Saturday, May 05, 2012

Kawah Putih - "surga kecil" yang penuh misteri - Bandung Jawa Barat


Keinginan berkunjung ke Kawah Putih di Kabupaten Bandung Jawa Barat akhirnya terealisasi juga weekend kemarin. Tanggal 28 April 2012, pukul 05.00 WIB, kami berempat (saya dan ketiga teman saya) dengan menggunakan mobil pribadi teman saya, siap melaju ke Kawah Putih dan nantinya akan menikmati sore dan petang hari serta menginap semalam di Kota Bandung. Pagi sekali? Yupe, kami memang sengaja berangkat subuh untuk menghindari macet yang mungkin terjadi. Perjalanan kami tempuh dengan lancar yang diwarnai kepadatan dan kemacetan di beberapa titik-titik tertentu. 4 jam kemudian (pukul 08.53 WIB) kami memasuki area parkir dari Kawah Putih (Area Parkir Bawah).
Note: Kami berangkat dari Grogol (Tanjungduren).

TIPS:
Batas akhir tol ke Kawah Putih adalah Pintu Tol KOPO, selanjutnya harus melalui jalan raya biasa. Keluar dari Pintu Tol Kopo, belok kanan dan lurus saja mengikuti jalan besar (relative).
Perlu dicermati papan petunjuk yang memang jarang sekali ada sehingga GPS dan rajin bertanya kepada orang setempat sangat membantu dalam mencapai Kawah Putih tanpa salah jalan.

Kesan:
Sangat disayangkan pada pengelolah Kawah Putih bahwa papan petunjuk ke Kawah Putih dari Pintu Tol KOPO sangat jarang sekali. Kami hanya menemui 1 atau 2 papan petunjuk, itupun tidak informative, sehingga cukup menyulitkan bagi wisatawan yang datang dengan cara independent (tidak ikut tour).

Memasuki area parkir yang luas tersebut, tampak keadaannya masih cukup lengang meskipun  beberapa kendaraan pribadi dan bus pariwisata sudah ada di sana. Tampak pula beberapa warung/depot mulai “menggeliat” menawarkan ragam menu makan yang baru saja matang dan membuat kami menyempatkan sedikit waktu untuk sarapan terlebih dahulu di warung/depot yang menyajikan makanan rumahan serta mie ayam dan mie kocok.

Perut kenyang, kami pun siap untuk menengok Kawah Putih yang cukup mempunyai reputasi keindahannya. Alih-alih menggunakan mobil pribadi untuk naik ke Kawah Putih (Area Parkir Atas), kami memutuskan untuk menggunakan Ontang-Anting untuk mencapai Kawah Putih.

Kondisi hawa di Kawah Putih saat kami tiba (begitu pula juga pada saat pulang) tampaknya tidak membutuhkan pakaian tebal/jacket. Hawa memang sejuk dengan kisaran suhu 22º C tidak berangin bahkan sinar matahari cukup terik.

Note:
Ontang-Anting adalah kendaraan (kalo ga salah semacam mobil Carry) modifikasi yang memuat hingga 14 orang plus sopir. Kondisi tempat duduk yang dibagi menjadi 4 baris cukup sempit, meghadap ke depan dan tanpa pintu aka terbuka semua hanya beratap saja (kecuali bagian depan). Seperti ini:

TIPS:
Mobil pribadi bisa langsung mencapai Area Parkir Atas dengan menempuh jalanan cukup sempit dan menanjak serta lengkap dengan liuk-liukan khas jalanan di daerah pegunungan. Kondisi jalannya beraspal dan bagus.
Untuk membawa mobil pribadi sampai ke Area Parkir Atas, wisatawan diharuskan membayar ticket mobil pribadi seharga Rp 150.000,- per mobil.
Selain menawarkan pengalaman tersendiri, Ontang-Anting juga jauh lebih murah karena hanya menarik biaya Rp 10.000,- per orang (sudah pulang pergi), tetapi memang jalannya Ontang-Anting ini menunggu hingga minimal sekitar 13 penumpang.
Biaya masuk ke kawasan wisata Kawah Putih adalah Rp 15.000,- per orang (baik menggunakan mobil pribadi maupun dengan Ontang-Anting)
Jam operasional Kawah Putih adalah pukul 07.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB.

Perjalanan asik dengan Ontang-Anting kami tempuh sekitar 15 menit saja (ngebut Ontang-Antingnya) dan kami pun memasuki Area Parkir Atas.
Dari Area Parkir Atas, kami hanya perlu berjalan kaki menuruni jalanan bertangga landai, sekitar 100 meter dan Kawah Putih pun membentang di hadapan kami.
 Kawah Putih yang katanya bisa berubah warna tersebut kali ini berwarna putih kapur dengan semburat hijau muda dan biru muda di beberapa titik dengan asap belerang yang sedikit, bahkan hampir tidak tercium bau khas belerang yang menusuk sehingga membuat kunjungan kami ini semakin asik. Kawah Putih ini tidaklah seluas bayangan saya tetapi keindahannya tampak tenang dan memukau, membuat kami betah untuk berfoto ria ataupun hanya memandang air yang seolah-olah menyimpan banyak misteri.
Pada sisi depan Kawah Putih terdapat gua belanda yang mana tidak bisa dimasuki karena mulut gue terpalang banyak kayu dan terdapat tulisan peringatan bahwa dilarang berdiri terlalu lama di depan mulut gua yang sayangnya tanpa ada penjelasannya.

Di area yang sama juga, dapat dibaca pada spanduk besar yang menceritakan history dari Kawah Putih ini, dengan diiringi lantunan kecapi yang dimainkan oleh penduduk lokal pada sebuah gubug yang berada di samping spanduk.
Tidaklah dibutuhkan waktu yang lama untuk memutari “kolam kecil” ini sebelum kami putuskan untuk menyudahi kunjungan kami dan kembali ke Area Parkir Bawah dan segera bertolak ke Kota Bandung untuk menghabiskan weekend kami kali ini.

TIPS:
Makan, minum dan merokok di area Kawah Putih sangat tidak disarankan karena alasan kesehatan, jadi jangan kaget jika di Area Parkir Atas dan Kawah Putih tidak ditemukan satupun penjaja makanan/minuman. Yang tampak beberapa orang menjajakan masker dan belerang.
Kembali ke Area Parkir Bawah, mata kami terpaku pada gundukan buah strawberry dengan ukurannya yang besar-besar berwarna merah menyala yang sangat menggoda. Tawar-menawar akhirnya kami memperoleh harga Rp 30.000,- per kilo (yakin bisa lebih murah jika belinya agak banyakan) dan dimulailah pesta strawberry kami. Yummy banget dengan rasa asam manis dan sedikit juicy, seolah tak pernah cukup kami menyikat strawberry tersebut rame-rame.
Note:
Selain buah strawberry segar yang bisa dipilih sendiri (harga yang kami peroleh Rp 30.000,- per kilo), dijual pula strawberry segar yang telah terkemas rapi (tapi biasanya ukuran buah relative lebih kecil), sirop strawberry, selai strawberry, krupuk strawberry, jenang strawberry, dll.

Tiba di Kota Bandung (Bandung) kami segera mengarah ke hotel untuk check in, sesudah terlebih dahulu berhenti di Cabe Rawit untuk mengisi perut yang sudah keroncongan sedari tadi (mendekati pukul 14.00 WIB). Ini bukan merupakan kunjungan kami yang pertama ke Cabe Rawit yang terletak di Jalan Teuku Umar no 7 Bandung dan tentunya bukan yang terakhir pula. Saya pribadi punya menu favorite di sini yaitu Nasi Timbel Cabe Rawit dan untuk minumannya adalah Old Jersey yang merupakan jus sayuran dengan jeruk, coba deh. Cabe Rawit tentunya juga menyediakan menu-menu lainnya yang sangat beragam dari ala carte personal sampai ke menu-menu sharing seperti Buncis Cabe Garam yang mak krenyes banget, dll.
Note:
Cabe Rawit dapat ditemukan jika dari perempatan Dago, lurus saja hingga pertigaan ke 2 (kalo ga salah) dimana ada Outlet Up Town dan Jetset, belok kanan, nah Cabe Rawit ada di sebelah kiri jalan.

After late lunch, kami segera menuju ke hotel (daerah Dago juga) yang cukup dekat dengan Cabe Rawit. Berhubung plan kami ke Kawah Putih dan Bandung mepet, maka ketika akan booking hotel, pada kehabisan aka pada full booked semua untuk hotel dengan range harga yang kami inginkan. Untung saja detik-detik terakhir masih ada 2 kamar kosong di Hotel Puri Gardenia di Jalan Dipati Ukur No. 30 Bandung.

Pukul 17.00 WIB kami sudah segar kembali dan siap menjelajahi outlet-outlet di Jalan RE Martadinata (Riau). Ga sah kan kalo ke Bandung ga ke outlet hehe… ga juga sih, tapi memang kami berempat sedang ada butuh membeli beberapa jenis barang dan siapa tahu dapat model dan harga yang pas di outlet-outlet Bandung.

Meluncur ke Jalan Riau kondisi jalan rupanya tidak semacet yang saya kira dan dengan cepat saya telah sampai di Jl Riau. Beruntung saya mendapat space di salah satu area parkir outlet besar dan kami pun mulai menjelajahi outlet-outlet tersebut dengan nyaman karena di luar dugaan, shopping pada petang hari lebih asik, karena pengunjungnya sudah tidak penuh sesak lagi (khususnya karena weekend) dan pramuniaga di beberapa outlet lebih sigap membantu, ga pengap dan umpel-umpelan, tetapi memang waktu shoppingnya jelas relative lebih singkat dari pada pada pagi/siang hari (khususnya bagi yang demen shopping).

Lepas dari Jalan Riau dan sempat terhenti sebentar di Jalan Ir. H. Juanda (Dago) untuk menengok outlet-outlet di Jalan Dago dengan singkat, maka kami pun melaju ke Warung Ngebul yang terletak di Jalan Dago juga, tetapi agak ke atas dikit, no 230 Bandung.
Ini merupakan kunjungan pertama kami ke Warung Ngebul (tahun kemarin pas ke sini tutup libur Lebaran) yang hanya buka pada petang hari (sekitar pukul 17.00 WIB) hingga pukul 24.00 WIB.
http://travelinseven.com/2012/02/02/menu-rahasia-yang-bikin-ketagihan-di-warung-ngebul/
Warung yang kecil ini adalah semacam rumah tinggal yang dimodifikasi menjadi depot sederhana tetapi dengan konsep yang cukup menarik. Secara personal saya merasa bahwa konsep dari Warung Ngebul lebih kearah tempat nongkrong dan bersantai dibanding tempat makan berat. Hidangan yang ditawarkan juga cukup beragam dengan porsi-porsi (relative) mini, dari hidangan ala Indonesia hingga European seperti pasta. Harga dari menu-menu tersebut jelasnya sangat-sangat terjangkau (rata-rata hanya belasan ribu rupiah saja). Dari berbagai hidangan yang kami pesan, favorite saya adalah Nasi Tongset Ayam Suwir (pedas) dan untuk minumannya so far adalah Es Susu Kurma Madu, mantap banget.
http://www.iradiofm.com/intermezzo/makan-dimana/239-bandung
Sayangnya pelayanan cukup lama, tetapi tidak perlu kuatir di Warung Ngebul juga disediakan macam-macam permainan dari Dakon sampai monopoli.

Note:
Warung Ngebul dapat ditemukan jika dari perempatan Dago, lurus saja sampai ketemu Mc Donald dan terus dikit terus memutar balik dan Warung Ngebul ada di sebelah kiri jalan sebelum (atau hampir pas) pertigaan.

Kembali ke hotel untuk beristirahat dan menyambut pagi dengan ceria haha. Hari kedua ini kami isi dengan sedikit bermalasan di hotel terlebih dahulu sebelum tepat pukul 10.00 WIB kami check out dan segera menuju ke Prima Rasa yang berada di Jalan Kemuning No 20 Bandung (akses melalui Jalan Riau). Impian untuk berburu penganan Prima Rasa hampir pupus ketika mendapati Prima Rasa begitu ramai sekali sampai susah sekali bergerak dalam outlet. Plus outletnya jadi pengap dan bau keringat. Secepat kilat kami ambil penganan yang diinginkan dan segera membayar. Cukup lama juga kami di sini karena untuk bayar antrinya pun luar biasa.

Bebas dari umpel-umpelan di Prima Rasa, kami meluncur ke Café Bali di Jalan. Riau No 215 Bandung, untuk menikmati makan siang. Di Café Bali yang luas ini bukan hanya dijual menu-menu khas Bali, tetapi saya lihat lebih cenderung menawarkan menu western yang di lengkapi dengan menu-menu Indonesia (termasuk khas Bali seperti ayam betutu, sate lilit, dll). Café tersebut dibagi menjadi 2 area (terhubung) untuk ala carte dan untuk prasmanan.
Pesanan saya adalah Nasi Bali yang berisi plecing kangkung. ayam betutu dan sate lilit serta untuk beverage saya pesan O Campur Bali yang berisi ragam buah, jelly dan pacar cina disajikan dengan saus (jus) alpokat. Lepas dari ke-yummy-an makanan dan minuman yang saya pesan, favorite saya adalah sambel mentah yang disajikan di menu Nasi Bali, pedas segar dan bikin ketagihan deh.
Note:
Jika dari Cascade (area outlet) maka lurus saja di sebelah kiri jalan.

Setelah makan siang maka kami pun harus segera balik ke Jakarta karena beberapa teman masih ada acara lain sore harinya.
Turun dari Jembatan Pasupati menuju ke arah Pintu Tol Pasteur, kami menepi sebentar di sebelah kiri jalan untuk membeli sale pisang rasa merk Putri, sebelum akhirnya mengucapkan perpisahan pada Bandung - The Paris Van Java.


4 comments:

  1. katanya motor gak bisa naek sampai deket kawah putih ya? padahal pengen naek motor saja nantinya, kalau ada waktu maen ke bandung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hm memang sih ga pernah lihat motor naik sampai ke parkiran atas mas, tetapi medannya sih kalo buat motor cowok mah ga berat tuh en dijamin naik tuh tp naik ontang anting juga seru lho mas (duduk yang di belakang pinggir) :)

      Delete
  2. Alamat Detail dari kawah putih ? Bsa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Dian,
      kalo untuk alamat detailnya saya kurang tahu yah, sorry ga bisa bantu untuk yang ini, tahunya cuman Ciwidey - Bandung :(

      thanks sudah mampir ke blog ini yah

      cheers,
      harry

      Delete