Monday, May 05, 2008

Cinta

Ketika cinta datang, cinta tidak memberi tahu dulu sebelumnya. Tanpa ada telepon, surat, email, sms sebelumnya. Cinta datang dengan tiba-tiba. Cinta datang tanpa diundang. Cinta tiba-tiba telah ada di depan pintumu, mengetuk dengan keras dan tak sabar.
Jika kau memang mengharapkan cinta itu masuk dan cinta itu adalah tepat maka kau pun akan segera membukakan pintumu dengan sukacita, tapi jika sebaliknya maka kau tidak akan mempunyai waktu dan tempat untuk bersembunyi, tak akan bisa lari, karena kau telah terkukung di dalam rumahmu dengan pintu keluar yang mana cinta telah menunggumu untuk menyilahkan dia masuk. Kau bisa berlagak tak mendengar bahwa cinta telah mengetuk pintumu, tapi hal itu tak akan berhasil karena cinta tak akan lelah untuk mengetuk pintumu terus, terus dan terus, hingga akhirnya kau pun terganggu dan dengan sadar maupun dengan setengah hati membiarkan cinta masuk ke dalam layaknya menyilahkan masuk tamu yang tak kau ingini. Dan ketika cinta telah menapakkan langkah pertamanya dalam rumahmu, maka hidupmu tidak akan pernah sama lagi.
Perlahan atau cepat dia membuatmu mabuk, terlena, ketagihan dan ketika kau melihat bayanganmu di cermin, kau akan melihat bahwa bayangan itu bukanlah bayangan dirimu yang selama ini kau kenal. Cinta pun tak akan mengenal arah dan alur di dalam rumahmu, cinta tak pernah bisa ditebak dan diperkirakan akan mengambil langkah atau arah yang mana, cinta tak akan bisa kau paksa untuk mengikuti alur seperti yang kau inginkan, dan kau menemukan dirimu tersesat dalam rumahmu sendiri.
Tapi apakah cinta akan selalu menyertaimu kemana kau melangkah? Akankah cinta meninggalkanmu jika dia sudah bosan dengan rumahmu? Tidak ada yang akan bisa menjawab meskipun itu adalah para bijaksana, karena cinta mempunyai otak yang tidak akan terbaca oleh siapa pun.
Cinta bisa bertindak secara tiba-tiba dan mengejutkan. Ketika cinta menemanimu hingga tidurmu yang panjang, maka kaulah orang yang beruntung, tapi bagaimana jika tiba-tiba cinta memilih meninggalkanmu? Mengkhianatimu dengan berlari pergi keluar dan menghempaskan pintumu dengan sangat kuat hingga kau kesulitan untuk membukanya. Jika hal itu memang yang kau ingini, maka kau kembali kepada kehidupanmu sebelum cinta mengetuk pintumu, tapi bagaimana jika sebaliknya?
Kau pun berlari mengejar meraih pintu yang hampir tertutup, tetapi kekuatanmu tak mampu untuk mencegah pintu itu terhempas menutup. Kau kerahkan tenagamu untuk membuka pintu itu terus, terus dan terus. Ketika kau akhirnya berhasil membuka pintu itu, kau hanya melihat jalanan yang lenggang, kosong seolah tak ada sesuatu pun melintas di sana. Kau hanya diam terpaku cukup lama sebelum akhirnya kau berhasil menerima kenyataan bahwa kau tak bisa mengejar sesuatu yang telah lenyap tak bertanda. Kau hanya memerlukan sedikit waktu lagi termangu sebelum akhirnya kau jatuh terduduk bersimpuh menangisi kepergian itu.
Meratap kepada segala hal yang kau anggap suci. Meracau mengutuki dirimu sendiri, terguncang karena hinanya dirimu sendiri. Kembali menatap ke jalanan yang lenggang kosong, kau berbalik kembali masuk ke rumah.Kembali pintu itu menutup dengan perlahan sekali seolah mengharapkan sesuatu dengan tiba-tiba menahannya. Tapi tak ada yang terjadi dan pintu itu pun menutup dengan sempurnanya sehingga terlihat menyatu dengan tembok yang mengapitnya. Pintu yang menyatu dengan elemen lainnya seolah enggan untuk ditemukan oleh yang lain.
Dan cintamu pun berlalu.

No comments:

Post a Comment