Friday, September 06, 2013

Tanjungputus, dimana saya menemukan sahabat masa kecil saya: laut

Tanjungputus Beach


“Selamat datang Pak, bisa dibantu?” mas mas Dunkin Donuts menyapa sambil tersenyum.
“Mau pesan minum Mas?” jawab saya sambil mata tersorot menelususri daftar menu minuman.
“Bla bla bla bla …” mas mas Dunkin Donuts, mulai menawarkan beberapa macam minuman.
“Okay, saya coba kacang hijau blended-nya” jawab saya memesan, sambil menatap nanar gambar minuman berwarna hijau muda.
“Donatnya pak?” tawar mas mas Dunkin Donuts lagi, yang saya jawab dengan penolakan dengan lambaian tangan.
“Selamat Siang Pak,” sela mbak mbak kasir dambil tersenyum manis, “Bla bla bla …” lanjutnya kembali menawarkan paket dengan sepotong donat dan kembali saya tolak.

Dengan tangan menggenggam segelas minuman, saya pun meleburkan diri ke gerombolan pejalan yang akan berkelana menjelajah area Pulau Tanjungputus – Lampung (1.5 jam dari Kota Bandar Lampung).

Tak menunggu cukup lama, setelah bertukar senyum, berjabat tangan dengan sesama pejalan yang pertama kali berjumpa dan bertukar kabar, cerita dan canda dengan teman pejalan yang sempat beberapa kali berkelana bersama di waktu lalu.

Di sinilah kami ber-23 orang (akan bertambah 1 orang di Pelabuhan Merak dan bertambah 1 orang lagi di Dermaga Ketapang), di Dunkin Donuts - Mall Slipi Jaya dan akan memulai perjalanan kami dengan Bus AC menuju ke Pelabuhan Merak (sekitar 3 jam), dilanjutkan dengan menaiki kapal ferry (sekitar 3 jam) menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni - Lampung. Dari Pelabuhan Bakauheni, kami akan melanjutkan perjalan darat dengan mobil carteran (sekitar 2 hingga 3  jam) ke Dermaga Ketapang dan berlanjut kembali mengarungi lautan menuju ke Pulau Tanjung Putus dengan perahu kayu motor tempel (sekitar 2 hingga 3 jam).

Saya bukanlah orang yang mudah tertidur terutama di dalam perjalanan, jadi yah nasib saya harus banyak terbengong-bengong selama perjalanan ke Pulau Tanjungputus. Sialnya saya kali ini tidak membawa ipod ataupun buku untuk dibaca *sigh*, bahkan gadget pun saya tinggal di rumah.

 ***
Perjalanan Bus AC ke Pelabuhan Merak
“Merak merakkkk MERAKKK” teriak abang kenek bus.
“Sampe Merak kan Bang? Muat ga nih!” celoteh teman saya sembari menunjuk ke arah muka “tergesa-gesa” kami.
“Muat-muat” jawab abang kenek bus dan kami pun tergesa-gesa berjubelan memasuki bus yang terlihat hampir penuh itu. Rasa was-was pun menyergap melihat minim-nya kursi yang kosong dan akhirnya terbukti menyisakan 2 teman harus duduk di kursi kenek. Saya? Duduk di sebuah kursi yang sempit sekali karena kursi depannya rusak dan sandaran jatuh dalam posisi hampir berbaring. Percaya deh, untuk manusia dengan ukuran tinggi 178 cm dan berat tubuh bulat 85 kg, hal ini sangat menyiksa sekali *hiks*. Untungnya hal ini tak berlangsung lama dan beberapa penumpang turun dalam kurun waktu 30 atau 45 menit, membuat kami bisa bertukar tempat duduk.

Perjalanan Ferry ke Pelabuhan Bakauheni
“DOTTTTTTTTTTTT….” bunyi menggelegar “bel” kapal, yang menyisakan gema di kejauhan, menandakan kami mulai menjauhi dermaga Pelabuhan Merak dan mengarungi perairan Selat Sunda.
Sejenak kami menikmati hempasan angin laut di geladak buritan kapal, sebelum memasuki ruang lesehan ber-ac yang tampak cukup penuh dengan penumpang yang berbaring dan mengistirahatkan raga dalam lelap selama perjalanan melintasi selat ini.

Perjalanan Mobil Carteran ke Dermaga Ketapang
Mungkin sangking ngantuk dan capenya saya, senang banget bisa tertidur dalam sebagian perjalanan ini hingga mobil singgah ke rumah makan lokal untuk sarapan.

Perjalanan Perahu Kayu Motor Tempel ke Pulau Tanjungputus
“Selamat datang” sambut Mas Buyung dengan senyuman dan uluran salam tangan. Mas Buyung adalah salah satu empunya perahu yang akan kami tumpangi selama di area Pulau Tanjungputus. Singkat cerita, melajulah kami dalam 2 perahu (Si Buyung dan Si Kancil – istilah saya) menuju ke Pulau Tanjungputus.
Dermaga Ketapang
Dermaga Ketapang
  ***
Terik matahari mulai mencondongkan bayangan tubuh ini, saat akhirnya kami mengukir jejak langkah pertama di dermaga Pulau Tanjungputus, dan menjejas pasir lembut putih Pantai Tanjungputus.
Pulau Tanjungputus
Tanjungputus Beach

View dari Dermaga Tanjungputus
Tak lama waktu yang kami butuhkan untuk check in, bersiap-siap untuk acara snorkeling kami yang pertama dan kami pun dihidangi dengan menu makan siang. Lho! Iya sebelum berangkat snorkeling, kami makan siang dulu yah *yay*. Makanan khas Indonesia yang tersaji segera kami santap di salah satu ruang makan dengan pemandangan terbaik.
villa

dining room
Destinasi pertama snorkeling kami adalah Pulau Tegal (iya, namanya sama tapi bukan Kota Tegal). Perahu Si Buyung dan Si Kancil pun “durukdukdukdruduk” menghantar kami membelah teluk dalam perairan Laut Jawa.

3 jam atau lebih akhirnya kami sampai juga di pesisir Pulau Tegal dan satu persatu kami pun mencicipi sejuk hangatnya air laut yang cukup tenang dengan sesekali dipermainkan ombang-ambing ombak kecil. Taman laut di pesisir Pulau Tegal ini cukup indah meski dalam kedalaman tertentu terumbunya sudah hancur total, yang perkiraan saya dikarenakan jangkar perahu yang dijatuhkan sembarangan (si Buyung dan si Kancil enggak lho).
Puas berkecipak-kecipuk di pesisi Pulau Tegal, kami pun segera kembali ke Pulau Tanjungputus, karena tampaknya sore cepat menjelang dan kami pun harus menyisihkan pulau tujuan lainnya pada hari itu (Pulau Maitem) untuk kunjungan berikutnya.

Sinaran sang surya mulai menyemburatkan berkas sinar jingganya, perlahan menghitam, menghilang meninggalkan kami untuk menyinari belahan bumi yang lain dan kami pun berlabuh di dermaga Pulau Tanjungputus.
View dari Dinning Room
Acara selesai? Tentu tidak! Selain acara makan malam, beberapa teman melanjutkan acara snorkeling malam pada pesisir Pantai dangkal Tanjungputus dan sebagian lain mengisi malam itu dengan bermain kartu, karaoke serta permainan lainnya.

 ***
Pagi menjelang dan sang empunya pijar api mulai menerangi kembali sisi bumi dimana kami berpijak. Acara snorkeling subuh ternyata tak jadi dilaksanakan karena pada molor semua tidurnya dan harapan mungkin bertemu dengan penyu musnah sudah haha.
Acara pagi sebelum sarapan pun akhirnya digantikan dengan ber-canoeing ria. Meski tak cukup banyak canoe yang memungkinkan kami bersama-sama ber-canoeing, cukup lah kami ber-canoeing bergantian, berbagi kecerian sebagai mood boaster pembuka hari.

Usai sarapan, kami kembali “suit up” dan menuju pemberhentian snorkeling kami yang pertama pada hari itu, yang Thank God!, dekat sekali yaitu di tengah-tengah perairan antara Pulau Tanjungputus dan pulau sebelahnya (entah apa namanya).

Spot snorkeling ini sangat indah dengan taman laut dan ikan-ikannya yang cukup banyak dan beragam. Cukup lama kami menghabiskan waktu di spot ini sebelum beranjak ke spot snorkeling terakhir pada kunjungan kami kali ini, yang tak lain tak bukan adalah pesisir Pantai Tanjungputus. Spot pesisir Pantai Tanjungputus juga sangat indah dengan traffic ikan yang cukup banyak dan cukup beragam dalam keragaman terumbu karang.
Perahu si Buyung dan si Kancil tak menunggu lama di spot ini dan segera meninggalkan kami untuk berlabuh kembali di dermaga Pulau Tanjungputus. Yupe! Spot snorkeling pesisir Pantai Tanjungputus, cukup dekat dengan pantainya (dimana villa kami menginap tepat berada disisinya) dan kami pun tinggal mengayuh fin kami hingga ke pantai depan villa.




Beberes secepatnya dan meneteskan liur ketika villa tempat kami menginap menyajikan ikan bakar sebagai menu penutupan kunjungan kami kali ini.

Lepas santap siang, kami antri memasuki perahu, bergerumbul di dermaga layaknya ikan-ikan yang juga banyak bergerumbul di bawah dermaga dan kami pun bertolak kembali menuju ke Dermaga Ketapang.

Yakinnya karena acara snorkeling yang cukup lama tadi, tujuan-tujuan kami di hari ke dua ini pun tak bisa kami babat habis. Rembuk punya rembuk akhirnya kami menyisakan kunjungan singkat ke Pulau Pahawang dan menyisihkan Pulau Kelagian untuk trip berikutnya.

Pulau Pahawang

Pulau Pahawang

 ***
Semilir angin perairan Laut Jawa di area Tanjungputus bertiup membelai kulit kami, membujuk  agar kami kembali. Warna laut biru kelam yang terkadang berubah hijau zambrud seolah mengundang kami untuk merasakan sejuk hangat airnya membelai kulit kami. Taman laut yang indah dan biotanya seolah menjadi magnet arah pandang mata kami. Indahnya pantai seolah melambaikan tawaran berjemur, beralaskan pasir putih yang lembut dengan suara debur ombak kecil sebagai musiknya. Hutan bakau yang padat merengkuh bayangan seolah menyimpan misterinya dalam paduan warna daun, batang dan akarnya.

Definitely, salah satu perjalanan yang bisa dibilang banyak di jalannya dan melelahkan, but at the end, destinasi ini sangat worth it! Puluhan, ratusan foto hasil pengabadian apa yang kami lihat di sana mungkin bisa mewakili keindahan yang kami reguk melalui mata telanjang, tapi tentunya tak mampu mengabadikan keindahan sejatinya dan pastinya tak satu pun dari kami mempunyai kamera yang bisa mengabadikan apa yang mata hati kami lihat dan rasakan.

Bagi saya pribadi, Tanjungputus akan selalu mempunyai tempat khusus di hati saya. Di tempat ini saya kembali menemukan kegembiraan masa kecil saya dengan laut yang lately sedikit saya pandang sebelah mata. Thank you buat teman-teman pejalan yang tak patah semangat mendorong saya untuk memberikan kesempatan ke 2 bagi laut untuk mata hati saya.

Datang dengan jabatan tangan dan kata “selamat datang”, berpisah dengan jabatan tangan lebih erat dan kata “sampai jumpa”, kami meninggalkan tempat ini dengan senyuman dan lambai tangan yang seolah tertafsir sebaliknya.

***
“Bisa turun Kebun Jeruk kan Bang?” tanya teman saya pada abang kenek di Pelabuhan Merak.
“Iya, bisa” jawab abangnya ceria dan kami pun memasuki Bus AC jurusan Kampung Rambutan.
 ***

Info:
-       Spot snorkeling di Pulau Pahawang, sepenerawangan mata kami juga cukup bagus.
-       Jika waktu terbatas, Pulau Tegal lebih baik disisihkan saja, karena durasi perjalanan yang lama, dimana taman lautnya jauh lebih bagus di Tanjung Putus.
-       Banyak nyamuk! Biasanya pihak villa juga menyediakan lotion anti nyamuk.
-       Provider apapun, satu jam bertolak dari Dermaga Ketapang, signal tidak ada sama sekali.
-       Villa dilengkapi dengan alat karaoke.

Tips:
-       Pada saat ber-snorkeling, lebih baik menggunakan fin karena banyak sekali bulu babi.
-       Jangan memberi makanan kepada ikan-ikan karena secara perlahan akan merusak rantai makanan mereka (saya juga baru tahu *hiks*).
-       Jangan menginjak dan hindari memegang terumbu karang.
-       Berlabuh di laut yang cukup dalam sehingga lambung kapal tidak merusak terumbu karang dan aman bagi peserta snorkeling dari terantuk dan tergores karang.
-       Ke Pelabuhan Merak naik bus ac aja jangan naik taxi *kode*
-       Untuk snorkeling malam, harap bawa senter underwater sendiri.
-       Bukan perjalanan yang bersahabat untuk yang suka mabuk laut dan darat.
                          

4 comments:

  1. Wah Harry konsistent ya nulis dari tahun 2008 sampe sekarang. Biasa kebanyakan awal2 seru lama2 malas :)

    Nice blog too.....

    ReplyDelete
  2. Fiuuuuuhhh....perjalanan panjang terbayar lunas dengan keindahannya :)

    ReplyDelete