah MTR (Tung chung Line, destinasi Tung Chung) turun di MTR Tung Chung dan berjalan keluar ke arah Citygate Mall. Setiba di luar, terus saja berjalan lurus melalui Citygate Mall (akan ada di sebelah kanan, sejajar dengan Starbucks). Terminal bus akan berada di sisi kiri, sejajar dengan Ngong Ping 360 cable car. Jika terlihat antrian yang panjang mengular, tidak perlu kuatir, antrian akan bergerak cukup cepat.
Tung Chung Bus Terminal & Ngong Ping 360 Cable Car
Bus yang kami tumpangi berhenti tepat di depan gate utama Ngong Ping. Dalam hembusan angin dingin 13° dan kabut, saya dan 2 teman seperjalanan memasuki area Po Lin dan Big Buddha atau Tian Tan Buddha. Spot pertama yang kami tuju adalah Big Buddha. Salah satu dari lima patung Buddha raksasa di China  ini memiliki tinggi  34 meter dan tampak hingga dari Macau jika cuaca cerah. Patung Buddha yang menyimpan salah satu pecahan dari relic Buddha Gotama ini dikelilingi oleh enam patung dewa yang terbuat dari perunggu dengan ukuran yang jauh lebih kecil dengan pose mempersembahkan bunga, dupa, lentera, salep, buah, dan musik untuk Sang Buddha. Enam persembahan ini melambangkan enam paramita yaitu kedermawanan, moralitas, kesabaran, semangat, meditasi, dan kebijaksanaan, yang merupakan sifat-sifat luhur yang diperlukan untuk mencapai pencerahan.

Saat kami tiba di bawah kaki Big Buddha, kabut di atas sana cukup tebal sehingga sangat sulit mendapatkan foto yang clear dari Sang Buddha. Pun kami bersama dengan beberapa ratus pengunjung lainnya tetap menanjak menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai bagian teratai tempat Sang Buddha duduk. Dari atas pemandangan sangat hijau, seolah dikelilingi hutan hijau, sangat kontras dengan pemandangan khas concrete jungle Hong Kong yang biasa saya lihat di majalah, flyer dan alat promosi lainnya.

Main Entrance Gate ke Po Lin dan Big Buddha
Big Buddha
3 dari 6 patung dewa yang memberikan persembahan

Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke Po Lin Monastery (berdiri pada tahun 1906). Sebuah biara yang masih aktif hingga sekarang. Area pengunjung (sepantauan saya saja) terbagi menjadi 4 bagian, yaitu pelataran depan, pelataran dalam, main temple dan Grand Hall of Ten Thousand Buddhas. Yang tersebut belakangan, bagi saya adalah highlight dari Po Lin Monastery. Terletak tepat di sisi belakang main temple, Grand Hall of Ten Thousand Buddhas adalah sebuah ruang kotak luas yang berisi 10.000 patung Buddha dengan balutan warna keemasan. Sangat cantik dan mengundang decak kagum. Camera apa pun dilarang beroperasi di dalam ruangan, tetapi keindahannya masih tertangkap camera dari luar pintu.

Po Lin Monastery pelataran depan
Po Lin Main Temple
Grand Hall of Ten Thousand Buddhas (tembok berwarna krem itu sebenarnya terdiri dari ribuan patung Buddha kecil
Dari Po Lin, kami berjalan melintasi kerimbunan hutan-hutanan menuju ke Wisdom Path. Cukup jauh juga kami berjalan santai menelusuri jalan setapak sempit menuju ke 38 tonggak kayu raksasa yang berukir kalimat-kalimat bijak. Sayangnya kalimat-kalimat bijak tersebut tidak ada terjemahannya, sehingga saya dan dua teman seperjalanan hanya bisa menikmati keindahannya saja. Dari Wisdom Path bisa juga terus berjalan menanjak menuju puncak sebuah bukit kecil atau di sisi lainnya mengikuti fun trail yang memang disediakan.
Wisdom Path
Snack sosis jumbo goreng seharga HKD 22
Ngong Ping Village
Tak terasa hari telah menjelang sore dan kami memutuskan untuk kembali ke kota.

Tips:
Untuk kembali ke Tung Chung dengan menggunakan bus, kami harus memasuki Ngong Ping Village. Ngong Ping Village adalah sebuah jalan tunggal dengan bangunan-bangunan cantik, yang berupa toko-toko souvenir dan resto, di kedua sisinya. Terminal bus untuk kembali ke Tung Chung ada di sisi kiri dari Ngong Ping Village (di seberang Toko Motion 360). Pilihlah bus no 23 untuk kembali ke Tung Chung dan gunakan Octopus Card untuk pembayaran dengan tarif yang sama pada saat berangkat. Bagi yang menggunakan Cable Car (Ngong Ping 360) terminalnya berada di sisi samping main entrance Ngong Ping.
Dari Tung Chung terminal, jika ingin belanja barang branded (original) sale, Citygate Mall adalah tempatnya dan terletak di antara Tung Chung Bus Terminal dan MTR Tung Chung.

Sesampai kembali di area TST, sebelum check in, bau harum dari sebuah restaurant pun menjerat kami untuk singgah dan menikmati hangatnya Wonton Noodles Soup. Entah apa nama resto-nya. hampir semua resto (khususnya yang local restaurant) namanya tertulis dalam huruf China, jadi agak susah untuk me-refer resto ini. Apalagi di TST bayak sekali restaurant lokal yang serupa, dengan taste masakan dan harga yang similar. Harga Noodles Soup mulai dari HKD 30 dan minuman mulai dari HKD 13.
Teh Susu
Depot Mie
Tips:
Teh dan kopi di Hong Kong biasanya disajikan sudah tercampur dengan susu. Jika tidak suka maka pada saat pesan, tegaskan dengan memesan tanpa susu.

Setelah mandi dan berberes sebentar, saya dan dua teman seperjalanan berjalan kaki santai menuju ke Avenue of Stars yang masih berada di area yang sama dengan hotel kami, TST. Sialnya saat kami berkunjung Avenue of Stars tertutup untuk publik karena ada pembangunan. Langkah kaki ini akhirnya terus berjalan menuju ke Garden of Stars dimana terdapat patung logam dari Bruce Lee dan Anita Mui. Meski tumbuh besar di era Soeharto, saya sangat mengenal talent Anita Mui (Mandarin: Mei Yan Fang) baik dalam bidang tarik suara maupun sebagai pemain film layar lebar. Anita juga dijuluki Madonna of Asia karena kontribusinya yang sangat banyak dalam genre Cantonese Pop music.

view dari Garden of Stars
Selain 2 patung perunggu tersebut, di garden ini ada puluhan cetak tangan asli dari artis-artis Hong Kong, dari artis kawakan sampai dengan generasi yang lebih muda.

cap tangan Andy Lau
Menjelang pukul 7.30 malam, kami bergerak menuju ke sisi Victoria Harbour untuk menyaksikan pertunjukan Symphony of Lights. Ramai juga yang menanti-nantikan pertunjukan “khas” Hong Kong ini. Pukul 8 malam tepat pertunjukan pun dimulai dengan partisipasi beberapa gedung pencakar langit di Hong Kong. Entah mungkin ada yang salah dengan pertunjukan malam itu atau mungkin tidak cocok dengan cuaca musim dingin, tetapi kami hanya melongo melihat pertunjukan selama 10 menit itu. Karena bagus? bukan, tetapi lebih tepatnya, bagi kami, pertunjukan itu tidak layak disebut pertunjukan. Well, memang ada lagu yang diputar dan beberapa tembakan sinar laser hijau antar gedung dan that’s it.

foto aja deh
Kekecewaan kami tampaknya juga menghinggapi hampir semua turis yang duduk dalam balutan jaket sambil menahan hempasan angin dingin yang cukup kencang pada malam itu. Banyak sekali saya lihat para turis yang saat dendang lagu dimulai, telah berancang-ancang merekam pertujukan tersebut pada camera hp-nya dan perlahan menurunkan tangan dan duduk diam.

Tips:
Jika ingin melihat pertunjukan yang setiap malam diselenggarakan ini, datanglah sebelum pukul 8.00 malam untuk mencari posisi yang bagus. For me, atraksi ini bisa di-skip jika tidak mempunyai waktu dan stamina berlebih.

Malam itu, kami berencana untuk menjajal sebuah restaurant modern yang menyajikan taste of Hong Kong bernama Little Bao. Little Bao sempat beberapa kali diulas di televisi seperti Asian Food Channel dan TLC.Hard to say, tapi petunjuk di Hong Kong, termasuk peta, sangat susah sekali diikuti di Hong Kong. Mana lagi nama jalan hanya tertulis pada plang di ujung jalan saja dan semua toko dan gedung bertuliskan huruf China dan tanpa nama jalan. Setelah 1 jam berputar-putar dengan petunjuk dari Google Maps dan masih tidak ketemu juga, akhirnya dengan kaki senat-senut kami memutuskan kembali ke hotel dan beristirahat. Biarkan Little Bao menjadi tujuan selanjutnya jika kembali ke Hong Kong, kata teman saya haha.

***
Baca selanjutnya di: hello hong kong, day 2 - disneyland
Baca selanjutnya di: hello hong kong, day 3 - peak 

No comments:

Post a Comment