“Masih mau snorkelingan
di Ternate ga?”
“Hm terserah sih.
Pingin ke Tidore sekalian ga sih?”
“Kudu pilih salah satu,
Tidore atau snorkelingan di Ternate?”
“Kata Ela bagus juga
lho di Ternate. Banyak Lionfish-nya. Gue belom pernah ketemu lionfish.”
“Ya udah gimana nih?”
“Tidore deh. Biar
sekalian Morotai, Ternate dan Tidore.”
“Ya udah. Ntar
snorkeling di Ternate pas mampir lagi waktu ke Jailolo.”
“Kapan ke Jailolo?”
“Kapan-kapan! Wacana
aja dulu.”
Dan akhirnya
diputuskanlah bawa rombongan kami batal menjelajah bumi bawah airnya Ternate.
Plan berubah dan waktu 1 hari yang tersisa kami putuskan untuk menjejak di
Tidore. Kali ini kami memutuskan menggunakan jasa Tour Agent untuk half day
tour ke Tidore. Biaya tentunya jauh lebih mahal dibandingkan jika kami mengurus
sendiri. Salahkanlah kemalasan yang mendera.
Tak banyak memang obyek
dan tujuan wisata di Tidore, yang meski secara geografis lebih luas daripada
Ternate. Dengan ditemani seorang guide, kami pun memulai penjelajahan kami
berawal dari Pelabuhan Speed Rum Tidore.
***
Rata-rata untuk
memasuki tempat wisata di Tidore tidaklah dipungut biaya. Jika ada penjaganya,
pada saat kita akan meninggalkan lokasi, barulah kita kasih tips.
Pemberhentian pertama
adalah Benteng Tahula. Sebuah benteng batu peninggalan Portugis yang hampir
hancur karena diserang Belanda pada abad 17. Menurut saya, tempat ini adalah
highlight dari Tidore karena menawarkan pemandangan panoramic yang sangat
indah. Hal ini didukung pula letak dari benteng ini berada di ujung bukit
pesisir pantai. Dari benteng ini terlihat pula Pelabuhan Sultan, Kedaton Tidore
dan Benteng Torre.
Kedaton Tidore adalah
tempat tinggal Sultan Tidore yang masih aktif memerintah hingga saat ini.
Sayangnya, saat kunjungan kami bertepatan dengan masa renovasi Kedaton.
Benteng Torre adalah
sebuah benteng lain di Tidore yang juga bekas peninggalan Portugis dan sebagian
besar telah hancur karena serangan Belanda. Di benteng ini taman-tamannya
terlihat terawat dan mempunyai beberapa gazebo untuk berteduh dan duduk-duduk.
Lepas dari 3 tempat
wisata itu. Kami sempatkan diri duduk-duduk di pinggir pantai sambil membuang
hawa panas yang menyengat dengan sajian es kelapa muda dan pisang goreng. Es
kelapa muda di Tidore sama halnya dengan Ternate, disajikan dengan susu dan
gula jawa/sirop. Enak, segar, manis seperti minum susu soda gembira.
Pemberhentian terakhir
di Tidore adalah Pantai Akesahu yang berarti air panas. Pantai berpasir hitam
yang cukup sempit ini, memiliki keunikan tersendiri yaitu terdapat kolam kecil
permandian air panas alami, yang terletak sangat dekat dengan garis air laut.
Rangkaian pita, plastik dan kain berwarna memeriahkan ranting-ranting sebuah
pohon besar yang menaungi kolam tersebut. Konon sematan-sematan tersebut adalah
symbol dari doa supaya mendapatkan jodoh.
***
Matahari masih bersinar
terang dan cukup terik, saat speedboat membawa kami meninggalkan Tidore di
belakang dan kembali menjejak di Ternate. Dengan sedih dan berat hati saya harus
jujur bahwa Tidore sangat kurang obyek wisata dan menjadi kurang menarik
dibandingkan Ternate. Tetapi jika Anda mempunyai sedikit waktu yang tersisa,
tak ada ruginya untuk bertandang ke Tidore.
No comments:
Post a Comment