Tanjungputus Beach |
“Selamat datang Pak,
bisa dibantu?” mas mas Dunkin Donuts menyapa sambil tersenyum.
“Mau pesan minum Mas?”
jawab saya sambil mata tersorot menelususri daftar menu minuman.
“Bla bla bla bla …” mas
mas Dunkin Donuts, mulai menawarkan beberapa macam minuman.
“Okay, saya coba kacang
hijau blended-nya” jawab saya
memesan, sambil menatap nanar gambar minuman berwarna hijau muda.
“Donatnya pak?” tawar
mas mas Dunkin Donuts lagi, yang saya jawab dengan penolakan dengan lambaian
tangan.
“Selamat Siang Pak,”
sela mbak mbak kasir dambil tersenyum manis, “Bla bla bla …” lanjutnya kembali
menawarkan paket dengan sepotong donat dan kembali saya tolak.
Dengan tangan
menggenggam segelas minuman, saya pun meleburkan diri ke gerombolan pejalan
yang akan berkelana menjelajah area Pulau Tanjungputus – Lampung (1.5 jam dari
Kota Bandar Lampung).
Tak menunggu cukup
lama, setelah bertukar senyum, berjabat tangan dengan sesama pejalan yang
pertama kali berjumpa dan bertukar kabar, cerita dan canda dengan teman pejalan
yang sempat beberapa kali berkelana bersama di waktu lalu.
Di sinilah kami ber-23
orang (akan bertambah 1 orang di Pelabuhan Merak dan bertambah 1 orang lagi di
Dermaga Ketapang), di Dunkin Donuts - Mall Slipi Jaya dan akan memulai
perjalanan kami dengan Bus AC menuju ke Pelabuhan Merak (sekitar 3 jam),
dilanjutkan dengan menaiki kapal ferry (sekitar 3 jam) menyeberang ke Pelabuhan
Bakauheni - Lampung. Dari Pelabuhan Bakauheni, kami akan melanjutkan perjalan
darat dengan mobil carteran (sekitar 2 hingga 3 jam) ke Dermaga Ketapang dan berlanjut kembali
mengarungi lautan menuju ke Pulau Tanjung Putus dengan perahu kayu motor tempel
(sekitar 2 hingga 3 jam).
Saya bukanlah orang
yang mudah tertidur terutama di dalam perjalanan, jadi yah nasib saya harus banyak
terbengong-bengong selama perjalanan ke Pulau Tanjungputus. Sialnya saya kali
ini tidak membawa ipod ataupun buku untuk dibaca *sigh*, bahkan gadget pun saya tinggal di rumah.
***
Perjalanan Bus AC ke
Pelabuhan Merak
“Merak merakkkk MERAKKK”
teriak abang kenek bus.
“Sampe Merak kan Bang? Muat
ga nih!” celoteh teman saya sembari menunjuk ke arah muka “tergesa-gesa” kami.
“Muat-muat” jawab abang
kenek bus dan kami pun tergesa-gesa berjubelan memasuki bus yang terlihat hampir
penuh itu. Rasa was-was pun menyergap melihat minim-nya kursi yang kosong dan akhirnya
terbukti menyisakan 2 teman harus duduk di kursi kenek. Saya? Duduk di sebuah
kursi yang sempit sekali karena kursi depannya rusak dan sandaran jatuh dalam
posisi hampir berbaring. Percaya deh, untuk manusia dengan ukuran tinggi 178 cm
dan berat tubuh bulat 85 kg, hal ini sangat menyiksa sekali *hiks*. Untungnya hal
ini tak berlangsung lama dan beberapa penumpang turun dalam kurun waktu 30 atau
45 menit, membuat kami bisa bertukar tempat duduk.
Perjalanan Ferry ke
Pelabuhan Bakauheni
“DOTTTTTTTTTTTT….” bunyi
menggelegar “bel” kapal, yang
menyisakan gema di kejauhan, menandakan kami mulai menjauhi dermaga Pelabuhan
Merak dan mengarungi perairan Selat Sunda.
Sejenak kami menikmati
hempasan angin laut di geladak buritan kapal, sebelum memasuki ruang lesehan
ber-ac yang tampak cukup penuh dengan penumpang yang berbaring dan
mengistirahatkan raga dalam lelap selama perjalanan melintasi selat ini.
Perjalanan Mobil
Carteran ke Dermaga Ketapang
Mungkin sangking
ngantuk dan capenya saya, senang banget bisa tertidur dalam sebagian perjalanan
ini hingga mobil singgah ke rumah makan lokal untuk sarapan.
Perjalanan Perahu Kayu
Motor Tempel ke Pulau Tanjungputus
“Selamat datang” sambut
Mas Buyung dengan senyuman dan uluran salam tangan. Mas Buyung adalah salah satu
empunya perahu yang akan kami tumpangi selama di area Pulau Tanjungputus. Singkat
cerita, melajulah kami dalam 2 perahu (Si Buyung dan Si Kancil – istilah saya)
menuju ke Pulau Tanjungputus.
Terik matahari mulai
mencondongkan bayangan tubuh ini, saat akhirnya kami mengukir jejak langkah
pertama di dermaga Pulau Tanjungputus, dan menjejas pasir lembut putih Pantai
Tanjungputus.
Tak lama waktu yang kami
butuhkan untuk check in, bersiap-siap
untuk acara snorkeling kami yang pertama
dan kami pun dihidangi dengan menu makan siang. Lho! Iya sebelum berangkat snorkeling, kami makan siang dulu yah
*yay*. Makanan khas Indonesia yang tersaji segera kami santap di salah satu
ruang makan dengan pemandangan terbaik.
Destinasi pertama snorkeling kami adalah Pulau Tegal (iya,
namanya sama tapi bukan Kota Tegal). Perahu Si Buyung dan Si Kancil pun “durukdukdukdruduk” menghantar kami
membelah teluk dalam perairan Laut Jawa.
3 jam atau lebih
akhirnya kami sampai juga di pesisir Pulau Tegal dan satu persatu kami pun
mencicipi sejuk hangatnya air laut yang cukup tenang dengan sesekali dipermainkan
ombang-ambing ombak kecil. Taman laut di pesisir Pulau Tegal ini cukup indah
meski dalam kedalaman tertentu terumbunya sudah hancur total, yang perkiraan
saya dikarenakan jangkar perahu yang dijatuhkan sembarangan (si Buyung dan si
Kancil enggak lho).
Puas berkecipak-kecipuk
di pesisi Pulau Tegal, kami pun segera kembali ke Pulau Tanjungputus, karena
tampaknya sore cepat menjelang dan kami pun harus menyisihkan pulau tujuan
lainnya pada hari itu (Pulau Maitem) untuk kunjungan berikutnya.
Sinaran sang surya
mulai menyemburatkan berkas sinar jingganya, perlahan menghitam, menghilang
meninggalkan kami untuk menyinari belahan bumi yang lain dan kami pun berlabuh
di dermaga Pulau Tanjungputus.
Acara selesai? Tentu
tidak! Selain acara makan malam, beberapa teman melanjutkan acara snorkeling malam pada pesisir Pantai
dangkal Tanjungputus dan sebagian lain mengisi malam itu dengan bermain kartu,
karaoke serta permainan lainnya.
***
Pagi menjelang dan sang
empunya pijar api mulai menerangi kembali sisi bumi dimana kami berpijak. Acara
snorkeling subuh ternyata tak jadi
dilaksanakan karena pada molor semua tidurnya dan harapan mungkin bertemu
dengan penyu musnah sudah haha.
Acara pagi sebelum sarapan
pun akhirnya digantikan dengan ber-canoeing
ria. Meski tak cukup banyak canoe
yang memungkinkan kami bersama-sama ber-canoeing,
cukup lah kami ber-canoeing bergantian, berbagi kecerian sebagai mood boaster pembuka hari.
Usai sarapan, kami
kembali “suit up” dan menuju
pemberhentian snorkeling kami yang
pertama pada hari itu, yang Thank God!,
dekat sekali yaitu di tengah-tengah perairan antara Pulau Tanjungputus dan pulau
sebelahnya (entah apa namanya).
Spot
snorkeling ini sangat
indah dengan taman laut dan ikan-ikannya yang cukup banyak dan beragam. Cukup lama
kami menghabiskan waktu di spot ini
sebelum beranjak ke spot snorkeling terakhir pada kunjungan kami
kali ini, yang tak lain tak bukan adalah pesisir Pantai Tanjungputus. Spot pesisir Pantai Tanjungputus juga
sangat indah dengan traffic ikan yang
cukup banyak dan cukup beragam dalam keragaman terumbu karang.
Perahu si Buyung dan si
Kancil tak menunggu lama di spot ini dan segera meninggalkan kami untuk
berlabuh kembali di dermaga Pulau Tanjungputus. Yupe! Spot snorkeling
pesisir Pantai Tanjungputus, cukup dekat dengan pantainya (dimana villa kami menginap tepat berada
disisinya) dan kami pun tinggal mengayuh fin
kami hingga ke pantai depan villa.
Beberes secepatnya dan
meneteskan liur ketika villa tempat
kami menginap menyajikan ikan bakar sebagai menu penutupan kunjungan kami kali
ini.
Lepas santap siang,
kami antri memasuki perahu, bergerumbul di dermaga layaknya ikan-ikan yang juga
banyak bergerumbul di bawah dermaga dan kami pun bertolak kembali menuju ke
Dermaga Ketapang.
Yakinnya karena acara snorkeling yang cukup lama tadi,
tujuan-tujuan kami di hari ke dua ini pun tak bisa kami babat habis. Rembuk punya
rembuk akhirnya kami menyisakan kunjungan singkat ke Pulau Pahawang dan
menyisihkan Pulau Kelagian untuk trip
berikutnya.
Pulau Pahawang |
Pulau Pahawang |
***
Semilir angin perairan
Laut Jawa di area Tanjungputus bertiup membelai kulit kami, membujuk agar kami kembali. Warna laut biru kelam yang terkadang
berubah hijau zambrud seolah mengundang kami untuk merasakan sejuk hangat airnya
membelai kulit kami. Taman laut yang indah dan biotanya seolah menjadi magnet
arah pandang mata kami. Indahnya pantai seolah melambaikan tawaran berjemur,
beralaskan pasir putih yang lembut dengan suara debur ombak kecil sebagai
musiknya. Hutan bakau yang padat merengkuh bayangan seolah menyimpan misterinya
dalam paduan warna daun, batang dan akarnya.
Definitely, salah satu perjalanan yang bisa
dibilang banyak di jalannya dan melelahkan, but
at the end, destinasi ini sangat worth
it! Puluhan, ratusan foto hasil pengabadian apa yang kami lihat di sana mungkin
bisa mewakili keindahan yang kami reguk melalui mata telanjang, tapi tentunya
tak mampu mengabadikan keindahan sejatinya dan pastinya tak satu pun dari kami mempunyai
kamera yang bisa mengabadikan apa yang mata hati kami lihat dan rasakan.
Bagi saya pribadi,
Tanjungputus akan selalu mempunyai tempat khusus di hati saya. Di tempat ini
saya kembali menemukan kegembiraan masa kecil saya dengan laut yang lately
sedikit saya pandang sebelah mata. Thank you
buat teman-teman pejalan yang tak patah semangat mendorong saya untuk
memberikan kesempatan ke 2 bagi laut untuk mata hati saya.
Datang dengan jabatan
tangan dan kata “selamat datang”, berpisah dengan jabatan tangan lebih erat dan
kata “sampai jumpa”, kami meninggalkan tempat ini dengan senyuman dan lambai
tangan yang seolah tertafsir sebaliknya.
***
“Bisa turun Kebun Jeruk
kan Bang?” tanya teman saya pada abang kenek di Pelabuhan Merak.
“Iya, bisa” jawab
abangnya ceria dan kami pun memasuki Bus AC jurusan Kampung Rambutan.
***
Info:
-
Spot snorkeling di Pulau Pahawang, sepenerawangan
mata kami juga cukup bagus.
-
Jika
waktu terbatas, Pulau Tegal lebih baik disisihkan saja, karena durasi
perjalanan yang lama, dimana taman lautnya jauh lebih bagus di Tanjung Putus.
-
Banyak
nyamuk! Biasanya pihak villa juga menyediakan lotion anti nyamuk.
-
Provider apapun, satu jam bertolak dari
Dermaga Ketapang, signal tidak ada
sama sekali.
-
Villa dilengkapi dengan alat karaoke.
Tips:
-
Pada
saat ber-snorkeling, lebih baik
menggunakan fin karena banyak sekali
bulu babi.
-
Jangan
memberi makanan kepada ikan-ikan karena secara perlahan akan merusak rantai
makanan mereka (saya juga baru tahu *hiks*).
-
Jangan
menginjak dan hindari memegang terumbu karang.
-
Berlabuh
di laut yang cukup dalam sehingga lambung kapal tidak merusak terumbu karang
dan aman bagi peserta snorkeling dari terantuk dan tergores karang.
-
Ke
Pelabuhan Merak naik bus ac aja jangan naik taxi *kode*
-
Untuk
snorkeling malam, harap bawa senter underwater sendiri.
-
Bukan
perjalanan yang bersahabat untuk yang suka mabuk laut dan darat.
Wah Harry konsistent ya nulis dari tahun 2008 sampe sekarang. Biasa kebanyakan awal2 seru lama2 malas :)
ReplyDeleteNice blog too.....
haha thank you Novi
DeleteFiuuuuuhhh....perjalanan panjang terbayar lunas dengan keindahannya :)
ReplyDeleteiya worth it lah pokok e
Delete