Pulau Bawah - Anambas |
Angin laut
menghempas kencang menampar kulit muka dan tubuh. Sesekali air laut yang hangat
memercik dari gulungan-gulungan ombak kecil berbuih yang tercipta dari
kombinasi lambung speedboat dan baling-balingnya. Langit biru cerah dan
matahari bersinar terik meski terkadang terhalang oleh arakan awan di atas
sana. Speedboat ini melaju kencang membelah Laut China Selatan, menghantar kami
menjelajahi pulau-pulau kecil yang rata-rata tidak berpenghuni, bertebaran
bergerombol membentuk Kepulauan Anambas.
Pulau-pulau
kecil berbukit dengan batu-batu granit besar membingkai pantai pasir putihnya.
Ratusan pohon-pohon kelapa berjajar melambai mengikuti buaian sang angin. Suasana
damai, tenang dan membuai, berlagukan dengungan speedboat saja. Inilah tipikal
dari pemandangan di Kepulauan Anambas. Indah tapi tak membius seperti halnya
cerita tentang keindahan taman lautnya. Di sinilah kami melaju, menuju ke
beberapa tempat untuk membuktikan, melihat dan menikmati bius Taman Laut
Kepulauan Anambas.
***
Berbulan-bulan
sebelum hari H ☼
“Yuk ke
Anambas.”
“Dimana tuh?”
“Di Kepulauan
Riau, deket Natuna sana. Keren, salah satu kepulauan tercantik di Asia Tenggara
versi National Geographic.”
“How?”
“Nanti kita
terbang ke Batam trus lanjut terbang ke Matak di Anambas, trus lanjut naik
pompong ke Tarempa.”
“Er… I assume
Matak ama Tarempa salah dua dari banyak pulau di Anambas yak. Nah kalo pompong
apaan?”
“Pompong mah yah
kapal kayu pake motor tempel gitu, sebutan lokalnya aja pompong.”
“HUWOW! Hayuk
lah.”