Monday, August 24, 2015

Mengintip keindahan Pulau Sangiang di peta Selat Sunda, Serang, Jawa Barat - Indonesiaku


Pantai Pasir Panjang

Perahu kayu ini bergerak membelah Selat Sunda. Tujuan kami tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar satu setengah jam saja. Perahu bergerak perlahan dan pasti meninggalkan sisi-sisi ujung barat pulau Jawa yang penuh dengan pipa-pipa industri raksasa.

Terik matahari menyengat mencoba menembus celah-celah perahu yang tak terlindungi oleh atap terpal. Saya dan beberapa teman seperjalanan terbuai oleh ayunan ombak yang cukup keras. Tatapan saya mengarah lurus ke birunya langit tanpa noda awan di atas. Menantang dan menikmati hujaman panas sang mentari yang tercampur percikan air laut yang sejuk dan saya tersenyum. Saya siap, hati saya siap untuk perjalanan kali ini, menuju ke Pulau Sangiang.

 ***
“Ah kerennnn”
“Iya nih kayak masuk ke hutan amazon di tipi-tipi yak”
“Anjrit, bagus banget ini”
“Ada elang tuh di atas”

Perlahan kapal kayu kami bermanuver perlahan melalui celah sempit berkelok menembus hutan bakau. Yang tak saya sangka adalah lepas dari celah sempit tersebut, kapal kami memasuki ceruk yang luas sekali, seperti danau kecil tempat dimana dermaga Pulau Sangiang berada.

hutan bakau

“Guys kita turunin beberapa penumpang yang bukan romobongan kita dulu yah. setelah itu kita langsung berangkat snorkeling-an”
 “Siap!”

***
“Buset ombaknya ga nyantai banget!”
“Ho oh, awas mual”
“Jadi ga bagus deh visibility-nya, butek nih”
“Udeh nyemplung gih”

Kami punya 2 spot untuk snorkeling yaitu Legon Bajo dan Legon Waru. Kedua spot tersebut sama-sama mempunyai taman bawah laut dengan kondisi yang bagus dan sangat indah. Sebenarnya ada satu spot lagi tetapi melihat kondisi ombak di 2 spot yang kami datangi, maka spot terakhir harus dilewatkan karena jaminan arus yang sangat kuat.

taman laut Sangiang
taman laut Sangiang

taman laut Sangiang
taman laut Sangiang
taman laut Sangiang
 ***
Lepas snorkeling, kami kembali ke dermaga dan berjalanlah rombongan kami dalam satu garis lurus, menyusuri jalan setapak kecil yang terkadang dihimpit oleh alang-alang raksasa di kanan kiri jalan setapaknya.

“Gila, bagus bangetttttt”
“huwow keren abis makkkkk”

Seru-seruan pekik kami tak kuasa tertahan melihat pemandangan yang terpampang di hadapan kami saat jalanan alang-alang berakhir di sebuah petak terbuka. Pasir putih, laut dengan deburan ombaknya dengan latar belakang tebing karang yang perkasa dengan bonus ayunan disebuah dahan pohon. Ini mah lukisan batin saya, seolah kurang nyata karena kesempurnaannya.
 
the picture
pantai pasir panjang
***
“Yuk hunting sunset dari puncak itu”
“Buset jauh kayaknya, ama tinggi bener! Seriusan?”
“Iyalah, yuk cus”

Kembali rombongan kami membentuk barisan garis lurus menyusuri jalanan setapak yang terkadang hilang mengikuti abang guide untuk mencapai Puncak Harapan untuk sebuah sunset dan pemandangan atas pulau ini yang lebih luas dan dari ketinggian.

pemandangan dari Bukit Arjuna
sunset dari Puncak Harapan
 ***
Kalbu perlahan memanggil jiwa untuk meneruskan perkelanaan saya ke dunia Utopia. Raga pun mulai merengek untuk sejenak saya berbaring dan menutup jendela hati. Sementara kesadaran saya mulai terbuai, angan saya sempat berceletuk bahwa besok pagi masih ada acara trekking untuk berburu sunrise dan berlanjut ke Gua Kelelawar. Semoga beruntung dan bisa melihat hiu-hiu di perairan dasar Goa Kelelawar yang merupakan ceruk copong oleh air laut.

Dan saya pun terlelap.

sunrise dari Bukit Arjuna


 ***

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete