Sunday, May 08, 2016

Mimpi Besar: Patung Garuda Wisnu Kencana - Bali



Bali, the island of Gods.
Siapa yang tidak tahu Bali? Siapa yang tidak ingin berkunjung ke Bali. Lebih extreme lagi, untuk sebagian turis mancanegara, Indonesia is Bali.
Begitu banyak ulasan tentang Bali. Bali dengan segudang pesona alam dan budayanya. Tak sedikit pula ulasan-ulasan tentang gemerlap aktivitas kehidupan turis, baik domestik maupun mancanegara, di Bali.

Tetapi Bali tak sebatas itu. Bali juga menyimpan sebuah mimpi. Mimpi yang telah lama ada, mimpi yang perlahan mulai terlupakan, pudar oleh waktu yang tak pernah terhenti meski sesaat. Mimpi yang seolah ter-label akan tetap menjadi sebuah mimpi tanpa ada nyatanya.

Mimpi akan sebuah icon perwujudan salah satu budaya Bali yang berbalut religi. Mimpi akan sebuah patung raksasa dengan wujud Dewa Wisnu menunggang Garuda sang perkasa. Sebuah patung dengan nama Garuda Wisnu Kencana.

Tahun 1996 untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di taman budaya ini dan memandang patung Dewa Wisnu raksasa menjulang tinggi.

Tahun 2005 untuk kedua kalinya saya menginjakkan kaki kembali di taman budaya ini dan memandang patung Dewa Wisnu raksasa masih menjulang tinggi mengintimidasi. Saya ingat saat itu patung kepala Garuda masih dalam perakitan. Mencapai tahap rakitan akhir, area patung kepala Garuda masih belum bisa dimasuki oleh pengunjung.


Tahun 2015 untuk ketiga kalinya saya menginjakkan kaki di taman budaya ini dan memandang patung Dewa Wisnu raksasa masih berada di singgasanahnya yang dulu. Dibelakangnya sedikit menuruni tangga, terletak patung kepala Garuda sang perkasa. Patung kedua belah tangan Dewa Wisnu pun terlihat menyambut saya di sudut tertentu.


Mimpi besar seorang seniman bernama I Nyoman Nuarta yang menjadi mimpi Bangsa Indonesia. Mimpi yang terlahir, berjalan merambat dan perlahan mulai terlupakan oleh bangsa. Mimpi yang kini saya lihat mulai menggeliat hidup kembali, laksana melihat kuncup-kuncup tunas kehidupan kecil yang tumbuh dalam rengkuhan benteng bukit-bukit kapur raksasa. Denyut-denyut pengembangan mulai mengalir kembali dalam pembuluh-pembuluh sukma proyek raksasa, yang sempat mati suri ini.

Berdiri sekitar 120 meter diatas permukaan laut, bangunan pedestal telah tampak dari kejauhan bahkan hingga dari ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai. Bangunan pedestal ini yang akan menjadi singgasanah dari patung Dewa Wisnu dan Garuda.

Garuda Wisnu Kencana adalah salah satu patung raksasa tertinggi di dunia. Patung ini akan memiliki tinggi hingga 120 meter dengan jangkauan lebar 64 meter. Garuda Wisnu Kencana ini terdiri lebih dari 750 modul yang akan dirakit dan akhirnya membentuk sebuah jati budaya.

Dari sisi infrastrukturnya pun terlihat bahwa manajemen baru dari taman budaya ini berkomitmen penuh dan terlihat dari pengembangan-pengembangan lanskap, area pintu masuk, bentukan atraksi budaya hingga ke pengembangan area pedestrian.

Pada tanggal 29 Agustus 2015 kemarin, juga telah terselenggara sebuah upacara sederhana untuk peletakan modul pertama dari kulit patung pada pedestalnya. Modul kulit patung pertama dari 754 modul lainnya. Sungguh progress yang cukup cepat mengingat bahwa project ini sebelumnya sempat terhenti hingga belasan tahun tanpa ada rupa pembangunan yang significant. Ini tidak lagi cita-cita yang jauh dan yakinnya patung ini akan segera, akhirnya, jadi.


Taman budaya yang hampir terlupakan ini sudah dan terus berkembang. Hal ini tentunya tidak lepas dari pengamatan mata begitu mobil yang menghantar saya berbelok memasuki area Garuda Wisnu Kencana. Dulunya yang terlihat gersang, kini menghijau dengan taman-taman dan jajaran seni rupa di kanan kiri jalan. Lepas dari loket masuk mobil, saya juga melalui area commercial yang sedang dalam tahap penyelesaian. Di sisi belakang area commercial tampak, menurut keterangan yang saya dapat, entrance locket yang baru dengan latar belakangi ukiran raksasa di tebing bukit kapur yang bercerita tentang (kalau tidak salah) kelahiran Garuda sang perkasa.


Beberapa tempat lama seperti Plaza Kura-kura dan Plaza Wisnu juga terlihat berbeda dengan perbaikan  dan penambahan ornament di sana sini. Salah satu tempat favorit saya adalah apa yang mereka sebut dengan Lotus Pond. Sebuah area terbuka yang sebagian tertutup rumput hijau dengan pagar tebing-tebing bukit kapur yang tinggi. Saya berasa kecil dan sedikit terintimidasi dalam area yang dilator belakangi Patung Kepala Garuda. Lepas dari Lotus Pond saya juga menyempatkan diri untuk menengok toko souvenir yang rupanya telah menempati gedung baru, sehingga lebih nyaman dan enak untuk berbelanja berbagai souvenir yang ditawarkan.


Satu hal lagi yang membuat saya betah di taman budaya Garuda Wisnu Kencana adalah dengan sekali bayar tiket masuk maka saya tidak perlu lagi membayar untuk semua atraksi-atraksi budaya yang di tampilkan. Atraksi budaya berkhusus pada tari-tarian adat Bali, termasuk tari kecak, yang berlangsung dari pagi hingga petang. Satu atraksi terbaru adalah menyaksikan tayangan animasi dengan judul Petualangan Garuda Cilik dan untuk atraksi ini saja, saya harus membayar biaya tambahan yang cukup murah.

Setelah berjam-jam melangkah menyusuri, menikmati dan menyimak perubahan-perubahan yang ada di taman budaya ini, saya memutuskan untuk rehat sejenak. Pilihan saya jatuh pada salah satu resto yang ada yaitu Jendela Bali. Nama yang menarik dan sesaat setelah memasuki resto tersebut, saya paham arti nama itu. Terhampar di hadapan saya pemandangan alam dan perkotaan dari salah satu sudut Pulau Bali, sungguh indah dan teduh. Resto ini cukup nyaman untuk bersantap siang, sore atau pun malam, baik untuk makan berat maupun hanya untuk menyantap snack ringan dan menyesap cocktail. Untuk menemani rehat kali ini saya ingin mencoba salah satu menu andalan dari Jendela Bali. Menu ini sedari tadi menggugah keingintahuan dan selera saya. Pizza Sambal Matah, menu yang unik, menu fusion yang memperpadukan menu eropa dan menu lokal dan enak sekali.



Saya meneguk es teh manis yang menjadi minuman dingin favorit saya. Pandangan saya masih terpaku pada pemandangan alam yang terinteraksi dengan manusia dan kota budayanya. Pemandangan yang indah dengan latar belakang langit biru dan gumpalan-gumpalan awan putih, sementara sang pijar sedikit bersembunyi dibalik awan. Masih lama sebelum sunset tapi saya dengan senang hati menunggu sunset di resto ini ditemani dengan segudang ragam kuliner dan es teh manis.


Indonesia is not all about Bali but the next best thing of this nation comes from Bali. Garuda Wisnu Kencana tidak hanya akan menjadi landmark dan icon dari Bali, tetapi juga Indonesia, juga Asia Tenggara dan juga dunia.

Alunan angklung Bali yang dimainkan dengan syahdu oleh 2 pemuda Bali di ujung lain Jendala Bali masih berdengung di gendang telinga. Terucap syukur bahwa saya bisa melihat dan menjadi saksi bahwa mimpi yang tadinya hampir sirna akhirnya akan menjadi nyata dan sejarah pun mulai mengukir mimpi itu dalam untaian ceritanya. Cerita tentang Garuda Wisnu Kencana.



No comments:

Post a Comment