Thursday, June 15, 2017

Weekend Getaway di Bali Timur - Karangasem



more pictures in my Instagram @harry_mdj


“Yes, tanggal kecepit kali ini gue bakalan ngabur haha.”
“Kemana?”
“Bali aja, yang deket-deket.”
“Nyambung ama dinas?”
“Bukan. Pure plesir.”
“Tumbenan lo, mau plesiran ke Bali.”
“Em… lebih ke Nusa Penida-nya sih. Ama belum pernah ke Karangasem di Bali-nya.”

Sekelumit percakapan saya dengan seorang teman yang heran dengan keputusan saya untuk berakhir pekan di Bali. Dia (teman saya ini) cukup mengenal saya dan tahu bahwa Bali selalu menjadi alternative terakhir saya sebagai destinasi liburan. Why?
1.     Terlalu ramai dengan turis baik domestik maupun internasional, sehingga di beberapa tempat menjadi sangat komersil.
2.     Pengalaman kurang enak akan diskriminasi turis domestik, yang sekali atau dua kali saya alami pada kunjungan saya ke Bali sebelum-sebelumnya.
3.     Relative cukup sering ke Bali, karena saya cukup lama berdomisili di Malang (24 tahun to be exact). Pertama kali jelajah Bali di awal tahun 1980-an dengan keluarga dan selanjutnya beberapa kali dengan teman-teman di tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an. Ditambah lagi, selama kerja menjadi internal audit di sebuah perusahaan di Jogjakarta, minimal satu tahun sekali selalu ke Bali untuk audit cabang Denpasar.
4.     Kerjaan sekarang pun masih membuat saya at least sekali dalam setahun berkunjung ke Bali

Apakah saya expert dalam “jalan-jalan” di Bali? Tidak, for sure! Malahan tahunya yang standar-standar jadul. Oleh karena itu, saat 2 orang teman saya (dari komunitas Travel Troopers) mengajak saya berakhir pekan panjang di Bali, maka saya iyakan. Apalagi ditambah dengan embel destinasi-destinasi utama kami ada di Bali Timur (Karangasem) dan Pulau Nusa Penida, yang mana belum pernah saya jejak sekali pun.

Overall, pengalaman plesiran saya di Bali kali ini sangat memuaskan. I love it dan harus saya akui, jadi pingin balik lagi ke Bali untuk mencoba stay di Ubud atau Sanur. Tempting!

“Terlalu ramai dengan turis baik domestik maupun internasional, sehingga menjadi sangat komersil.”-nya bagaimana? Well, impossible mengharapkan Bali sepi, tetapi (mungkin) saya berkunjungnya bertepatan dengan masa awal puasa dan low season juga untuk kunjungan turis internasional, maka Bali relative sepi lho dan membuat saya cukup nyaman dengan kendala ini, yang selalu saya temui hampir disetiap kunjungan saya ke Bali.

“Pengalaman kurang enak, diskriminasi turis domestik, yang sekali atau dua saya alami pada kunjungan saya ke Bali sebelum-sebelumnya.”-nya gimana? Unbelievable, selama kunjungan saya kali ini, tak sekali pun saya mendapat perlakuan diskriminasi untuk domestik. Selama kunjungan di seluruh tempat persinggahan di Bali (termasuk di Nusa Penida), kali ini, saya dan dua teman seperjalanan sepakat bahwa kami mendapatkan experience yang sama atas pelayanan yang sangat ramah. Kunjungan kali ini yakinnya merubah perspective saya akan nilai service di Bali saat ini. Mulai dari bapak-bapak penjual es kelapa di Karangasem, hotel di Nusa Penida, Devdan show di Nusa Dua, sampai waitresses restaurant Italia di Sanur, semuanya ramah, friendly dan helpful.

Anyway, ga bannyak cingcong lagi, ini dia tujuan-tujuan persinggahan kami selama di Pulau Bali (selama hari ke 1, petang hari ke 3 dan setengah hari ke 4).

Tirta Gangga
Terletak 5 kilometer dari Karangasem, tempat ini sangat terkenal dengan istana airnya yang merupakan salah satu bagian dari Istana Kerajaan Karangasem. Tirta Gangga mulai dibangun pada tahun 1946, yang hampir keseluruhannya sempat hancur karena letusan Gunung Agung di tahun 1963.

Istana ini tidaklah luas tetapi sangat indah dengan dominasi warna tetumbuhan hijau dan kolam-kolam ikannya (ikannya gede-gede). Dalam taman ini juga terdapat kolam permandian yang bisa dipakai berenang oleh pengunjung. Bagian favorite saya adalah sebuah kolam ikan dengan tapak-tapak batu bundar yang memutari jalur pilar-pilar batu pendek, sebagai penopang patung batu di atasnya, dengan pusat air mancur batu setinggi 11 tingkat. Beautiful!


Taman Ujung
Biasa disebut pula dengan Taman Sukasada atau Water Palace, taman ini terletak 5 kilometer dari Amlapura, Karangasem. Dibangun pada tahun 1909, kawasan istana ini adalah milik pribadi keluarga Puri Karangasem yang memang terbuka untuk pengunjung umum. Pembangunan istana ini melibatkan 3 arsitek dari Bali (undagi), Belanda dan China. Komplek istana ini didominasi oleh 2 kolam besar dan beberapa bangunan-bangunan kecil lainnya di sisi-sisi bukit istana.

Meskipun sempat hancur karena letusan Gunung Agung di tahun 1963 dan gempa bumi pada tahun 1975, kondisi istana air ini masih sangat bagus. Pelestarian komplek istana ini terus berjalan dan bahkan adanya penambahan-penambahan bangunan baru. Pusat dari istana ini adalah Gili Bale, sebuah bangunan kecil di tengah kolam besar yang terhubung oleh 2 jembatan di kedua sisinya.


Virgin Beach
Sebuah pantai dengan pasir lembut berwarna gading kusam kehitaman di Karangasem, yang memiliki ombak bersahabat. Cocok banget buat bermain air di sepanjang tepian pantai yang cukup panjang. Di sepanjang sisi dalam pantai juga berjajar café-café lokal yang menyediakan lounger-lounger (selain makanan dan minuman dingin) yang bisa dipakai hanya dengan membeli makanan/minuman di café pemiliknya.

Tidak seperti namanya, virgin, pantai ini cukup ramai meski akses jalan dari parking area ke pantai adalah jalanan tanah berbatu.

 

Desa Tenganan
Pecinta kerajinan tembaga? Kerajinan kayu? Kerajinan daun lontar? Arsitektur dan tata letak ruang adat Bali? Desa Tenganan adalah surganya. Sebuah desa adat yang cukup luas, satu dari tiga desa Bali Aga (selain Trunyan dan Sembiran) yang tersisa dalam menjaga kultur tradisional, khususnya pada pola hidup yang mengacu pada aturan adat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang, termasuk bentuk, besaran bangunan, pekarangan, letak bangunan hingga letak Pura.

Desa ini juga sangat terkenal dengan kerajinan kain gringsing. Kain gringsing merupakan tenunan dengan menggunakan teknik dobel ikat, yang merupakan teknik satu-satunya di Indonesia.


Devdan Show – Bali Nusa Dua Theater (Treasure of The Archipelago)
Berlokasi di Bali Nusa Dua Theater di komplek Nusa Dua, Devdan adalah sebuah pertunjukan theater yang cukup bagus. Menampilkan beberapa atraksi akrobatik, tarian daerah,sedikit modern dance dan mengulas esensi 5 budaya dari 5 pulau di Indonesia. Gerakan tari dan akrobatik yang dipadu dengan efek lampu, air dan api. Pretty impressive dan tentunya, entertaining.

Untuk selera pribadi saya, Devdan mempunyai konsep yang kurang kuat dan kurang focus, khusunya pada alur pertunjukkan. Pada beberapa tarian daerah, juga terlalu kebablasan adaptasinya, sehingga agak kurang nyaman bagi saya. Overall, saya agak bingung melihat pertunjukkan ini. However seperti yang saya bilang di awal, pertunjukkan ini cukup bagus dan entertaining.

Tips: ada 2 layar kecil di bawah panggung yang frequently memberikan informasi dalam beberapa bahasa tentang tarian/obyek yang sedang berlangsung. Tidak ada buku/sejenisnya panduan pertunjukkan. Pertunjukkan menggunakan full Bahasa Inggris. 


KOU Cuisinie
Sebuah toko selai kecil yang terletak terhimpit di antara padatnya toko-toko di sepanjang jalan Monkey Forrest, Ubud. KOU menjual beberapa product artisan seperti celemek, sabun, madu dan (yang paling terkenal dan menrupakan product utamanya) selai. Pertama kali saya mendengar perihal KOU adalah dari teman saya dan setelah setelah dua kali (satu nitip, satu oleh-oleh) mencicipi selai lezat ini, saya akhirnya punya kesempatan juga untuk bertandang langsung.

Terdapat (kalau tidak salah) 8 varian selai dan di KOU semua selai bisa langsung dicoba, jadi ga beli kucing dalam karung. Favorite saya adalah Grape & Buni Jam, so good and definitely sweeten your morning.

 

Massimo Italian Restaurant (Pork is in the menu)
Sebuah resto di Sanur, dengan area makan indoor dan outdoor. Well known dengan menu khas Italia Selatan (Selatan, kalo ga salah) dan Italian gelato. Saya dan 2 teman seperjalanan sendiri sangat menikmati acara santap malam kami di Massimo. Selain gelato yang nikmat, terdapat pula pilihan menu yang banyak dan terbukti sangat enak. Pelayanan dari staff dining yang sangat ramah dan helpful menambah kenyamanan kami bersantap malam di resto ini. Definitely will be back while in Bali.


Warung Mak Beng (NO Pork is in the menu)
Terletak tepat di jantung keramaian Pantai Sanur, warung makan yang dulunya kecil ini … tetap kecil, meski sepengelihatan saya saat kemarin berkunjung, sudah ada ekspansi lebih ke samping (jika ga lupa ingatan) dibandingkan pada tahun 2013. Warung ini sekarang buka dari jam 8 pagi sampai dengan jam 10 malam (daily) dan masih aja antri. Menu-nya cuma 1, paket nasi dengan ikan goreng dan sup ikan. That’s it.

Enak! Ikannya fresh. Favorite saya adalah ikan gorengnya dan kalau tidak salah ikannya menggunakan ikan cakalang. Sedangkan sup-nya juga khas banget bumbu Bali-nya. Sambelnya juga sedap dan pedasnya pas.

 

Laota (NO Pork is in the menu)
Heits benar bertahun-tahun belakangan ini. Entah sejak kapan, tetapi jelasnya hingga tahun 2009, saya belum pernah dengar nama resto ini. Terkenal sekali dengan menu bubur-nya dan jam operasionalnya yang 24 jam. Selain bubur, Laota juga menyediakan menu seafood dan jenis masakan Chinese Food lainnya.

Bagi selera saya, bubur Laota tidak diragukan lagi rasanya, sedap dan nikmat. Menu Chinese Food lainnya? Bagi saya enak biasa saja. Bahkan di beberapa menu yang saya coba, seperti ada bumbu yang janggal di menu tersebut.

Sate Babi Bawah Pohon (Pork is only the menu)
Very famous since forever dan baru kali kunjungan ini saya “berhasil” mampir, singgah beneran di bawah pohonnya, aka ga pakai acara nitip doang. Menunya cuma sate babi dengan lontong atau nasi. Satenya gurih manis dengan bumbu garam dan cabe rawit segar saja. Entah apa yang bikin nikmat, tapi nikmat sekali memang apalagi ditunjang dengan harga yang terjangkau.

Tempatnya literally di bawah pohon besar bergerombol dengan beberapa warung tenda lainnya. Yes! warung tenda, nothing fancy here.


Warung Cahaya (Pork is in the menu)
Happening banget lately. Warung ini kecil meski cukup nyaman, tapi jarang sekali tidak ada antrian panjang di sini. Bahkan untuk take away, termasuk menggunakan fasilitas gofood, bisa sejam sendiri antrinya.

Menu utamanya cuma nasi babi goreng sambal matah dan nasi ayam goreng sambal matah. Ada juga menu sup babi-babian, tetapi belum pernah coba. Bagi saya nasi ayam sambal matahnya lebih enak, karena bagi selera saya, lebih nyambung sambal matah sama ayamnya. Anyway beberapa komen dan yang saya rasakan, kok kali ini ke sini, bawang merahnya banyak banget. Di piring saya malah tidak terlihat irisan cabe secuil pun dan rasanya memang rasa bawang merah doang, ga ada rasa yang lain. Shallot overload.

 

Gusto Gelato (NO Pork is in the menu)
Salah satu pelopor gelato di gemerlap dan riuh rendahnya Pulau Dewata Bali. Sangat happening dan sangat jarang terlihat lengang. Salah satu gelato favorite saya selain Massimo Gelato, terutama flavor Crocante-nya. It’s to die for.

Dalam kunjungan kali ini, saya jajal juga roti-roti yang terlihat shinny menggoda dalam etalase-etalase bundar dan enak banget! Next time balik ke Gusto, tanpa ragu saya akan borong juga roti-rotinya. Very fresh and lighter than its look. Tasty!

 

***

No comments:

Post a Comment