Wednesday, April 27, 2016

Festival Lembah Baliem - Highlight, Baliem Valley, Wamena, Papua, Indonesiaku




Tak pernah saya sangka bahwa saya bisa berada di sini, berada dalam rengkuhan pegunungan perkasa yang merupakan benteng alami dari sebuah kota kecil bernama Wamena. Sebuah kota kecamatan kecil yang juga merupakan ibukota dari Kabupaten Jayawijaya, terbentang di tengah luasnya Propinsi Papua, Indonesia.

Keindahan dan keagungan lansekap Lembah Baliem telah membuat saya kagum sejak pertama kali jejak kaki saya mendarat di Bandara Wamena. Sekilas pegunungan tersebut seolah beriringan bergandeng tangan membentuk sebuah lingkaran sempurna, memandang dan menjaga lembah yang ada dalam kekapannya.

Saya dan beberapa teman datang ke Kota Wamena untuk melihat dan bergabung dalam perayaan pesta budaya yang ke 26 dari Festival Budaya Lembah Baliem, yang kali ini diadakan di Distrik Usilimo. Selama 3 hari berturut-turut saya akan dibanjiri dengan segala macam bentukan budaya yang ada dan lestari di Lembah Baliem.

Friday, April 22, 2016

Solo - Highlight One Day Trip



Solo, salah satu kota di Indonesia yang mempunyai reputasi terbaik sebagai tempat wisata terutama ragam kulinernya. Dulu, pada awal tahun 2000an saat saya masih berdomisili di Yogyakarta, sekali atau dua saya pernah berkunjung ke Solo. Yah tetapi hanya sekedar datang untuk menghadiri resepsi pernikahan teman saja. Tak pernah terbersit keinginan untuk menjelajah mencicip semua rasa yang ada di kota batik ini.

Kunjungan kali ini pun tak lain tak bukan adalah untuk menghadiri resepsi pernikahan teman juga. Kali ini saya datang sehari sebelumnya karena ingin sejenak melihat sedikit-sedikit apa yang ditawarkan oleh kota budaya ini kepada para pejalan. Unfortunately waktu yang saya punyai sangat terbatas dan kali ini saya akan lebih menengok di area kota yangd ekat-dekat saja saja.

Saya bersama dengan dua orang teman mencoba mencicipi sebanyak mungkin kenikmatan lokal baik makanan maupun budaya yang ditawarkan oleh kota ini.

Monday, April 18, 2016

Tiongkok Kecil ini bernama Lasem, Jawa Tengah, Indonesiaku

Sunrise dari Masjid Jami'


Bulatan mentari mulai muncul, memetakan batasan horizon yang tak lain adalah jajaran atap-atap rumah yang membentang luas jauh ke timur. Sayap-sayap cahaya menyebar indah menerobos semua bayangan ke ufuk barat yang terjauh yang bisa digapai. Perlahan denyut kehidupan di kota kecil ini berima semakin cepat, setelah kemarin sejenak lama tertidur. Sedikit semilir angin berhembus mencoba mematahkan jaringan hawa panas yang merongrong pagi ini. Ah… terlihat sia-sia saja, seolah menjadi kepastian bahwa 2 hari ini akan dibekap oleh hawa panas pesisir Laut Jawa.

Saya duduk di pelataran Masjid Jami’ Lasem dengan peluh yang masih melekat, menikmati semua apa yang sedang terjadi. Mencoba meresapi setip detik dan setiap moment yang sedang beredar di sekeliling saya. Entah berapa tahun sudah? dua? tiga? Pastinya sudah lama ada keinginan di hati untuk berkunjung ke Tiongkok Kecil ini. Bersama dengan dua teman pejalan akhirnya saya ada di sini, Lasem.

Lasem adalah kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang, yang merupakan titik awal dari pendaratan orang Cina Daratan pertama di daratan Jawa. Lasem berada dalam lintasan jalur pantura yang terdiri dari gabungan 20 desa dalam satu kota kecamatan kecil. Dari Semarang, kami mencapai Lasem dengan bus umum yang memakan durasi perjalanan kurang lebih 3 jam dan berhenti tepat di depan Masjid Jami’. Dengan kebaikan dan ijin bapak penjaga Masjid, maka kami bertiga menumpang untuk sekedar cuci muka dan rehat sebentar di pelataran Masijd yang bersih, yang telah berdiri sejak tahun 1588.