Monday, July 27, 2015

Anak Laut Naik Gunung - Sebuah Moment di Gunung Prau, Dieng Plateau




Peluh mengalir dari gumpalan rambut yang basah. Tarikan-tarikan pendek nafas menderu, berdengung di gendang telinga. Degup jantung sangat cepat dan memacu memompa aliran oksigen.

Saya berkata pada diri sendiri, “Ayo pasti bisa, ayo pasti kuat” dan pendakian saya berlanjut perlahan menanjak, meninggalkan Pos Cacingan semakin di belakang. Perlahan bergerak menuju puncak Gunung Prau.

Teriang celetuk teman saya disela-sela pendakian kami, “Anak pantai menanjak gunung.”

Gunung Prau adalah salah satu gunung di gugusan pegunungan yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah dengan ketinggian puncaknya 2.565 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi Dieng sendiri terletak di 2.100 meter di atas permukaan laut. Penanjakan kami ke Gunung Prau tidaklah tinggi sebenarnya, hanya sekitar 465 meter saja dengan jalur yang menanjak terus. Konon bagi anak gunung, Gunung Prau adalah jalur penanjakan untuk pemula. Sedangkan bagi saya yang seringnya ke pantai dan tempat-tempat atau kota-kota heritage, Gunung Prau merupakan tantangan tersendiri.

***
Hawa dingin menusuk merambat dan menjangkau kulit kaki saya, menembus lapisan sepatu kulit dan 2 lembar kaos kaki. Perlahan dengan hati-hati saya tuang air panas mendidih dari panci kecil, mengguyur mie instant sebagai menu makan malam.

Makan malam yang sederhana di tengah kegelapan malam dengan kerlip ribuan bintang yang bermunculan dari tabirnya, menghiasi langit gelap tanpa bulan. Makan malam yang sederhana ditengah gelak tawa dan gelutuk gigi karena kedinginan dari teman-teman seperjalanan.
Dinner time; pic credit: @velwijaya
Pendakian selama 3 jam menuju ke camping ground Gunung Prau tadi siang, menyisakan pegal dan tanpa peluh. Menjelang mendekati camping ground, kami diserbu oleh kabut yang turun dan udara sejuk yang menemani pendakian kami perlahan berubah menjadi dingin yang menusuk. Sang pijar bumi juga sudah lama menghilang berserta sinar-sinar biusnya, disela-sela pendakian kami yang sedikit molor dari jadwal yang direncanakan.

“Kok ga ada bulan yah?” tanya seorang teman yang dijawab dengan gumaman ketidaktahuan.

“Andai boleh bikin api unggun, enak ini.” ujar saya, sesaat kemudian sambil tetap mencoba menghangatkan kaki saya yang kedinginan.
“Tadi di basecamp sudah ada larangan ga boleh ada api unggun dan melihat kondisinya memang banyak rumput-rumput kering nih, bahaya” celetuk teman saya menimpali.

“Untung kalian nge-camp-nya malam ini, palingan cuman 2 derajat. Coba kemarin malam, behh minus 4 bro” info ranger yang menemani kami.

Hawa semakin dingin dan dingin memaksa kami “tak betah” berada di luar tenda. Satu persatu, kami memasuki tenda dan menyelinap ke dalam sleeping bag masing-masing.
kabut yang menyeruak
sunset ditengah pendakian
 ***
“Eh bulannya nongol tuh, gede banget” pekik seorang teman dari tendanya.
“Iya cakep banget bulannya” timpal yang lain.

Dengan sedikit enggan saya menggeser tubuh, membuka resleting tenda dan saya menyaksikan pemandangan yang sangat indah membius mata.

Saya mendesah dan dalam hati berujar, ini mungkin adalah pemandangan bulan yang paling indah yang pernah saya saksikan selama ini, so near, so big dan so bright. Sejenak saya mematung dan beberapa kali mencoba memetakan moment itu di camera saya dan gagal.

“Guys, bulannya bagus banget!” pekik saya.
Super moon
 ***
“Buset dingin banget, kaki dingin banget neh” rutuk saya dalam hati dan memaksakan diri untuk bergerak keluar tenda dengan sambutan sapuan angin yang cukup kencang dengan hawa yang dingin sekali.

“Guys, ayo siap-siap buat yang mau lihat sunrise” celoteh saya membangunkan teman-teman yang lain.

Perlahan dan pasti, mulai terdengar suara-suara dari dalam tenda.

Tak lama, kami mulai berjalan menembus ilalang gunung menuju spot yang tidak tertutup pohon demi mencoba peruntungan akan sunrise yang istimewa.
sunrise
sunrise
***
“Laper ga sih?”
“Laper sih tapi males makan mie.”
“Ya udah ini ada nugget ama karage”
“Goreng gih.”
“Yah minyaknya beku.”
“Deketin ke panas kompor aja”

Acara goreng nugget dan karage pun dimulai disela-sela acara beberes buat persiapan perjalanan turun gunung.
Nugget time; pic credit: @sankhyaadi
 ***
Perjalanan atas pendakian yang memiliki tantangan tersendiri buat saya. Perjalanan bersama teman-teman baru dan sahabat lama. Perjalanan yang singkat dan seolah tak ada yang dipandang kecuali sunset, sunrise dan pemandangan khas pegunungan yang indah. Tak ada cerita unik dalam pendakian tetapi yakinnya penuh dengan moment-moment indah antar jiwa selama perjalanan, pendakian dan kembali pulang. Moment-moment yang tak terceritakan walau oleh sang bijaksana. Moment-moment yang hidup karena hubungan dan perasaan pribadi-pribadi yang dipersatukan dengan tujuan yang sama dan kesenangan yang sama. Moment-moment yang tentunya ajan diingat dan akan terlupakan sejenak tetapi sejatinya kekal di jiwa dan akan terceritakan kembali pada saatnya nanti. 
abis sunrise-an wefie dulu; pic credit @cindyoctrivianti

disela-sela peluh tanjakan
sunrise

telaga warna
selfie-selfie
lumayan curam track-nya
ini yang bikin paru2 kembang kempis

Dieng Plateau Village
jalur pendakian Gn. Prau

taking pictures
after sunrise

The Gimbals
breaktime; pic credit @velwijaya
going down after sunrise; pic credit @velwijaya


No comments:

Post a Comment