Saturday, January 21, 2012

Culinary edisi Pulang Kampung ke Malang 25 Dec 2011 to 01 Jan 2012


Tanggal 25 December 2011, sementara semua orang yang beragama Kristiani sedang merayakan Hari Natal (well for those who celebrate, Merry Christmas to you, joyful to the world), saya merayakan awal dari liburan akhir tahun saya yang cukup panjang selama 8 hari (25 Desember 2011 s/d 01 Januari 2012 include travel day), yeehaw, di Kota Malang (Malang). Yupe kenapa tidak, traveling ke kota yang pernah saya tinggali selama 24 tahun awal kehidupan saya dan merupakan kota tempat tinggal mama dan kakak-kakak saya serta sebagian besar keluarga besar dari mama dan almarhum papa. Sangat menyenangkan membayangkan hari-hari yang akan saya habiskan di kota yang terkenal dengan oleh-oleh khasnya kripik tempe itu. Perjalanan kali ini bukanlah murni perjalanan wisata atau kuliner karena yah seperti yang saya siratkan bahwa akhir tahun ini saya, memakai istilah populernya, pulang kampung.

DAY 1
Sekitar pukul 6 pagi, saya meluncur ke Bandara Soekarno Hatta (Soetta) dengan Taxi (TAXIKU). Perjalanan ke Soetta sangat lancar dan senangnya dengan Taxiku, saya bisa menghemat uang tol dalam kota dan tol airport senilai total Rp 12.000,- karena Taxiku memberikan faslitas free biaya tol untuk semua penumpang dengan tujuan Soetta (tidak berlaku sebaliknya aka perjalanan dari Soetta ke tujuan masing-masing, yah). Taxiku sendiri selalu menjadi pilihan pertama saya dan teman-teman jika ingin ke Soetta dengan menggunakan taxi karena selain bebas biaya tol dan tarifnya adalah tarif bawah, pelayanan dari Taxiku rata-rata memuaskan, aman dan nyaman bagi penumpang, khususnya yang menuju ke Soetta serta bagi penumpang yang tahu jalan dan situasi di Jakarta untuk tujuan dalam kota lainnya.

Sampai lebih awal di Soetta Terminal 2F, saya segera melakukan check in dan memberikan koper saya untuk masuk ke bagasi. Liburan kali ini saya tidak ber-backpack ria dan menggunakan maskapai Garuda Indonesia (GA) yang “lucky me” dapat saya beli dengan harga Rp 850.000,- nett pulang pergi. Sedikit tips untuk mendapatkan tiket GA murah meriah adalah merencanakan penerbangan dari jauh hari dan membelinya langsung secara on line di website GA.
Bagi pengguna GA domestik yang mempunyai terminal khusus, yaitu 2F, sebelum menyerahkan any kind of luggage untuk masuk ke bagasi di counter check in, luggage tersebut harus diikat dengan tali yang disediakan oleh GA secara gratis di seberang counter check in. Selain itu berbeda dengan di terminal domestik lainnya, di terminal 2F, pembayaran airport tax untuk Soetta sebesar Rp 40.000,- per orang, juga langsung dibayarkan langsung di counter check in.

Antrian pada counter check in pagi itu cukup lengang dan membuat saya bisa melenggang ke dalam terminal dalam waktu tidak lebih dari 30 menit. Saya memang suka datang minimal 2 jam sebelum jadwal take off karena selain bisa memperoleh seat yang saya inginkan (sebelah jendela di row emergency window, tetapi hanya jika saya terbang with GA), saya juga bisa memanfaatkan fasilitas free executive lounge dari kartu kredit yang ada, yah lumayan itung-itung save uang untuk budget breakfast yang harganya cukup mahal jika di Soetta (dasar nih mental backpacker kere hahaha). Memasuki ruang terminal 2F, saya segera melirik ke jajaran lounge yang menampilkan gambar dari kartu kredit-kartu kredit mana yang bisa diterima lounge-lounge tersebut secara gratis. Kartu kredit yang ada membawa langkah saya ke lounge yang terletak di lorong kiri, yang mana ternyata dikhususkan untuk pengguna salah satu kartu kredit yang saya juga miliki. Menimbang bahwa lounge tersebut adalah khusus untuk pemegang kartu kredit dari 1 bank saja, maka pemikiran saya tentunya pasti okay punya nih. Lounge tersebut mempunyai design yang cukup cozy dan nyaman meskipun dengan luas yang cukup kecil dan dilengkapi dengan smoking room (asekkkkk). Point minus terletak dari kebersihan dan kode etik dari petugas lounge di sana seperti misalnya salah seorang petugas yang membersihkan meja dengan “membuang” remah-remah makanan dibawah meja (berasa di warung tenda/depot) sehingga (setelah saya amati) karpet di beberapa tempat tampak jorok dengan remah-remah makanan yang berceceran, lalu seorang petugas buffet yang menyiapkan toast bagi customer dengan tangan telanjang (tanpa memakai sarung tangan plastic, eh mbak e, orang jualan buah potong di foodcourt aja pakai sarung tangan plastic) dan juga saya sempat melihat salah seorang petugas mengambil makanan dari buffet customer untuk dikonsumsi sendiri.
Selama kurang lebih 1 jam saya menghabiskan waktu dalam lounge tersebut dan menjajal makanan, snack, dll yang disediakan dengan pilihan yang relative sedikit, sebelum akhirnya saya memutuskan menuju ke ruang tunggu boarding.

Tak lama menunggu (sekitar 20 menit) pukul 8.20 pagi, petugas GA mengumumkan untuk segera memasuki pesawat, yes on schedule banget. Dengan mencari seat saya no 9F maka saya menemukan seat saya benar-benar sesuai harapan saya, di sebelah jendela dan emergency window (depan seat saya adalah space kosong karena row 8 hanya ada seat 8B,C,D dan E), sehingga kaki saya bisa selonjoran bebas hehehe. Pesawat pagi ini tidak tampak penuh karena mungkin bertepatan dengan pagi di Hari Natal. Bayangan saya menempuh perjalanan udara dengan nyaman sedikit terganggu karena seat tepat di belakang saya adalah sepasang suami istri dengan balita yang tampaknya sedang rewel dan menolak dengan sangat keras (jeritannya) untuk memakai seat belt hahahaha, belum lagi tendangan-tendangan kaki kecilnya yang menghantam kursi saya beserta rengekan. Thanks God, MP4 jadul dan dekil saya tidak lupa saya bawa dalam setiap perjalanan saya. Tanpa menunggu waktu saya segera colokin earphone di telinga. Memang sih gangguan karena tendangan kaki kecil itu tetap saya rasakan tetapi at least saya tidak mendengar tangis dan rengekannya kecuali pada saat doi berteriak.

Senangnya terbang dengan GA antara lain adalah disediakan snack kotakan (roti/kue/snack lain dengan juice box/mineral water) dan minuman dingin/panas gratis (selain yang ada di kotakan) yang dapat kita nikmati sepuasnya (boleh lho minta nambah atau lebih dari 1 gelas) dari teh, kopi, susu sampai aneka juice. Perjalanan udara yang berdurasi sekitar 90 menit tersebut kali ini berlalu dengan cepat dan smooth (sedikit turbulence) dengan cuaca yang cerah dan sedikit berawan.

Selalu menyenangkan ketika mendarat di Bandara Abdulrahman Saleh (BAS) dan disambut dengan ucapan selamat datang (signboard) yang ditulis dalam aksara jawa yang berlafal Sugeng Rawuh, so authentic welcome greeting ala Wong Jowo.
 BAS sendiri sebelumnya adalah bandara militer yang di”dompleng”i komersial dalam beberapa tahun ini,Walhasil landasan pacunya sangat pendek dan hanya Boeing 737-300 atau yang lebih kecil yang bisa mendarat di BAS.
So far, maskapai yang menyediakan jalur Jakarta – Malang dan sebaliknya adalah GA, Sriwijaya Air dan Batavia Air (selain maskapai lain yang melayani jalur Malang – Denpasar). Sedangkan untuk terminal kedatangan yang terletak di gedung yang sama dengan terminal keberangkatan sangat kecil sekali. BAS terletak sedikit di pinggir Malang, sekitar 30 menit dari downtown dengan akses kendaraan pribadi dan taxi (setahu saya masih belum ada angkutan umum dari dan ke BAS).

Keluar dari area BAS, kami menuju ke Restaurant KDS (salah satu restaurant yang sudah lama berdiri dan populer di Malang, yang menyajikan Chinese food termasuk Dim Sum atau biasa orang Malang menyebutnya dengan Yam Cha) untuk brunch karena memang meskipun belum jam makan siang tetapi perut kami sudah keroncongan. Sesampai di KDS ternyata pengunjung masih penuh dan kami harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya mendapatkan meja untuk berempat. Pilihan kami untuk makan kali ini adalah dim sum (sedikit telat sih) dengan ditemani mie polos dan Chinese tea. Entah kenapa yah menurut saya, dim sum KDS yang biasanya merupakan favorite saya, kali ini sangat kurang dari sisi rasanya yang cenderung hambar dan kering (tidak moist), sangat jauh jika dibandingkan dengan Dim Sum dari Restaurant Dragon Phoenix (yang dibeli oleh kakak saya petang harinya) yang rasanya lebih berani dan moist dengan banyak macam/jenis yang baru, so refreshing and delicious.

Sedang enak-enaknya makan di KDS, saya dikejutkan dengan lambaian tangan yang ternyata tidak lain tidak bukan adalah milik dari sepupu saya yang sama terkejutnya dengan saya, kok bisa ketemu di sana hahaha. Sesi makan sempat terpending sebentar saat saya menyempatkan diri ngobrol dengan sepupu saya yang terakhir bertemu pada malam tahun baru 2010 yang lalu. Dalam obrolan ini pun saya mendapat undangan untuk merayakan Old and New bersama dia dan keluarga tante serta mama saya (yang join dalam acara tersebut) di semacam resort baru di Kota Batu (Batu) yang relative baru dan belakangan ini mengundang minat banyak pengunjung, yaitu Jambu Luwuk yang menawarkan cottages dan semacam private villas di lereng pegunungan yang menyajikan pemadangan yang masih asri. *Sigh* tawaran yang menarik ini terpaksa dengan berat hati harus saya tampik karena acara tersebut tanggal 31 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012 sedangakan tanggal 01 Januari 2012 pukul 10.55 pagi saya harus take off balik ke Jakarta dan mulai kerja lagi sebagai mas-mas admin (meng-copas istilah mbak Trinity hehehe) pada tanggal 02 Januari 2012.

Kenyang dengan brunch di KDS, saya memutuskan untuk menuju ke rumah mama saya (dimana saya akan tinggal selama di Malang) sedangkan 1 teman saya kembali ke aktifitasnya dan 2 teman saya yang mempunyai studio photo bersama harus segera kembali karena ada appointment photo dengan client-nya. Studio photo itu sendiri bernama Flashback Photoworks (FP) yang menspesialisasikan pada baby, maternity, toddler and kids selain ada beberapa special project. Seathu saya FP akhir-akhir ini namanya mulai melambung di Malang dan mendapatkan pujian dari beberapa teman saya lainnya terutama untuk kualitas dan moment yang berhasil di”tangkap”. Patut di coba jika sedang di Malang.

Sesampai di rumah, jelasnya saya segera melepas rindu dengan mama dan kakak-kakak saya sembari ngobrol, ngemil dan berbagi candaan serta update news yang terjadi di keluarga besar mama dan papa yang sering terlewatkan oleh saya.

Sore berlalu dengan cepat dan petang kali ini saya memutuskan untuk menerima tawaran teman-teman untuk dinner dengan menu soto ayam dengan brand Soto Lombok. Wow what a good offer! Ga bisa ditolak nih. Saya pun segera bergabung dengan mereka menuju ke Jalan Lombok. Sesampai di sana, pengunjung ramai sekali dan hampir saja kami bertiga tidak mendapat tempat. 3 porsi soto kami pesan dan kami nikmati dengan krupuk dan es jeruk nipis yang menyegarkan.


 Soto Lombok yang buka selama 24 jam ini adalah salah satu depot yang terkenal di Malang dan berdiri sejak lama, yang masih menjaga kualitas soto-nya serta memiliki pelayan-pelayan yang ramah. Oh yah, bagi penggemar daging ayam bagian dada, bisa juga order agar irisan ayam semuanya dari bagian dada dan sebagai pengganti nasi, bisa juga diorder kentang rebus.
Soto ayam Lombok ini tidaklah sama dengan tampilan soto ayam lamongan karena kuahnya yang cenderung bening kecoklatan yang disajikan dengan sedikit irisan kentang rebus, tauge dan koya. Hati-hati jika ingin menambahkan kecap manis pada soto, jangan sampai salah ambil botol kecap asin hahaha. Yupe tersedia kecap asin selain kecap manis untuk ditambahkan ke soto sesuai dengan selera. Saya pribadi suka menambahkan sedikit kecap asin tanpa kecap manis serta tak lupa air jeruk dan sambal, nikmatnya luar biasa.

Entah apa yang merasuki kami, nyatanya seporsi soto ayam tadi tidaklah memuaskan rasa lapar kami, yang membuat keputusan bulat untuk hunting makanan ringan lagi sebagai dessertnya. Pilihan kami jatuh ke Un Corner (Bukan Toko Un yah) yang menyajikan macam-macam pastry, aneka macam snacks dengan minuman hangat seperti teh, jahe atau kopi. Toko Un ini sendiri adalah salah satu kesatuan dari Hotel Tugu (salah satu hotel prestisius di Malang) yang terletak dalam komplek yang sama.
Memasuki Un Corner saya segera mencari pastry favorite saya di sini sejak dulu yaitu Apple Struddle (semacam roll layer of thin pastry dengan caramelized chopped apple) yang sayangnya kosong pada malam itu. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Apple Pie yang tampak menggoda juga dan memang sangat enak meskipun lapisan pienya terlalu tebal menurut saya, yang saya nimati dengan secangkir black tea panas, heavenly.



Day 2
Pagi pertama di Malang, saya menyantap makan pagi di rumah dan kembali menimati cuaca Malang bersama mama dan kakak saya, sebelum saya bersiap unutk ke kantor polisi setempat guna mengurus perpanjangan SIM A saya yang akan segera berakhir di awal tahun 2012.

Seorang teman berbaik hati untuk menjemput dan men-drop saya di kantor polisi khusus untuk urusan SIM, yang terletak di daerah Jalan Cipto (jadi tidak lagi gabung dalam kesatuan komplek Polres Malang yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto).

Di area yang relative kecil ini, tidak akan ditemukan calo-calo SIM seperti halnya tempo dulu. Dengan prosedur yang baru maka pengurusan SIM, khususnya perpanjangan SIM, hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 jam dan dengan biaya yang wajar yaitu Total Rp 130.000,- saja (Rp 50.000,- untuk biaya check mata dan asuransi selama 5 tahun dan Rp 80.000,- untuk biaya administrasi dan pembuatan SIM itu sendiri). Saya pribadi sangat suka dengan prosedur baru ini karena jauh sekali dengan kondisi 5 tahun sebelumnya pada saat saya juga mengurus sendiri perpanjangan SIM A saya yang memakan waktu hampir setengah hari dan SIM pun tidak langsung jadi (jadinya keesok harinya). Prosedur baru ini hanya mensyaratkan copy dari KTP dan SIM lama masing-masing sebanyak 2 lembar dan menyerahkan ke petugas klinik mata yang letaknya hanya diseberang kantor polisi. Duduk menunggu sebentar di teras klink sebelum nama saya dipanggil untuk check fungsi mata dan kepekaan mata terhadap warna (dites apakah buta warna apa ga gitu) dan diberikan dokumen hasil check mata dan selembar asuransi kecelakaan diri. Keluar dari klinik mata, saya kembali ke bangunan utama kantor polisi dan memasukan berkas saya ke counter yang ada. Di counter ini saya harus membayar biaya administrasi dan pembuatan SIM, serta mengisi 2 halaman form data diri dan pengajuan perpanjangan SIM, sebelum saya akhirnya dipanggil untuk foto. Keluar dari ruangan foto, saya segera ke loket pengambilan SIM, tidak menunggu terlalu lama sebelum nama saya dipanggil untuk menerima fisik dari SIM A saya yang baru. Petugas-petugas yang ada pun sangat ramah dan membantu serta informative. I like it and applause to the progress.

Selesai mengurus perpanjangan SIM, saya sempat kebingungan mau naik apa yah pulang? Kalau naik becak kayaknya bakalan mahal karena jaraknya cukup jauh bagi tariff becak, mau naik mikrolet (nama angkutan umum di Malang yang merupakan mobil carry/kayak B01 di Jakarta, berwarna biru dengan garis melingkar di bagian tengah) tapi saya ingat bahwa tidak ada satu pun mikrolet yang direct dari area kantor polisi ke area rumah saya, harus oper dan saya lupa harus turun dimana. Akhirnya saya memutuskan untuk naik taxi dan setelah menunggu cukup lama, baru saya sadari bahwa sangat sulit untuk mencari taxi di jalan raya di Malang meskipun saya sudah jalan sampai ke jalan protocol di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Cape mikir mau pulang naik apa, akhirnya saya putuskan untuk jalan kaki saja hahaha sambil positive thinking kalau di negeri orang bisa jalan kaki berkilo-kilo kenapa tiidak di Negara sendiri. Cukup mengejutkan saya sendiri bahwa perjalanan pulang dengan jalan kaki tersebut cukup menyenangkan dan (mungkin karena sering “dilatih”) tidak membuat saya cape sama sekali meskipun sesudah berjalan kaki kurang lebih 45 s/d 60 menit dari Jalan Cipto ke daerah Sulfat.

Note:
Tips untuk naik mikrolet di Malang (kota), bus hanya tersedia untuk tujuan luar kota:
Mikrolet (angkutan umum) di Malang (kota) rata-rata berwarna biru menggunakan warna yang berbeda pada garis melingkar di bagian tengahnya seperti warna garis kuning untuk GA dan hijau untuk ABG. Selain warna, mikrolet di Malang menggunakan huruf abjad untuk membedakan jurusannya, bukan nomor seperti di Jakarta. Huruf abjad tersebut merupakan huruf pertama dari nama daerah misalnya A untuk Arjosari, B untuk Borobudur (daerah Blimbing), G untuk Gadang dan D untuk Dinoyo. Jika tidak tahu mikrolet mana yang harus dinaiki, maka penting sekali untuk sebelumnya menanyakan ke drivernya apakah mikrolet tersebut lewat di jalan/daerah yang dituju.

Menu makan siang hari ini, kembali teman-teman saya menyarankan untuk bernosatalgia makanan semasa kuliah yaitu di Depot Santo Jusup (SJ) yang terletak di daerah Blimbing di depan Sekolah Santo Jusup/Hwa Ind. SJ merupakan salah satu dari restaurant jadul yang menyajikan mostly Chinese food yang masih di bawah bendera yang sama dengan Restaurant Gang Djangkrik (Jalan Kawi dan LetJen. Sutoyo) dan Green Leaf (Jalan Pahlawan Trip).
Menu favorite saya di sini adalah Bakmie Goreng-nya yang nikmat disantap dengan saus sambal (homemade), happy day hahaha. Selain bakmie goreng saya juga suka cwi mie-nya dengan macam-macam side dish yang bisa dipesan. Bagi teman-teman yang Muslim harap concern bahwa depot ini juga menjual babi dan masakan yang mengandung babi. Dari sisi beverage yang saya rekomendasikan, bisa juga dijajal es mocca-nya, segar manis dengan khas rasa mocha.

Menjelang petang hari beberapa teman SMA saya datang menjemput dan mengajak dinner barang. Pilihan kami jatuh pada sebuah steak house yang populer di Malang yaitu Malibu Steak (ada di Jalan Kawi dan Jalan Pahlawan Trip). Menu yang ditawarkan yang ada cukup beragam dengan taste yang pretty good dengan pelayanan yang cukup bagus juga. Meskipun hanya kami bertiga dan keluarga salah seorang teman kami, dinner tersebut berlangsung meriah dan menyenangkan dengan canda dan tawa yang tidak ada habisnya. Tidak ingin kecerian malam itu berakhir, hang out lanjut di rumah teman saya dengan icip-icip beberapa jenis liquor, salah satunya cukup sulit untuk ditemukan di Indonesia yaitu Liquor Jagermeilter dari Jerman, sehingga pas pulang lumayan tipsi hehehe. What a great night that I like to have a second time.

Day 3
Pagi ini saya membuka mata agak siangan, mungkin karena pengaruh liquor semalam hehehe, dan segera bersiap untuk antar mama tercinta dan kakak saya ke Hypermart di Malang Town Square (Matos).

Meskipun hari ke 3 ini adalah hari kerja tampaknya pengunjung Matos cukup ramai. Sekitar 1 jam kami menghabiskan waktu di Matos, sebelum cacing-cacing di perut ini minta dikasih makan. Keluar dari area Matos kami melipir ke gedung sebelah Matos yaitu MX (semacam FX dan EX di Jakarta yang lebih cenderung menawarkan ragam culinary) dan memasuki salah satu Resto Indonesia Thai cuisine yang ternyata lebih cenderung menyajikan Chinese cuisine hehehe, sempat bingung juga karena tidak ada embel-embel Chinese cuisine di signboard resto yang satu ini. Dari beraneka ragam menu yang kami pesan hanya satu macam saja menu yang bisa saya katakan enak yaitu gurami goreng tiga rasa. Menu lainnya cenderung standar saja taste-nya dan bahkan ada yang hanya kami colek sedikit saja karena rasanya yang amburadul dan terkesan terlalu memaksakan inovasi baru dengan rasa yang lebih menyerupai makanan basi.

Lepas makan siang pada saat kami akan pulang, baru saya menyadari bahwa tidak ada Taxi Queue baik di Matos maupun di MX sehingga kami harus menelepon sendiri, menunggu di pinggir jalan atau jalan ke ujung terjauh dari Matos untuk mendapatkan taxi. Sungguh suatu hal yang kurang nyaman bagi pengunjung yang tidak menggunakan mobil pribadi. Tetapi bagi pengunjung yang memakai sepeda (sepeda pancal/bukan sepeda motor) di MX ini tersedia parkiran khusus sepeda dan terletak di pelataran mall (good facilitiy).
Sisa hari itu saya habiskan berkumpul dengan keluarga di rumah mama saya sambil menyantap hidangan sederhana rumahan yang sering saya rindukan untuk disantap di Jakarta.

Day 4
Hari ke 4 petualangan kuliner saya berawal dengan Bakso Bakar di Jalan Trowulan yang merupakan pelopor dari Bakso Bakar di Malang. Dengan kondisi store yang lebih luas dibandingkan dengan jaman kuliah saya dulu, membuat makan di tempat ini menjadi lebih nyaman, meskipun tetap aja kepanasan karena kepedasan di ruangan yang tidak ber-AC hehehe, nikmat mantap sedap deh. Bakso Bakar sendiri adalah seperti halnya bakso biasa yang diberi bumbu-bumbu dan dibakar serta dihidangan dengan semacam saus manis (pedas jika di-order pedas). Sebagai teman makan bakso bakar, juga disediakan suun yang bisa disantap dengan kuah bakso atau disantap dengan model bakso bakar secara kering. Suun model kering adalah suun yang di campur dengan sambal, saos tomat, kecap manis, sedikit cuka, taburan seledri dan bawang goreng, coba deh pasti ketagihan. Di Bakso Bakar Trowulan ini juga tersedia bakso rebus biasa dan tahu sebagai alternative lain jika ingin menyantap hidangan bakso original.
Petang hari, saya dan teman-teman mengarah sedikit jauh ke daerah kota lama Malang yaitu di Jalan Mergosono (nama lainnya adalah Jalan Kolonel Sugiono) tepat di bawah fly over, dimana terdapat depot warung kecil yang menyajikan Tahu Telur hmmm. Tahu telur adalah hidangan yang terdiri potongan tahu yang digoreng dalam adonan telur dan disajikan dengan tauge rebus, taburan seledri dan bawang goreng serta krupuk dengan bumbu kacang. Tahu telur biasa disajikan dengan nasi putih atau lontong. Harganya, shocking!, murah banget, 3 porsi tahu telur dan 3 minuman hanya seharga Rp 19.500,- saja yeehaw. Memang sih porsinya juga bukan porsi besar tetapi cukup mengenyangkan untuk porsi makan biasa. Di Malang sendiri hidangan tahu telur sangat populer baik untuk main menu maupun hanya untuk heavy snack.
Porsi dari tahu telur yang tidak terlalu besar membuat kami mengarahkan radar kami untuk menikmati dessert dan kopi. Thanks God, kali ini pilihan kami beberapa hari sebelumnya yaitu Java Dancer (local coffee house) tidaklah terlalu ramai dan kami dapat memperoleh meja dan pas untuk kami berlima karena memang kekurangan dari coffee shop yang satu ini adalah store yang kecil dan hanya mampu menampung tidak lebih dari 40 bangku. Tempat boleh kecil tapi dengan dekor traditional yang didominasi kayu dan ornament pewayangan Jawa, kopi yang disajikan sangat nikmat sekali. Jika saya boleh membandingkan, kopi yang disajikan kualitasnya tidak kalah dengan kopi dari gerai-gerai franchise luar seperti Starbucks dan Coffee Bean. Tidak salah jika seorang teman twitter (AP) yang merupakan international traveler writer dari UK “menobatkan” Java Dancer sebagai best local coffee house yang menyajikan best coffee di Jawa (so far, AP sedang menjelajahi kota-kota di Jawa dan beberapa bulan sempat stay di Bandung sebelumnya). Di Java Dancer saya memesan Mochaccino dan Bread Pudding dan dari kedua hidangan itu hampir tidak ada yang bisa saya kritik dari tastenya, love it.

Pelayanannya juga ramah dan informative dalam menjelaskan menu-menu yang ditawarkan selain harganya yang jelas affordable. Bagi yang kurang suka dengan asap rokok, perlu diingat bahwa semua space di Java Dancer adalah smoking area, karena memiliki lokasi yang semi outdoor (hanya ada atap, tidak ada dinding full yang menutupi store ini tetapi berdasarkan info dari teman, jika hujan tidak usah kuatir air hujan akan masuk, karena canopy cukup lebar manaungi store ini). Saya sempat memesan kembali Coffee Latte yang rasanya juga mantap banget, sebelum akhirnya kami meninggalkan coffee house tersebut.

Day 5
Hari ini saya kembali dijemput teman untuk reuni kecil dengan teman-teman ex BII Malang (yang semuanya telah keluar dari BII). Pilihan tempat kudu yang nyaman buat ngobrol dan punya hidangan yang, at least, lumayan. Pilihan kami pun jatuh ke semacam bistro bernama Java Mocha di MX Mall. Pilihan menu dan beverage yang ditawarkan cukup beragam meskipun masih relative kurang variatif. Dari sisi kenyamanan, bangku-bangku yang disediakan cukup nyaman dengan dekor ala bistro yang cukup cozy dengan pelayanan yang cukup bagus, meskipun dari sisi taste hidangannya menurut saya (saya pesan spagethy black paper, fruit salad, French fries, markisa) bisa dibilang standard saja.
Lepas dari reuni kecil dengan teman-teman ex BII, saya segera lanjut ke reuni lainnya lagi di XO Suki, yang letaknya sama di MX Mall di seberang Java Mocha. Kali in saya memenuhi undangan teman-teman SMP yang sudah 18 tahun lebih tidak bersua. Meskipun yang hadir sedikit tetapi tetaplah menyenangkan dan tak mengurangi rasa bahagia saya, bisa bertemu dengan teman-teman semasa SMP. Acara berfoto ria pun tidak bisa terhindari. Thanks untuk mbak XO Suki yang dengan sabar menjadi juru foto kami.
Perut penuh tapi bayangan nikmatnya mochaccino by Java Dancer tetap merong-rong membuat langkah saya dan beberapa teman akhirnya berhenti lagi di Java Dancer untuk menikmati mochaccino, minuman lain dan snack-snack ringan di sana. Apa lagi yang lebih nikmat daripada segelas mochaccino panas di tengah hujan deras yang tiba-tiba mengguyur Malang.
Sore berlalu dan petang pun datang, 3 orang teman mengajak saya untuk mencoba dinner di salah satu food court yang relative baru di Malang. Grand Food Court yang terletak di jalan A Yani Malang (sebelah Telkom) ini cukup menarik, karena memiliki bangunan yang rapi dan bersih yang dilengkapi smoking area dan ruangan ber- AC bagi ruang bebas asap rokok (kebanyakan food court di Malang yang tidak di dalam mall, hanyalah berupa space dengan dinding sebagian (semi terbuka) dengan stand-stand biasa). Melihat menu dan brand yang ditawarkan, bisa dilihat bahwa pengusaha kuliner yang membuka stand di sini bukanlah pengusaha kuliner baru atau pemula. Stand-stand yang ada, semua telah memiliki nama yang ngetop baik di kalangan masyarakat Malang maupun Surabaya dan telah menjadi salah satu icon kuliner Malang dan Surabaya, seperti Bebek HT Surabaya, Lumpia MT, Sate Ayam SiBoen, Gado-Gado Pasar Ororo Dowo, Tahu Telor Jeng Anis, Tahu Campur Jagalan, Puthu Lanang, dll.

Pada kesempatan ini saya mencoba jajanan khas Semarang Lunpia yang biasa oleh orang Jawa Timur disebut Lumpia yang telah ada di Malang (juga) sejak lama, kali ini dari brand Lumpia MT. Bersama lumpia turut pula saya pesan risoles (risol) yang disajikan panas dengan batang daun bawang, cabe rawit, acar timun dan saos tauco, sungguh nikmat sekali. Untuk lumpianya kira-kira hampir sama enaknya dengan lumpia Hoklay (salah satu pioneer lumpia di Malang).
Lumpia yang ada di Jawa Timur berisi rebung (tidak bau kok) seperti halnya juga di Semarang tetapi memiliki adonan kulit yang berbeda khususnya untuk lumpia basah. Berbeda dengan lunpia basah di Semarang yang memiliki tekstur kering, maka lumpia basah di Malang memilik tekstur kulit yang lembut dan moist dan selalu disajikan dengan saos tauco yang manis asin, bukan semacam saos sagu seperti di Semarang.

Day 6
Siang hari pada hari ke 6, saya diajak teman untuk menajajal menu khas Bali yaitu nasi campur lawar dan ayam betutu dari Warung Bu Ketut (tidak halal) yang terletak di Jalan Bondowoso Malang. Warung ini telah berdiri cukup lama dan tetap memiliki pelanggan-pelanggan setianya dalam menyajikan beragam menu authentic Bali dengan bumbu yang masih khas Bali (tidak disesuaikan dengan khas Jawa Timur). Berhubung menu Nasi Babi Guling hanya tersedia hari Minggu (sayang banget) maka saya memesan nasi campur lawar dan ayam betutu. Nasi campur lawar yang dihidangkan enak (lebih enak Nasi Babi Gulingnya sih) dan menyegarkan terutama dengan tambahan menu ayam betutu yang pedasnya sungguh meledak di mulut. Bagi pecinta masakan pedas, it’s a must untuk coba ayam betutu Bu Ketut.
Kalau ada yang tanya enak mana dengan Nasi Babi Guling Bu Chandra di Jalan Teuku Umar Denpasar, jawaban saya jelas Bu Chandra yah hahaha.

Menjelang petang saya dan keluarga segera bersiap dan berangkat menuju ke Regent’s Park Hotel di Jalan JA Suprapto Malang, untuk merayakan ulang tahun mama saya di salah satu restaurant Chinese Food – Wanso (Happy birthday mom, I Love You muahhh). Wanso sendiri salah satu restaurant di Regent’s Park Hotel yang menyajikan menu International tetapi didominasi oleh Chinese Food. Rasa dan harga sesuai, dalam artian taste dari masakan yang cukup enak dengan harga yang cukup terjangkau jika dibandingkan dengan beberapa restaurant Chinese Food favorite lain di Malang seperti Dragon Phoenix Restaurant (Fine Chinese Food Dinning).

Untuk malam special itu, kami memulai dinner kami dengan salad dingin pembuka yang terdiri dari potongan ayam, ham, telor phitan, udang rebus, ubur-ubur dan beberapa jenis lain yang disajikan dengan mayonnaise. Lepas dari appertizer kami menuju ke menu soup haisom shechuan dengan rasanya yang asam pedas sebelum akhirnya masuk ke bagian main menu yag terdiri dari beberapa macam seperti burung dara ngoh yang, ayam goreng kanton, mie goreng kanton, udang windu masak cabe, gurami tim kecap asin. Dinner malam itu kami tutup dengan dessert yang cukup simple yaitu buah kalengan yang disajikan dingin sehingga sangat menyegarkan dan ringan untuk disantap.

Day 7
Siang hari saya kembali menyempatkan diri untuk bertemu dengan teman-teman SMP yang beberapa hari sebelumnya hanya sempat bersua tidak lebih dari 1 jam saja. Meeting point kami tentukan di Java Dancer, satu-satunya coffee shop yang nyaman dan menyajikan kopi yang top yang saya temukan di Malang so far (ada juga light menu sebagai cemilan dan beberapa main course). Sedang asik-asiknya ngobrol ngidul, mbak waitres menginformasikan ke kami bahwa untuk tgl 31 Desember ini, Java Dancer akan tutup pada pukul 2 siang. Waduh cepat sekali tutupnya dibandingkan dengan hari biasanya yang buka dari pukul 8 pagi sampai 10 malam. Sempat kecewa sedikit tetapi kami memutuskan untuk menyambung obrolan kami sembari makan siang (late lunch) di MX Mall saja.
Sedangkan untuk menu New Years Eve kali ini, saya dan beberapa teman memilih untuk early dinner di salah satu international cuisine (didominasi dengan western and Europe cuisine) yang kondang di Malang yaitu Café Bunga Bali (fine dining) yang dulunya berlokasi di Jalan Bromo dan beberapa tahun terakhir ini berpindang tempat ke Jalan Ungaran (dekat dengan Hotel Cakra dan Gereja Ijen). Café Bunga Bali selalu menjadi pilihan utama saya sejak dulu di Malang jika ingin menyantap hidangan fusion, karena selain tempatnya yang cukup nyaman dengan harga yang relative terjangkau, juga taste yang enak. Untuk hari-hari semacam malam tahun baru, malam Natal, dll sangat direkomendasikan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu, karena kapasitas bistro yang cukup terbatas seringkali tidak menampung customer yang datang untuk bersantap (khususnya di malam hari tentunya).

Entah apa yang terjadi pada malam itu (kondisi bistro full booked) pelayanan dan taste makanannya kok saya rasa kurang sekali, jauh dibanding biasanya. Dari sisi pelayanan memang para waitres tetap ramah, welcome dan melayani dengan baik tetapi timingnya yang jelek sekali seperti entrée yang saya pesan keluar sebelum minuman kami keluar, bahkan beberapa main course sudah keluar, tetap minuman kami belum keluar dan memaksa kami untuk mengingatkan para waitres beberapa kali. Sedangkan dari sisi taste entah pesanan saya yang salah (salah pilih) atau memang benar bahwa main course yang saya pesan terasa tawar sekali, ditambah bahwa saya bukan fans dari saos-saosan seperti chili dan ketchup.

Petang beranjak malam dan kami harus buru-buru pulang karena takut terjebak macet di jalan seperti umumnya malam tahun baru yang dimana-mana bakalan macet. Bill pun kami settle dan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk membayar (dengan kartu kredit) sehingga memaksa kami untuk menghampiri meja kasir dan menemukan bahwa mesin EDC yang ada di kasir terlihat sedang trouble dan setelah sekian lama lagi mencoba akhirnya kami coba dengan pembayaran debit dan untungnya berhasil.

Day 8
Pagi hari di Tahun 2012 (Happy New Year untuk semuanya) saya tidak bisa berleha-leha di rumah karena pagi ini juga saya harus kembali terbang ke Jakarta. Berangkat lebih awal dari jadwal penerbangan saya, maka saya dan teman saya (yang berbaik hati mengantar saya ke BAS) menyempatkan waktu untuk berbalik arah (dari arah ke ARS) dan sarapan di Pecel Pincuk SD Sarangan, yang pada pagi hari buka di Jalan Cipto (jika malam baru di pelataran/lapangan SD Sarangan). Sehabis menikmati enaknya nasi hangat dengan pecel dan peyek, maka kami pun segera bertolak ke BAS.
Seperti info yang telah saya dapatkan sebelumnya bahwa per tanggal 30 Desember 2011, BAS mempunyai komersial terminal baru (tidak digabung dengan terminal militer) dengan akses jalan sendiri yang lebih okay tentunya (karena tidak perlu masuk ke komplek militer). Pembangunan komersial terminal baru ini memang belum sepenuhnya selesai, terlihat dari beberapa bangunan yang tampak sedang dalam proses pembangunan tepat disebelah komersial terminal yang baru. Ukurannya sendiri jelas lebih besar daripada terminal militer sebelumnya, meskipun tetap masih relative kecil (khususnya untuk terminal kedatangan). Terminal keberangkatan sendiri jauh lebih bagus, bersih dan nyaman daripada terminal militer meskipun masih dlengkapi dengan dinding gypsum di beberapa tempat dan tidak ada executive lounge ataupun resto/depot/coffee shop tersedia (yang ada hanya stand-stand kecil menjual beragam minuman dan snack serta oleh-oleh, baik di dalam maupun luar terminal). Meskipun BAS yang baru masih relative sederhana tapi ini adalah suatu kemajuan yang cukup bagus bagi BAS (khususnya bagi komersial flight). Oh satu hal yang akan ditemukan di BAS baru dan sulit ditemukan di airport lain adalah pemandangan alamnya yang luar biasa, sejauh mata memandang akan terlihat gugusan pegunungan yang mengelilingi Malang, merangkul dalam hangatnya kenyamanan dan sejuknya keindahan.




8 hari liburan yang sangat menyenangkan dan menenangkan. My great appreciation and thank you to my family and my friends (you know who you are) yang membuat liburan kali ini greater than great. Love you all and all best wishes to you in this new year of 2012.

6 comments:

  1. Very nice holiday story... Lengkap n detail plus foto2nya... Next time ke Malang, coba spend some time karaoke di My Place hotel Kartika Graha... For info check this out www.kartikagrahahotel.com

    ReplyDelete
  2. GREAT.... JADI NGILER.... PENGEN REKAM JEJAK....

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe Malang emang ngangenin, terutama kulinernya

      Delete