Wednesday, September 14, 2011

Lebaran Di Bandung 2011

Lebaran di Bandung? Why not!

Dengan menggunakan mobil pribadi, kami berempat bertolak ke Bandung pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011, yang seharusnya menjadi Lebaran hari 1 dan menjadi H-1 nantinya. Matahari belum menampakan sinarannya ketika kami memasuki pintu tol Tanjungduren menuju ke Bandung. Yah memang kami sengaja untuk berangkat subuh-subuh untuk menghindari kemacetan di jalan tol (seperti yang kami alami 2 tahun yang lalu), bensin pun terisi fulltank pada malam sebelumnya karena pom bensin tidak akan buka sebelum pukul 8.30 WIB pada hari Lebaran 1 (yang ternyat menjadi H-1). Perjalanan pagi ini kami lalui dengan lancar dan benar-benar bebas macet, Melaju santai dengan kecepatan rata-rata 100km dengan ditemani musik-musik asik dari MP3 di mobil kami, maka dalam waktu 2 jam kami telah memasuki Kota Bandung, yang mulai terjaga dari lelapnya semalam.

Rencana mencari sarapan di daerah Dago terlihat mustahil karena tidak ada satu pun pedagang yang terlihat, yang mana membuat kami memutuskan untuk tancap gas ke Rumah Sosis di daerah Lembang yang setelah dikonfirmasi sebelumnya ternyata sudah buka. Memasuki pelataran parkir Rumah Sosis, petugas Rumah Sosis menginformasikan bahwa meskipun telah buka tetapi untuk resto-nya baru buka pukul 10.00 WIB nanti. Dengan pertimbangan tidak ada tujuan lain dan check in hotel baru bisa dilakukan pukul 13.00 WIB serta daripada muter-muter ga jelas di Bandung/Lembang yang menghabiskan bensin, maka kami memutuskan untuk menunggu di sana. Kami bukanlah pengunjung pertama karena terlihat beberapa mobil telah parkir di pelataran parkirnya dan ternyata (setelah iseng-iseng tanya) wahana permainan Rumah Sosis sudah buka dan hebatnya, kantin di dalam wahana ternyata juga sudah buka yang membuat kami segera membeli tiket untuk masuk ke dalam wahana permainan Rumah Sosis dan menuju ke kantin karena perut sudah keroncongan. Menu yang ditawarkan di kantin dalam cukup beragam lho, dari makanan ringan seperti French fries, nugget dan sosis sampai bakso, mie kocok serta menu nasi lainnya. Selesai bersantap pagi kami sempatkan diri beberapa waktu untuk melihat-lihat wahana permainan Rumah Sosis ini, toh kami sudah terlanjur beli tiket masuknya seharga Rp 3.000,- per orang. “Wah murah sekali?” well tiket masuk Rp 3.000,- ini hanya untuk masuknya saja sedangkan jika ingin bermain dan berenang maka kami diharuskan untuk membeli tiket lagi per permainan/aktivitas renang yang berkisar mulai Rp 20.000,- an sampai Rp 30.000,-an sekali main (cukup mahal lho) atau bisa juga dibeli beberapa paket tiket yang meliputi beberapa permainan. Wahana permainan Rumah Sosis sendiri memiliki cukup beragam jenis permainan meskipun tidak bisa dikatakan banyak karena terbatasi dengan lahan yang relative sempit untuk dijadikan theme park. Macam permainannya pun lebih cenderung untuk pangsa pasar anak-anak dan junior teenager sehingga teenager dan orang dewasa yang ada biasanya sebagai pendamping atau berenang saja. Satu hal yang saya perhatikan bahwa wahana permainan ini seharusnya bisa dirawat dengan lebih baik dan bukan asal-asalan saja, sehingga meskipun kecil tetapi menarik.
Melangkah keluar dari wahana permainan Rumah Sosis kami menyempatkan diri melonggok ke kios penjualan sosis mentah dan kios oleh-oleh nusantara. “Nusantara?” hahaha iya kami menjulukinya seperti itu karena memang oleh-oleh yang dijual tidak hanya khas Bandung tapi banyak juga oleh-oleh khas dari kota lain. Tak lupa sebelum melanjutkan perjalanan, kami sempatkan juga lho mencoba sosis dari Rumah Sosis, kan ga sah gitu kalau ke Rumah Sosis tapi ga makan sosisnya hehehe.
Menuju perberhentian berikutnya yaitu Taman Ice Cream yang terletak tidak jauh dari Rumah Sosis (kurang dari 500m ke atas, setelah Hotel Universal, sebelah kanan jalan). Taman Ice Cream adalah rumah yang sebagian sayapnya di pakai untuk kedai ice cream dan dilengkapi dengan taman yang luas dengan beberapa gazebo-gazebo kecil. Ice cream-nya sendiri kalo orang bilang ice cream jadul yang tidak terlalu berasa susunya, cukup nikmat (pilihan saya waktu itu adalah rasa tutti frutti). Tamannya sendiri meskipun cukup dirawat dengan baik tetapi terlihat sedikit gersang dengan gazebo-gazebo yang seharusnya lebih diperhatikan kebersihannya.
Hilang dahaga oleh segarnya ice cream, ternyata jam check in masih lama juga sehingga kami memutuskan untuk melipir ke Rumah Mode yang sudah ramai padat aka umpel-umpelan. Rumah Mode sendiri adalah FO yang wajib kami kunjungi setiap kami ke Bandung. Selain koleksinya yang banyak, Rumah mode juga menawarkan banyak sekali culinary khas Bandung di sana, mulai makanan berat ala Sunda, batagor, kopi, aneka juice/minuman ringan, dsb. Bagi yang membawa anak kecil, juga terdapat taman bermain kecil untuk anak-anak berserta pendampingnya sementara si “mama” sibuk ber-”perang” di dalam FO. Tak membutuhkan waktu lama dalam Rumah Mode karena kondisinya yang padat akan pengunjung, kami memutuskan untuk makan siang di Sam’s Corner di Dago yang terkenal dengan Yamien-nya. Sam’s Corner adalah menu wajib kami di Bandung, especially bagi saya yang just can’t get enough kalo menyangkut yamien manis Sam’s Corner hehehe.

Lepas santap siang kami langsung menuju ke Hotel Cihampellas 2 di Jalan Cihampellas Bandung. Dari kami berempat tak satu pun yang pernah menginap di hotel ini. Rekomendasi kami dapatkan dari teman kantor saya. Setelah almost 1 jam berkelut dengan kemacetan Bandung, maka kami pun memasuki pelataran parkir Hotel Cihampellas 2 yang tergolong sempit (untungnya siang itu masih terlihat lengang). Tampak dari depan, hotel ini seperti layaknya hotel-hotel kelas standard yang lain yang terkesan biasa saja, tetapi begitu kami check in dan menginap selama 1 malam disana baru terlihat keistimewaan dari hotel yang satu ini. Hotel yang hanya mempunyai satu lift ukuran kecil ini kekuatannya lebih pada standard service-nya. Dari front liner/receptionist, bell boy, waitress sampai ke security selalu memberikan senyum yang ramah dengan kesopanan yang wajar, very welcome and helpful. Kalo saya bilang, boleh deh disamakan dengan kualitas service (point-point sebelumnya tadi yah) dari hotel-hotel bintang 4 atau bahkan 5. Sungguh luar biasa dan sempat membuat saya kaget bahwa hotel kecil dan standard seperti ini mempunyai staffs yang seperti itu. Terus terang saya sangat menikmati kunjungan menginap saya ke Hotel Cihampellas 2 ini, suatu saat saya pasti balik lagi dan moga-moga standard service-nya masih dipertahankan seperti itu.
Kondisi kamarnya sendiri pun relative bersih dan terawat dengan luas kamar yang cukup dan kamar mandi yang cukup luas dilengkapi dengan water heater, mineral water (complimentary), tea, coffee and sugar sachet (also complimentary).

Sempat tidur sejenak dan mandi, menjelang petang kami pun sudah ready untuk menikmati Kota Bandung di malam hari, rencana menghabiskan malam itu di The Valley – Dago kami urungkan dan diganti dengan mencoba menu di Warung Ngebul yang masih terletak di Dago. Sayang dan malangnya kami menemukan bahwa Warung Ngebul pada saat Lebaran ini tutup hingga waktu yang cukup lama. Tak ingin banyak waktu terbuang kami segera tancap gas ke Rumah Makan Cabe Rawit dengan hidangan khasnya Nasi Timbel Special-nya, nikmat sekali dengan area makan yang nyaman dan semi outdoor (tanpa dinding).
Karena letak rumah makan yang berdekatan dengan pertigaan di pusat FO Dago maka dengan perut kenyang kami mulai merambah memasuki FO-FO yang masih buka meskipun waktu yang ada mepet dengan jam tutupnya FO-FO tersebut. “Perburuan” di FO-FO Dago ini terselesaikan dengan singkat saja karena memang sudah pada mulai tutup menjelang pukul 21.00 hingga 21.30 WIB. Entah karena memang itu jam tutup normalnya atau dikarenakan malam itu adalah malam takbiran (ada perubahan tanggal Lebaran 1 dari pemerintah yang diumumkan pada petang hari sebelumnya, yang seharusnya tanggal 30 diundur menjadi tanggal 31). Lepas dari Dago, rencana untuk menghabiskan malam itu di Pascal Square kembali dibatalkan karena diperkirakan pada tutup karena malam takbiran dan kondisi salah satu teman yang mengalami diare, sehingga kami memutuskan untuk langsung balik saja ke hotel untuk berisitrahat.

Pagi hari menjelang, kami tidak terburu-buru untuk bangun pagi karena memang rencananya kami baru akan keluar dari hotel pukul 11.00 WIB (sekaligus check out) sebab hari ini adalah hari Lebaran 1 dan di pastikan bahwa semua FO dan resto akan baru mulai beroperasi paling cepat pukul 10.00 WIB. Pagi hari di hotel kami habiskan dengan leyeh-leyeh dan makan pagi yang cukup lama kami nikmati. Dengan hidangan opor ayam dan ketupat serta ada juga nasi goreng ala buffet, kami nikmati santap pagi ini dengan ditemani teh, kopi atau minuman ringan lainnya.

Menjelang pukul 11.00 WIB, kami segera check out dan melaju ke Jalan Riau yang ternyata sudah mulai padat tetapi masih belum macet aka lancar jaya. Bergelut dengan FO-FO yang banyak sepanjang Jalan Riau itu cukup memakan waktu yang banyak. Harus diakui bahwa tidak semua FO menjual koleksi yang bagus dengan kualitas yang relative bagus juga. Jadi FO favorite satu dengan yang lain jelas bisa berbeda.
Pemberhentian untuk nyenack pertama kami adalah Klapertart Den Haag yang cukup ramai dengan kiosnya yang kecil, sehingga kami putuskan untuk masuk ke FO terdekat dahulu sambil menunggu kepadatan antri di Den Haag berkurang. Keluar dari FO dan kembali ke Den Haag memang antrian sudah hampir hilang tetapi malang klapertart-nya juga hampir habis, bahkan untuk klapertart dengan rum sudah habis ludes. Jadi kami harus berpuas diri dengan klapertart yang tanpa rum dan yang panggang saja.
Kondisi Jalan Riau meskipun FO pada buka semua tetapi yang normalnya pasti dipenuhi pedagang snack dimana-mana termasuk batagor abang-abang gerobak gitu, pada hari ini terlihat relative sepi dari pedagang snack termasuk yang saya incar yaitu batagor abang-abang gerobak yang sama sekali tak nampak, kecuali satu yang ada di samping FO Heritage dengan antrian pembeli yang aji gile, jadi pupus sudah harapan kami untuk menyantap batagor abang-abang gerobak.
Mencari Rumah Makan untuk siang hari juga cukup susah karena Rumah Makan yang ada sangat ramai sekali tetapi untungnya kami mendapat meja dan tempat duduk di resto sebelah persis FO Heritage (lupa saya namanya) yang menawarkan beragam menu dari Indonesian hingga western dan Pasta dengan rasa yang cukup dan service yang cukup juga.

Malangnya nasib kami tidak berhenti di sana saja dan memuncak pada sesi pembelian oleh-oleh yang mana dipastikan pada hari itu (Rabu tanggal 31 Agustus 2011) semua toko oleh-oleh tutup dari Kartika Sari (Dago), Prima Rasa, Bawean sampai ke mobil-mobil yang menjual Brownies Amanda dan cemilan lain pun tidak terlihat satu pun di sepanjangan Jalan Riau.
Apa mau di kata, kami pun mengawali perjalanan pulang kami kembali ke Jakarta pada sore hari itu juga dengan tangan kosong tanpa penganan sama sekali.
Untungnya perjalanan pulang kami tempuh dengan selancar-lancarnya dalam tempo 2 jam juga. Sempat geli juga (jahat nih ceritanya) melihat antrian masuk ke Bandung di pintu tol Pasteur yang panjang sekali hingga berkilo-kilo meter, seperti halnya juga kemacetan yang terjadi di tol Cikampek yang sangat panjang kearah Bandung dan kota-kota di Jawa lainnya.















No comments:

Post a Comment