Kulangkahkan kakiku menyusuri jalanan yang sama, menyusuri sudut-sudut kota yang sama. Hampir tak ada yang berubah, everything stay the same, tapi jika dulu kutelusuri jalan dan sudut bersama dengan beberapa pasang kaki, tangan dan mulut, sekarang tinggallah satu pasang kaki, satu pasang tangan dan satu mulut yaitu milikku.
Terkadang kutangisi kenapa begitu sepi dan hening perjalanan ini tanpa ada kaki-kaki, tangan-tangan dan mulut lainnya yang mengiringi. Seandainya dapat kusyukuri perjalanan seorang diri ini, maka mungkin terasa tak sesepi dan sehening ini dan kuyakin aku akan semakin menikmati langkah-langkahku dalam hidup ini.
Terkadang kumerenungni diri dan bertanya apa yang salah dari diriku? Kuharap ada yang menjawabnya tapi hanya semilir angin yang menerpa wajahku dan setitik luka lain tumbuh dalam hati bergabung dalam kelam dan dinginnya hati ini. Sering kali aku iri kepada sebagian orang yang dapat menikmati hidup dalam kesendiriannya karena aku masih belum bisa dan hati kecil ini menolak cara hidup yang seperti itu. Pelarianku hanyalah berusaha mencari penghiburan-penghiburan lain yang semu dan tangis. Lelah harus menjadi orang yang kesekian, lelah harus menjadi orang yang memahami, lelah harus mencari, mencari dan mencari.
Kapan Saat Itu Tiba
Bias Patung Menanti
Kapan Saat Itu Tiba
Akankah Kekal Tak Semu ?
Kala Saat Itu Tiba
Aku Kan Bersuka
Kala Saat Itu Tiba
Aku Kan Mencinta
Dan Kala Saat Itu Tiba
Aku Akan Tertawa
… yang Sesungguhnya
Semua melihat bahwa aku yang ceria, senang bercanda, yang tertawa lepas dan riang. Tak mereka sadari dalam diri ini ada pribadi yang menangis dalam sepinya hidup dan merindukan melepas semua topeng yang terpasang dan benar-benar akan tertawa yang sesungguhnya.
Banyak orang bilang bawa times change everything and finally I find it out, that’s true. Semuanya berubah seiring dengan waktu yang berlalu baik kehidupan cintamu, kondisi keuanganmu, jalan pikiranmu, semuanya termasuk persahabatanmu. Ada dua arah yaitu much better or worse. But everything has a time, so bottom line seerat apa pun jalinan persahabatanmu dengan seseorang than it’s weaker, weaker and weaker no matter what, coz kita dalam hidup ini punya jalan masing-masing. Maybe someday jalan itu akan bertemu kembali dan lambat laun jalan itu akan menembus titik pertemuannya. Entah apa kita yang melanjutkan jalan hidup kita atau sahabat kita yang kembali start the engine. Bagiku kini itulah paradigma suatu persahabatan. Friendship has “ age “ too. Now I can’t believe an everlasting friendship anymore. Time when I said “ we are best friends forever “ … it’s over.
No comments:
Post a Comment